Istirja'

TAFSIR JALALAIN SURAT AL-BAQARAH AYAT 155 - 157
155. (Dan sungguh Kami akan memberimu cobaan berupa sedikit ketakutan) terhadap musuh, (kelaparan) paceklik, (kekurangan harta) disebabkan datangnya malapetaka, (dan jiwa) disebabkan pembunuhan, kematian dan penyakit, (serta buah-buahan) karena bahaya kekeringan, artinya Kami akan menguji kamu, apakah kamu bersabar atau tidak. (Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar) bahwa mereka akan menerima ganjaran kesabaran itu berupa surga.
156. (Yaitu orang-orang yang apabila mereka ditimpa musibah) bencana atau malapetaka (mereka mengucapkan, 'Innaa lillaahi') artinya sesungguhnya kita ini milik Allah; maksudnya menjadi milik dan hamba-Nya yang dapat diperlakukan-Nya sekehendak-Nya, ('wa innaa ilaihi raaji`uun') artinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kita akan kembali, yakni ke akhirat, di sana kita akan diberi-Nya balasan. Dalam sebuah hadis disebutkan, "Barang siapa yang istirja`/mengucapkan 'innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun' ketika mendapat musibah, maka ia diberi pahala oleh Allah dan diiringi-Nya dengan kebaikan." Juga diberitakan bahwa pada suatu ketika lampu Nabi saw. padam, maka beliau pun mengucapkan istirja`, lalu kata Aisyah, "Bukankah ini hanya sebuah lampu!" Jawabnya, "Setiap yang mengecewakan (hati) orang mukmin itu berarti musibah." Diriwayatkan oleh Abu Daud dalam kumpulan hadis-hadis mursalnya.
157. (Mereka itulah yang mendapat selawat) artinya ampunan (dari Tuhan mereka serta rahmat) atau nikmat (dan merekalah orang-orang yang mendapat petunjuk) ke arah yang benar.

Kebaikan Hendaklah dibalas dengan Kebaikan

Selasa, 6 Agustus 2024 / 1 Safar 1446. 

Kebaikan Hendaklah dibalas dengan Kebaikan

Alhamdulillah was syukru lillah. Wash sholaatu was salaamu alaa Rosuulillah wa ‘alaa aalihi wasohbihi wa man waalaah.. amma ba’du.

Sabda yang Mulia Nabi Muhammad SAW
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ اسْتَعَاذَ بِاللَّهِ فَأَعِيذُوهُ وَمَنْ سَأَلَ بِاللَّهِ فَأَعْطُوهُ وَمَنْ دَعَاكُمْ فَأَجِيبُوهُ وَمَنْ صَنَعَ إِلَيْكُمْ مَعْرُوفًا فَكَافِئُوهُ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا مَا تُكَافِئُونَهُ فَادْعُوا لَهُ حَتَّى تَرَوْا أَنَّكُمْ قَدْ كَافَأْتُمُوهُ

Dari Abdullah Umar, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Siapa yang memohon perlindungan dengan mengatasnamakan Allah , maka lindungilah dia. Dan siapa yang meminta dengan mengatasnamakan Allah, maka berilah ia. Dan siapa yang berbuat baik kepadamu, balaslah kebaikannya. Jika anda tidak mampu, maka doakanlah dia sampai dia tahu bahwa kalian telah memberinya yang setimpal.”H.R. Abu Dawud) 

Pembelajaran / Ibroh
1. Siapa yang memohon perlindungan dengan mengatasnamakan Allah , maka lindungilah dia. Kenapa? karena dia meminta kita atas nama Allah.
2. Siapa yang meminta dengan mengatasnamakan Allah, maka berilah ia. Karena dia telah mengagungkan nama Allah tentunya bila kita mampu dan tidak membawa madhorot.
3. Siapa yang memperoleh kebaikan orang lain hendaklah membalasnya supaya kita tidak ada hutang budi Kerena hutang budi itu sesuatu yang tidak enak dirasakan oleh seseorang. 
4. Siapa yang tidak mampu membalas kebaikan orang lain hendaklah dia mendo’akan kebaikan bagi orang tersebut diantaranya dengan membaca, jazakumullah khoiron.
5. Semoga kita bisa menjadi orang yang selalu membalas kebaikan atau budi orang lain paling tidak mendoakannya terutama pada orang tua dan orang yang telah memberikan kita banyak ilmu dalam masalah akhirat. Janganlah lupakan hal ini.

Referensi dari Al-Qur'an. 
1. Jika seorang meminta kepada kita tapi tidak mampu atau membawa madhorot walaupun dengan mengatasnamakan Allah tidak perlu dipenuhi. 
Dengan kata lain, seseorang tidak dibebani melainkan sebatas kesanggupannya. Hal ini merupakan salah satu dari lemah-lembut Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada makhluk-Nya dan kasih sayang-Nya kepada mereka, serta kebaikan-Nya kepada mereka.

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْساً إِلَّا وُسْعَها

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (Al-Baqarah: 286)

Wallahu'alam (/oh). 

Tajwid Singkat : Hamzah Wasal



Tajwid Singkat : Hamzah Wasal

Hamzah washal berarti hamzah yang sambung atau tembus, dalam arti hamzah itu tidak dibaca ketika di tengah-tengah kalimat namun dibaca jika di awal atau permulaan kata.

Hamzah wasal terkadang harus di baca kasrah, dhomah ataupun fathah tergantung pada sebab - sebab berikut ini Fathah, Dhomah, Kasrah :

Dibaca Fathah
Apabila hamzah wasal bertemu dengan lam ta’rif - AL (ال‎)

Contoh:
الْـحَمْدُ لِلّٰهِ * الْـنَّجْمُ الثَّاقِبُ

Di baca :
اَلْـحَمْدُ لِلّٰهِ * اَلْـنَّجْمُ الثَّاقِبُ
Aḥamdu lillāhi * Annajmuṡ ṡāqib

wallahu'alam (/oh) 

Shifr : Bulatan Kecil


Shifr = Bulatan di atas huruf

Alhamdulillah was syukru lillah, washsholaatu wassalaamu alaa rosuulillah wa ‘alaa aalihi wasohbihi wa man waalaah.. amma ba’du

Ketika membaca Al-Quran didapati tanda bulatan kecil di atas huruf khususnya huruf alif. Itulah namanya shifr berikut singkat penjelasannya 

Shifr adalah tanda bulatan di atas huruf atau lazimnya di atas hurif Alif, yang terdiri dua bentuknya. 

Shifr Mustadir (dibaca pendek saat wakof ataupun washol)

Shifrul mustadir adalah tanda bulat kecil di atas huruf dan bermakna bahwa huruf tersebut tidak berfungsi ketika washal maupun waqaf.
Beberapa contoh berikut sebagai penjelasan
Shifrul Mustathil (dibaca pendek saat washol dan dibaca panjang saat wakof/berhenti). 

Shifr Mustathil adalah tanda kecil berbentuk bulat panjang (lonjong) yang terletak di atas suatu huruf yang bermakna bahwa huruf tersebut dihilangkan atau tidak berfungsi ketika washal dan berfungsi ketika waqaf.

Tanda-tanda shifr mustathil terdapat dalam ayat-ayat berikut,
1. Surat Yusuf : 87
2. Surat Al-Kahf : 23
3. Surat Al-A’raf : 103
4. Surat Yunus : 75
5. Surat Az-Zukhruf : 46
6. Surat Ar-Rum : 39
7. Surat Al-Insan : 4
8. Surat Al-Insan : 16

beberapa contoh berikut sebagai penjelasan
Demikian semoga menjadi tambahan keilmuan, wallahu'alam (/oh) 
gb. :HaHuwa


Renungan 10 Muharram 1446 H


Renungan : HIDAYAH
Selasa,16 Juli 2024 M/10 Muharram 1446 H

اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِي هَدَانَا لِهٰذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللّٰهُ ، اَشْهَدُ اَنْ لۤا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَاحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ

Sahabat pena.. 
Jangan merasa kesal apalagi marah ketika ada yang mengatakan kepadamu "Semoga Allah memberimu hidayah". Sebab memang semua orang perlu hidayah, Maka jangan merasa mencukupkan diri tidak butuh hidayah, sebab sekalipun kita orang yg paling alim dan bertaqwa pun tetap butuh hidayah.

Sahabat pena.. 
Jangan merasa kesal apalagi marah ketika ada yang mengatakan kepadamu "Semoga Allah memberimu hidayah". Sebab hidayah adalah perkara yang paling penting dan kebutuhan yang paling besar dalam kehidupan manusia. Dengan hidayah adalah sebab utama seseorang memperoleh keselamatan dan kebaikan hidup manusia di dunia dan akhirat.

Jangan merasa kesal apalagi marah ketika ada yang mengatakan kepadamu "Semoga Allah memberimu hidayah". Dengan hidayah adalah sebab utama seseorang memperoleh petunjuk sehingga dapat membedakan mana yg haq dan yg bathil.

Sahabat pena.. 
Jangan merasa kesal apalagi marah ketika ada yang mengatakan kepadamu "Semoga Allah memberimu hidayah". Dengan hidayah adalah sebab utama seseorang memperoleh kemudahan dalam ketaqwaan dan melakukan amal shalih. Sehingga barangsiapa yang dimudahkan oleh Allah Ta’ala untuk meraihnya, maka sungguh dia telah meraih keberuntungan yang besar dan tidak akan ada seorangpun yang mampu mencelakakannya.

Wallahu:alam (/oh) 
Semoga Bermanfa'at
Aamiin Yaa Rabbal 'Aalamiin

Shalat Idul Adha : Mari ingat kembali tata caranya

Shalat Idul Adha : Mari ingat kembali tata caranya

Alhamdulillah was syukru lillah. Wash sholaatu was salaamu alaa rosuulillah wa ‘alaa aalihi wasohbihi wa man waalaah.. amma ba’du

Ibadah tahunan, yang sunah untuk dijalankan dan disyariatkan salah satunya adalah Sholat Idul Adha. Baiknya kita ingat dan pahami kembali tata caranya. 

Tatacara salat Iduladha

a. Memulai dengan takbiratul ihram, sebagaimana salat-salat lainnya, diiringi niat ikhlas karena Allah

b. Membaca doa Iftitah, bacalah doa iftitah sebagaimana pada sholat biasanya. 

c. Takbir (takbir al-zawaid/takbir tambahan), lakukan takbir sebanyak 7 (tujuh) kali pada rakaat pertama setelah takbiratul ihram dan doa iftitah, serta 5 (lima) kali pada rakaat kedua setelah takbir intiqal (bangkit dari sujud), dengan mengangkat tangan. 

عَنْ عَائِشَة أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَبَّرَ فِي الْعِيدَيْنِ فِي الْأُولَى سَبْعًا قَبْلَ الْقِرَاءَةِ وَفِي الْآخِرَةِ خَمْسًا قَبْلَ الْقِرَاءَة

[رواه أحمَد].

Dari Aisyah (diriwayatkan bahwa) Rasulullah saw pada salat dua hari raya bertakbir tujuh kali dan lima kali sebelum membaca (al-Fatihah dan surah) [HR Aḥmad].

عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ الْحَضْرَمِيِّ قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ مَعَ التَّكْبِيرِ

[رواه أحمد وأبو داود].

Dari Wail ibn Ḥujr al-Ḥaḍramī(diriwayatkan) bahwa ia berkata: Saya melihat Rasulullah saw mengangkat kedua tangannya ketika bertakbir [HR Aḥmad dan Abu Dawud].

Di antara takbir-takbir (takbir al-zawaid) tidak ada bacaan zikir tertentu. Penulis Belum menemukan hadis yang menerangkan bacaan Rasulullah saw di antara takbir-takbir.

d. Membaca surah al-Fatihah, diawali dengan bacaan ta‘awuż dan basmalah

e. Setelah membaca al-Fatihah membaca surah yang dianjurkan, yaitu antara lain surat al-A'la dan al-Gasyiyah berdasarkan hadis,

عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي الْعِيدَيْنِ وَفِي الْجُمُعَةِ بِسَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى وَهَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الْغَاشِيَةِ قَالَ وَإِذَا اجْتَمَعَ الْعِيدُ وَالْجُمُعَةُ فِي يَوْمٍ وَاحِدٍ يَقْرَأُ بِهِمَا أَيْضًا فِي الصَّلَاتَيْنِ

[رواه مُسلم]. 

Dari an-Nu‘man ibn Basyir (diriwayatkan) ia berkata: Rasulullah saw biasa membaca dalam salat Id maupun salat Jumat “Sabbiḥisma rabbikal-a`la” dan “Hal ataka hadiṡul-ghasyiyah.”An-Nu`man mengatakan begitu pula ketika Id bertepatan dengan hari Jumat, beliau membaca kedua surat tersebut di masing-masing salat [HR Muslim].

Membaca kedua surah dalam hadis di atas merupakan anjuran, tetapi juga dibolehkan membaca surat lain karena suatu atau lain alasan semisal tidak hafal. Hal ini sesuai firman,

… فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ …

… karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari al–Quran [QS. al-Muzzammil (73): 20].

f. Rukuk, sujud dan seterusnya sampai salam sebagaimana dalam salat biasa. 

Shalat idul adha dilakukan setelah terbit matahari atau waktu dhuha. dengan tanpa adzan dan iqomah, serta tidak diawali dengan sholat sebelum atau sesudahnya. 

Setelah shalat selesai, dilanjutkan dengan khutbah dengan tanpa duduk saat khotib berkhutbah. 

Wallahu'alam (/oh) 

Al-Fatihah Media Dialog Seorang Hamba Melalui Solatnya

Alhamdulillah was syukru lillah. Wash sholaatu was salaamu alaa rosuulillah wa ‘alaa aalihi wasohbihi wa man waalaah.. amma ba’du

Salah satu syarat sahnya solat seorang muslim adalah membaca surotul fatihah. Bahkan dianggap tidak sah jika alfatihah diabaikan bacaannya saat solat. 

Terlepas dari kayanya pembahasan, alfatihah dalam solat dibaca jahar (terdengar) atau sirr (tidak terdengar) terutama saat makmum berjamaah, betapa pentingnya kita memahami makna dan inti dari bacaan itu, salah satunya dengan berusaha tartil, perlahan dan tidak tergesa gesa dalam bacaan.

Saat membaca Surat Al-Fatihah di dalam shalat, maka seyogyanya kita membacanya dengan tartil (tertib, perlahan-lahan). Sebab, ada jeda antara satu ayat ke ayat lain yang dipergunakan Allah untuk menjawab bacaan kita. Sehingga terjadi dialog dengan Allah melalaui bacaan Surat Al-Fatihah tersebut.

Jika selama ini kita membacanya kadang (sering?) dengan bercepat-cepat ingin segera selesai shalatnya tanpa penghayatan dan tanpa kesempatan untuk berdialog dengan Dzat yang Maha Kuasa. Maka semoga postingan ini merubah pemahaman bahwa tidak hanya harus/ wajib membacanya tapi dituntut pula memahami serta memperhatikan maksud bahkan semoga bisa mendatangkan kekhusyuan dalam shalat. 

Menukil kalam hamba yang mulia sebuah hadits. Dalam hadits qudsi :
Hadis dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

قَالَ اللهُ تَعَالَى: قَسَمْتُ الصَّلَاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ، وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ، فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ: {الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ} ، قَالَ اللهُ تَعَالَى: حَمِدَنِي عَبْدِي، وَإِذَا قَالَ: {الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ}، قَالَ اللهُ تَعَالَى: أَثْنَى عَلَيَّ عَبْدِي، وَإِذَا قَالَ: {مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ}، قَالَ: مَجَّدَنِي عَبْدِي – وَقَالَ مَرَّةً فَوَّضَ إِلَيَّ عَبْدِي – فَإِذَا قَالَ: {إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ} قَالَ: هَذَا بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي، وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ، فَإِذَا قَالَ: {اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ} قَالَ: هَذَا لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَل

"Rasulullah SAW bersabda: “Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: ‘Aku membagi shalat antara Aku dan hamba-Ku menjadi dua bagian. Dan bagi hamba-Ku apa yang dia mohonkan. Maka ketika hambaku berkata:

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
(Segala Puji Hanya Bagi Allah, Tuhan semesta alam). Allah SWT berfirman:
حَمِدَنِي عَبْدِي
(Hambaku telah memuji-Ku)

dan ketika seorang hamba berkata:
الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
ِ(Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang). Allah ‘SWT berfirman:
أَثْنَى عَلَيَّ عَبْدِي
(Hambaku telah memujiku)

dan ketika seorang berkata:
مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ
(Yang Menguasai di Hari Pembalasan), Allah berfirman:
مَجَّدَنِي عَبْدِي
(Hambaku telah memuliakan Aku).

dan ketika seseorang berkata:
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِين

ُ(Hanya kepada Engkau kami menyembah dan hanya kepada Engkau kami memohon pertolongan), Allah SWT pun berfirman:
هَذَا بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَل
َ
(ini adalah bagian-Ku dan bagian hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku apa yang dimintanya).

dan saat berkata:

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّين

(tunjukilah kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. ), Allah pun berfirman:
هَذَا لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَل

َ(Ini adalah bagi hambaku, dan bagi hambaku apa yang dia pinta). 

(HR. Ahmad 7291 dan HR. Muslim 395) 

Wallahu'alam (/oh) 

Keadilan dan Pemimpin Yang Adil

IKHTISAR JUMAT, Keadilan dan Pemimpin Yang Adil Bandung, 1 November 2014 "Satu waktu nanti akan tiba atas umatku penguasa s...