Keistimewaan Syawal

Keistimewaan Syawal

Tak terasa sebulan penuh kita berpuasa di Bulan Ramadhan, semoga ibadah kita mendapat ridha Allah SWT dan dengan suka cita tibalah kini di bulan syawal, bulan kemenangan dan kebahagiaan. Selamat datang Bulan Syawal.

Terdapat banyak kemuliaan dan keistimewaan bulan Syawal, yakni:

Bulan Kembali ke Fitrah:
Syawal adalah bulan kembalinya umat Islam kepada fitrahnya, diampuni semua dosanya, setelah melakukan ibadah Ramadhan selama sebulan penuh. Paling tidak, tanggal 1 Syawal umat Islam "kembali makan pagi" dan diharamkan berpuasa pada hari itu. Tibanya bulan Syawal membawa kemenangan bagi mereka yang berhasil menjalani ibadah puasa sepanjang Ramadhan, la merupakan lambang kemenangan umat Islam hasil dari peperangan menentang musuh dalam jiwa yang terbesar, yaitu hawa nafsu.

Bulan Takbir:
Tanggal 1 Syawal adalah Hari Raya Idul Fitri, seluruh umat Islam di berbagai belahan dunia mengumandangkan takbir. Maka, bulan Syawal pun merupakan bulan dikumandangkannya takbir oleh seluruh umat Islam secara serentak, paling tidak selama satu malam, yakni begitu malam memasuki tanggal 1 Syawal alias malam takbiran hingga menjelang shalat Idul Fitri.

Kumandang takbir merupakan ungkapan rasa syukur atas keberhasilan dalam melaksanakan ibadah Ramadhan selama sebulan penuh. Kemenangan yang diraih itu tidak akan tercapai, kecuali dengan pertolongan-Nya. Maka umat Islam pun memperbanyakkan dzikir, takbir, tahmid, dan tasbih.

"Dan agar kamu membesarkan Allah atas apa-apa yang telah la memberi petunjuk kepada kamu, dan agar kamu bersyukur atas nikmat-nikmat yang telah diberikan" (QS. al-Baqarah: 185).

Bulan Silaturahmi:
Dibandingkan bulan-bulan lainnya, pada bulan inilah umat Islam sangat banyak melakukan amaliah silaturahmi, mulai mudik ke kampung halaman, saling ber- maafan dengan teman atau tetangga, halal bi halal.

Betapa Syawal pun menjadi bulan penuh berkah, rahmat, dan ampunan Allah karena umat Islam menguatkan tali silaturahmi dan ukhuwah Islamiyah.

Puasa Satu Tahun:
Amaliah yang ditentukan Rasulullah saw. pada bulan Syawal adalah puasa sunah selama enam hari, sebagai kelanjutan puasa Ramadhan.

"Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan lalu diiringinya dengan puasa enam hari bulan Syawal, berarti ia telah berpuasa setahun penuh" (HR. Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i dan Ibnu Majah).

Dalam hadis yang lain disebutkan "Allah telah melipatgandakan setiap kebaikan dengan sepuluh kali lipat. Puasa bulan Ramadhan setara dengan berpuasa sebanyak sepuluh bulan. Dan puasa enam hari bulan Syawal yang menggenapkannya satu tahun." (HR. An-Nasa’i dan Ibnu Majah).

Bulan Nikah:
Syawal adalah bulan yang baik untuk menikah. Hal ini sekaligus mendobrak khurafat, yakni pemikiran dan tradisi jahiliyah yang tidak mau melakukan pernikahan pada bulan Syawal karena takut terjadi malapetaka.

Budaya jahiliyah itu muncul disebabkan pada suatu tahun, tepatnya bulan Syawal, Allah swt menurunkan wabah penyakit, sehingga banyak orang mati termasuk beberapa pasangan pengantin. Maka sejak itulah kaum jahiliah tidak mau melangsungkan pernikahan pada bulan Syawal.

Khurafat itu didobrak oleh Islam. Rasulullah saw menunjukkan sendiri bahwa bulan Syawal baik untuk menikah. Siti Aisyah menegaskan: "Rasulullah saw menikahi saya pada bulan Syawal, berkumpul (membina rumah tangga) dengan saya pada bulan Syawal, maka siapakah dari isteri beliau yang lebih beruntung daripada saya?".

Selain dengan Siti Aisyah, Rasulullah saw. juga menikahi Ummu Salamah pada bulan Syawal. Menurut Imam An-Nawawi, hadis tersebut berisi anjuran menikah pada bulan Syawal. Aisyah bermaksud, dengan ucapannya ini, untuk menolak tradisi jahiliah dan anggapan mereka bahwa menikah pada bulan Syawal tidak baik.

Bulan peningkatan:
Inilah keistimewaan bulan Syawal yang paling utama. Syawal adalah bulan peningkatan kualitas dan kuantitas ibadah. Kata Syawal, secara harfiyah, artinya "peningkatan", yakni peningkatan ibadah sebagai hasil latihan selama bulan Ramadhan.

Umat Islam diharapkan mampu meningkatkan amal kebaikannya pada bulan ini, bukannya malah menurun atau kembali ke "watak" semula yang jauh dari Islam. Na’udzubillah.

Bulan pembuktian takwa:
Inilah makna terpenting bulan Syawal. Setelah Ramadhan berlalu, pada bulan Syawal merupakan bulan pembuktian berhasil atau tidaknya ibadah Ramadhan, terutama ibadah puasa, yang bertujuan meraih derajat takwa.

Jika tujuan itu tercapai, sudah tentu seorang muslim akan menjadi lebih baik kehidupannya, lebih saleh perbuatannya, lebih dermawan, lebih bermanfaat bagi sesasma, lebih khusyu’ ibadahnya, dan seterusnya.

Paling tidak, semangat beribadah dan dakwah tidak menurun setelah Ramadhan. Wallahu a’lam. ~oh

7 Ciri Orang Yang Sukses Berpuasa

7 Ciri Orang Yang Sukses Berpuasa
Allah mewajibkan orang-orang yang beriman untuk menjalankan ibadah puasa pada bulan Ramadhan sebagaimana terkandung dalam surat Al Baqarah:183, memiliki tujuan yang jelas, yakni untuk menjadi hamba yang bertaqwa. “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.”

Jika seorang musafir sukses menempuh jalan yang dilaluinya, maka ia akan sampai di kota tujuan. Demikian pula, jika seorang yang beriman sukses dalam menjalankan ibadah puasa, maka ia akan sampai pada tujuan puasa itu, yakni menjadi hamba yang bertaqwa. Orang yang bertaqwa (takut kepada Allah SWT) teraplikasi dalam diri seseorang dengan mengerjakan perintah Allah dan menjauhi laranganNya.

Orang yang beriman adalah orang yang takut kepada Allah dengan seluruh anggota badannya. Sebagaimana dikatakan oleh Al Faqih Abul Layts, bahwa tanda ketakutan kepada Allah SWT. itu tampak pada tujuh hal. Yaitu
1. Lidahnya. Ia mencegah dari berkata dusta, menggunjing, memfitnah, menipu, dan perkataan yang tidak berguna. Sebaliknya, ia menyibukkan dengan zikir kepada Allah SWT, membaca Al Qur’an, dan menghafal ilmu. Demikianlah orang yang sukses dalam menjalankan puasa Ramadhan. Dalam kesehariannya, sudah tidak tampak lagi kata-kata kotor keluar dari lisannya.

2. Hatinya. Orang yang mukmin dan bertaqwa akan mengeluarkan dari dalam hatinya rasa permusuhan, kedengkian, hasut kepada teman, ujub dan sombong. Sebab hasud dapat menghapus kebaikan, sebagaimana sabda Nabi saw, “Hasut memakan kebaikan seperti api membakar kayu bakar”. Hasut termasuk penyakit berbahaya dalam hati. Penyakit-penyakit hati tidak akan dapat diobati kecuali dengan ilmu dan amal. Orang yang sukses menjalankan ibadah puasa, akan tampak keceriaan dan ketenangan pada wajah mereka, karena mereka berhasil mengenyahkan dengki dan rasa permusuhan dalam hatinya.

3. Pandangannya. Seorang yang sukses dalam ibadah Ramadhan, ia tidak akan lagi memandang sesuatu yang diharamkan. Pandangannya pun tidak ditujukan kepada keduniaan dengan penuh cinta. Sebaliknya, ia akan memandang untuk mengambil hikmah dibalik apa yang ia lihat. Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa yang memenuhi kedua matanya dengan pandangan yang haram, niscaya pada hari kiamat Allah SWT. akan memenuhi kedua matanya dengan api neraka”

4. Perutnya. Orang yang takut kepada Allah tidak akan memasukkan makanan yang haram kedalam perutnya. Sebab hal itu merupakan dosa dan penghalang terkabulnya do’a. Sebagaimana sabda Rosulullah saw “Apabila satu suap makanan yang haram jatuh ke dalam perut anak adam, setiap malaikat di langit dan bumi melaknatnya selama suapan itu berada dalam perutnya. Jika ia mati dalam keadaan itu, tempat kembalinya adalah neraka jahannam.”

Demikian pula cerita yang dikisahkan oleh Abu Hurairah ra. “Seorang laki-laki yang mengadakan perjalanan jauh (untuk ibadah), rambutnya tidak tersisir dan badannya lusuh. Dia menengadahkan kedua tangannya ke langit dan berdo’a “Ya Tuhanku-Ya Tuhanku” tetapi makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan selalu disuapi dengan barang haram, lalu bagaimana mungkin dia dikabulkan?”

5. Tangannya. Orang yang takut kepada Allah SWT dan sukses menjalan ibadah Ramadhan, tidak akan menjulurkan tangannya untuk sesuatu yang tidak diridloi Allah SWT. sebaliknya ia hanya akan mejulurkan tangannya untuk sesuatu yang mendatangkan ketaatan kepada Allah SWT. Ia menggunakan tanggannya untuk memegang mushaf Al Qur’an, bersedekah, bekerja dan menolong orang lain. Rosululloh saw bersabda “Allah senantiasa akan menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya”, demikian pula sabda beliau “Siapa yang melapangkan kesusahan seorang muslim, maka Allah akan melapangkan kesukarannya di hari kiamat”

6. Kakinya. Orang yang takut kepada Allah dan sukses menjalankan ibadah Ramadhan, tidak akan melangkahkan kakinya untuk melangkah kepada kemaksiatan, ia hanya melangkahkan kakinya dalam rangka mencari ridlo Allah SWT. Ia melangkah untuk menghadiri jama’ah di masjid, menghadiri majelis ta’lim, melangkah untuk mencari rizki yang halal dan barokah bagi keluarga yang ia cintai.

7. Ketaatannya. Ia menjadikan ketaatannya semata-mata untuk mencari ridlo Allah SWT serta takut akan riya dan kemunafikan. Ketaatannya tidak bertambah jika disaksikan banyak orang, juga tidak berkurang ketika tidak disaksikan seseorang. Tetapi ketaatannya senantiasa ia kerjakan baik ketika disaksikan orang maupun tidak.

Jika ciri-ciri ini terdapat pada diri seorang mukmin, maka bergembiralah ia, karena ia termasuk orang yang dijanjikan oleh Allah SWT dalam Al Qur’an. “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam surga (taman-taman) dan (di dekat) mata air-mata air (yang mengalir). (Dikatakan kepada mereka): ‘Masuklah ke dalamnya dengan sejahtera lagi aman’. Dan kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan. Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya” [Al Hijr: 45-48]. 

Puasa 6 hari di bulan Sawwal

Dalam postingan kali ini saya akan membahas tentang puasa 6 hari di bulan syawwal

Hal ini saya nukil berdasarkan
Keputusan Munas Tarjih ke-26 di Padang tahun 2003 j.o. Keputusan Muktamar Tarjih XXI di Klaten tahun 1980 tentang Puasa Tathawu

Apabila anda telah selesai berpuasa Ramadhan, maka berpuasalah enam hari dalam bulan Syawal (lakukan sesudah Hari Raya Idulfitri), anda lakukan secara berturut-turut atau berpisah-pisah. Berdasarkan dalil:

عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيِّ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ … أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ[رواه الجماعة إلا البخاري والنسائي] .

Artinya: Dari Abi Ayyub al-Anshari r. a. (diriwayatkan) … bahwa Rasulullah saw bersabda: Barang siapa sudah melakukan puasa Ramadan, kemudian menambahkan dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka seolah-olah ia telah melaksanakan puasa sepanjang masa. [HR Jama’ah ahli hadis selain dan  an-Nasa’i].

عَنْ ثَوْبَانَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ فَشَهْرٌ بِعَشَرَةِ أَشْهُرٍ وَصِيَامُ سِتَّةِ أَيَّامٍ بَعْدَ الْفِطْرِ فَذَلِكَ تَمَامُ صِيَامِ السَّنَةِ . [رواه أحمد] .

Artinya: Dari Tsauban, dari nabi saw (diriwayatkan bahwa) beliau bersabda: Barang siapa berpuasa Ramadan, maka pahala satu bulan Ramadan itu (dilipatkan sama) dengan puasa sepuluh bulan, dan berpuasa enam hari sesudah Idul Fitri [dilipatkan sepuluh menjadi enam puluh], maka semuanya (Ramadan dan enam hari bulan Syawal) adalah genap satu tahun. [HR Ahmad].

وَفِيْ رِوَايَةِ ابْنِ مَاجَه : مَنْ صَامَ رَمَضَانَ وَ سِتَّةَ أَيَّامٍ بَعْدَ الْفِطْرِ كَانَ تَمَامَ السَّنَةِ وَ مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا .

Artinya: Di dalam riwayat Ibnu Majah dinyatakan [bahwaRasulullah saw bersabda]: Barangsiapa berpuasa Ramadan dan enam hari sesudah Idul Fitri, maka itu sama pahalanya dengan puasa genap setahun. Dan barangsiapa melakukan satu kebaikan, maka ia akan memperoleh (pahala) sepuluh kali lipat.

ولإطلاق لفظ الحديث المتقدم من غير تعيين لأحدهما

Artinya: Karena keumuman matan hadis yang terdahulu tanpa adanya ta’yin (penjelasan berturut-turut atau berpisah-pisah) maka puasa syawal bisa dikerjakan berturut-turut atau berpisah-pisah.

Demikian semoga bermanfaat

Wallahu 'alam. ~Oh~

Khutbah Jum’at Di awwal Bulan Romadhon 1439 H

Khutbah Jum’at
Di awwal Bulan Romadhon 1439 H
بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ ذِيْ الفَضْلِ وَالْإِنْعَامِ، فَضَلَ شَهْرُ رَمَضَانَ عَلَى
غَيْرِهِ مِنْ شُهُوْرِ العَامِ، خَصَّهُ بِمَزِيْدِ مِنَ الفَضْلِ وَالكَرَمِ وَالْإِنْعَامِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، فِي رُبُوْبِيَتِهِ وَإِلَهِيَتِهِ وَأَسْمَائِهِ وَصِفَاتِهِ (تَبَارَكَ اسْمُ رَبِّكَ ذِي الْجَلالِ وَالإِكْرَامِ)، وَأَشْهَدُ أَنَّ محمداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَفْضَلُ مَنْ صَلَّى وَصَامَ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ البَرَرَةِ الكِرَامِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْرًا أَمَّا بَعْدُ:
Kaum muslimin rahimakumullah,
marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala dan hendaklah kita senantiasa ingat, bahwa sebagai seorang muslim kita diwajibkan selama masih hidup untuk senantiasa taat dan beribadah kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala. Allâh berfirman,
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
“dan beribadahlah kepada Rabbmu sampai datang kematian kepadamu.” (Q.S. al-Hijr/15: 99) .

Sebagian ulama salaf mengatakan, “Tiada tujuan lain amalan seorang muslim, kecuali untuk menghadapi kematian.”
Oleh karena itu, merupakan suatu keharusan bagi seorang muslim untuk lebih serius memperhatikan dan mengerahkan segala kemampuannya pada mawâsimil khair (waktu-waktu yang utama untuk melakukan kebaikan). Di antara bentuk rahmat Allâh Subhanahu wa Ta’ala yaitu Dia menyediakan bagi para hamba-Nya waktu-waktu utama yang pada saat itu semua kebaikan dilipat gandakan balasannya dibandingkan waktu-waktu lainnya. Di antara waktu itu adalah bulan Ramadhân yang penuh berkah. Pada bulan ini, Allâh Subhanahu wa Ta’ala menurunkan Alqurân yang merupakan petunjuk bagi umat manusia. Inilah musim melakukan kebaikan yang sangat agung.
Wahai kaum Muslimin, rahimakumullâh
Sungguh akan datang kepada kalian tamu yang membawa keberkahan dan lagi mulia. Maka, hendaklah kita menyambutnya dengan penuh harapan dan kebahagiaan. Hendaklah kalian bersyukurlah kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala, karena Allâh Subhanahu wa Ta’ala masih memberi kita kesempatan untuk berjumpa dengan Ramadhân! Hendaklah kita memohon kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala agar ditolong dalam melakukan berbagai amal shalih, serta mohonlah kepada-Nya agar Allâh Subhanahu wa Ta’ala menerima seluruh amal kita. Karena bulan Ramadhân sebagaimana telah kita ketahui memiliki banyak keistimewaan.

Di antara keistimewaannya adalah Allâh Subhanahu wa Ta’ala menjadikan puasa pada bulan Ramadhân sebagai salah satu rukun Islam. Orang yang telah memenuhi persyaratan tidak diperkenankan meninggalkan berpuasa pada bulan itu, kecuali dengan alasan yang dibenarkan syariat, seperti bepergian jauh atau sakit. Itupun dia tetap dikenai beban untuk menggantinya di bulan-bulan yang lain. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ
Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. (Q.S. al-Baqarah/2: 185).

Juga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan keringanan kepada orang yang sudah berusia lanjut dan tidak mampu lagi untuk berpuasa. Orang seperti ini tidak dikenai kewajiban mengganti pada bulan yang lain. Dia hanya dikenai kewajiban membayar fidyah sesuai dengan ketentuan syariat.

Wahai kaum Muslimin, rahimakumullâh
Di antara keistimewaan Ramadhân yaitu shalat tarawih yang disyariatkan khusus pada bulan ini. Shalat sunat disyariatkan dikerjakan secara berjamaah di masjid. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَامَ مَعَ الْإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ
Barangsiapa yang shalat bersama imam, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mencatat untuknya pahala shalat semalam penuh.

Para ulama mengatakan bahwa shalat ini hukumnya sunat mukkad, sehingga seharusnya bagi seluruh kaum muslimin memperhatikannya dengan baik. Hendaknya kita memperhatikan cara pelaksanaanya agar sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak hanya sekadar mengikuti adat atau kebiasaan. Sangat disayangkan fenomena di tengah masyarakat, banyak di antara mereka yang melaksanakannya, namun seakan sebagai adat saja. Sehingga, apa yang mereka lakukan tidak berbekas sama sekali dalam jiwa. Nas’alullah ‘afiyah.

Wahai kaum Muslimin, rahimakumullâh
Keistimewaan lain dari Ramadhân yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala memilihnya sebagai waktu untuk menurunkan Alquran yang merupakan petunjuk bagi manusia. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
Bulan Ramadhân, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Alqurân sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). (Qs al-Baqarah/2:185)

Ibnu Abbâs mengatakan, “Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan seluruh Alquran sekaligus dari Lauhul Mahfuzh ke Baitul Izzah di langit dunia pada bulan Ramadhân. Lalu di sana, diturunkan secara berangsur-angsur sesuai dengan berbagai kejadian.”

Wahai kaum Muslimin, rahimakumullâh
Keistimewaan ramadhan yang selalu ditunggu-tunggu dan diharap-harap yaitu dia memilki Lailatul Qadr yang dijelaskan langsung oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala keistimewaannya yaitu lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang diberi taufik oleh untuk beramal malam itu, berarti sama dengan beramal selama delapan puluh tiga tahun. Semoga kita termasuk orang-orang yang diberi taufik oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk beramal shalih pada malam itu.

Dan masih banyak lagi keistimewaan bulan Ramadhân, bulan yang ditunggu kehadirannya oleh seluruh kaum muslimin yang memiliki kepedulian terhadap hari akhiratnya. Bulan yang penuh berkah ini akan segera datang. Mestinya, sejak sekarang sudah bertekad akan bersungguh-sungguh dalam melakukan amal shalih pada bulan Ramadhân, sebagaimana anjuran Rasûlullâh. Bersungguh-sungguh melaksanakan berbagai amalan shalih, baik yang wajib, ataupun sunnah, seperti shalat, shadaqah, dan sabar dalam melaksanakan ketaatan kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala. Maka, janganlah kita sia-siakan bulan ini dengan melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat, sebagaimana kelakuan orang-orang celaka. Yaitu orang-orang yang lupa kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala, sehingga Allâh pun melupakan mereka. Mereka tidak bisa memetik manfaat apapun dari bulan yang penuh kebaikan yang akan menjelang ini. Mereka tidak mengetahui kehormatan bulan ini dan tidak mengetahui nilainya.

Wahai kaum Muslimin, rahimakumullâh
Pada bulan Ramadhân, pintu-pintu surga dibuka, sementara pintu-pintu neraka ditutup. Setan yang senantiasa menggoda dan menjebak manusia agar berbuat maksiat pun dibelenggu. Dalam sebuah riwayat dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ
Apabila bulan Ramadhân telah tiba, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu. (H.R. Muslim).

Dengan demikian, kesempatan untuk melakukan kebaikan itu terbuka lebar. Kita juga bisa menyaksikan pada bulan Ramadhân, banyak orang yang berubah drastis. Dari yang tidak pernah ke masjid jadi gemar ke masjid; dari yang bakhil berubah menjadi pemurah dan lain sebagainya.

Namun sangat disayangkan, banyak orang yang tidak mengerti hakikat bulan yang mulia ini, yang mereka tahu adalah bulan ini merupakan kesempatan untuk menghidangkan dan menyantap makanan dan minuman yang bervariasi. Asumsi ini mendorong berusaha keras untuk memenuhi apapun yang diinginkan oleh hawa nafsunya. Mereka mengeluarkan biaya yang banyak untuk membeli barang-barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Mereka berfoya-foya. Padahal sudah dimaklumi bersama, bahwa terlalu banyak makan menyebabkan seseorang malas melaksanakan perbuatan taat. Sementara pada bulan yang mulia ini, seorang muslim diharapkan mengurangi makan sehingga bisa bersungguh-sungguh dalam beribadah.

Kaum Muslimin, rahimakumullâh
Sebagian lagi memahaminya sebagai kesempatan untuk tidur dan bermalas-malasan. Dia pun “memanfaatkan” sebagian besar waktunya untuk mendengkur, bahkan sampai tertinggal shalat jamaah di masjid. Mereka berdalil dengan hadits lemah,
نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَةٌ
Tidurnya orang yang berpuasa itu ibadah. (Hadits ini dinyatakan dhaif oleh Syaikh al-Albâni rahimahullah dalam Silsilah Ahadits adh-Dhaifah, no. 4696).

Ini jelas sebuah kekeliruan.
Sebagian lagi memahaminya sebagai waktu untuk begadang, bukan dalam rangka beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, tapi mereka habiskan waktu malam mereka dengan bercanda-ria dan melakukan berbagai aktivitas yang sama sekali tidak bermanfaat bagi mereka di akhirat. Ketika badan sudah terasa lelah akibat begadang, mereka segera sahur, selanjutnya tidur sampai melewati shalat Shubuh. Na’udzubillah.

Sebagian lagi asik menyantap hidangan saat berbuka sampai lupa diri dan meninggalkan shalat Maghrib berjama’ah di masjid. Inilah di antara fenomena meyedihkan yang sering kita temukan di tengah masyarakat pada bulan Ramadhân. Mereka meninggalkan berbagai kewajiban dan melakukan aneka perbuatan yang diharamkan. Rasa takut kepada adzab Allâh Subhanahu wa Ta’ala seakan sudah tidak ada lagi di hati mereka. Kalau kelakuan mereka, masihkah Ramadhân memiliki keistimewaan di mata mereka? Manfaat apa yang bisa mereka petik darinya?

Kaum Muslimin, rahimakumullâh
Ada lagi sebagian orang yang memahami bulan Ramadhân sebagai kesempatan emas untuk berbisnis. Mereka mencurahkan segala kemampuan untuk menyusun strategi demi meraup untung sebanyak-banyaknya di bulan ini. Waktu-waktu mereka dihabiskan di lokasi-lokasi bisnis, sampai-sampai tidak lagi untuk ke masjid, kecuali sebentar saja dan itupun dalam suasana terburu-buru. Di kepala mereka, Ramadhân merupakan kesempatan meraih dunia dan bukan akhirat. Mereka letihkan diri mereka pada bulan Ramadhân demi mencari sesuatu yang fana dan meninggalkan sesuatu yang manfaatnya kekal abadi.

Inilah beberapa contoh sikap yang keliru dalam menyikapi kemuliaan bulan Ramadhân. Tanpa disadari, ini merupakan musibah besar bagi mereka. Mereka dari terhalang berbagai kebaikan yang Allâh Subhanahu wa Ta’ala janjikan bagi orang-orang yang memanfaatkan momen berharga ini dalam rangka beribadah kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala semata. Semoga Allâh Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kita termasuk orang-orang yang mengerti akan arti Ramadhân dan semoga Allâh Subhanahu wa Ta’ala senantiasa memberikan taufik kepada kita semua untuk senantiasa beramal shaleh.

Kaum Muslimin, rahimakumullâh
Diatas sudah kita sampaikan beberapa sikap sebagian kaum Muslimin yang keliru dalam menyikapi Ramadhân. Keliru karena bertolak belakang dengan sikap Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena, pada bulan Ramadhân, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih giat lagi beribadah dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tinggalkan berbagai kesibukan demi beribadah kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala. Ini juga yang dilakukan oleh para ulama salaf. Mereka benar-benar serius memperhatikan bulan ini. Mereka meluangkan waktunya untuk beribadah kepada kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala dengan menunaikan berbagai amal shaleh. Mereka memanfaatkan detik demi detik waktu dalam ketaatan kepada Rabb mereka dan bersungguh-sungguh melaksanakan shalat tahajjud. Az-Zuhri rahimahullah mengatakan, “Apabila bulan Ramadhân telah tiba, maka waktu itu hanya untuk membaca Alqurân dan memberi makan orang lain.” Para ulama salaf juga senantiasa duduk di masjid dan mengatakan, “Kami menjaga puasa kami dan tidak menggunjing seorangpun.” Mereka juga memiliki antusias tinggi untuk melaksanakan shalat tarawih dan menyelesaikannya bersama imam. Maka dengan demikian bertakwalah kalian kepada Allâh wahai kaum muslimin dan jagalah bulan Ramadhân ini, perbanyaklah di dalamnya ketaatan-ketaatan kepada Allâh mudah-mudahan Allâh menggolongkan (menetapkan) bagi kita ke dalam orang-orang yang beruntung dan memperoleh kemenangan di bulan ini.

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا َوَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ

Mereka Dibangkitkan dengan Hati yang Kosong

Dalam Surat Ibrahim diceritakan bahwa orang-orang durjana akan dibangkitkan dalam keadaan takut. Mata mereka terbelalak dan hati mereka kosong.

مُهْطِعِينَ مُقْنِعِي رُءُوسِهِمْ لَا يَرْتَدُّ إِلَيْهِمْ طَرْفُهُمْ ۖ وَأَفْئِدَتُهُمْ هَوَاءٌ

“Mereka datang tergesa-gesa (memenuhi panggilan) dengan mengangkat kepalanya, sedang mata mereka tidak berkedip-kedip dan hati mereka kosong. (QS.Ibrahim:43)

Hati mereka kosong karena ketakutan dan tercengang melihat sesuatu yang tak pernah mereka bayangkan terjadi di alam sana.

Namun yang menarik dan perlu kita telusuri adalah apa sebab yang membuat hati mereka kosong di hari kebangkitan?

Sebab utamanya adalah karena hati mereka telah kosong sejak menjalani kehidupannya di dunia !

Seseorang yang hidupnya hanya diisi dengan aktifitas duniawi seperti makan, minum, bergerak, bernafas, bekerja tanpa pernah memperhatikan kebutuhan hatinya maka tentu jiwanya akan kosong. Mereka hanya fokus untuk memuaskan jasad tanpa memikirkan nasib ruh mereka yang akan menjalani kehidupan setelah kematian.

Ketika menceritakan perang Uhud, Allah swt menyebutkan sebuah ayat tentang sekelompok orang yang sibuk dengan urusan duniawi saja. Mereka disibukkan dengan pikiran-pikiran yang tak ada kaitannya dengan akhirat sama sekali. Mereka mengkhawatirkan nasib di dunia tanpa memikirkan nasib kehidupan kekalnya di akhirat.

Allah swt berfirman,

وَطَائِفَةٌ قَدْ أَهَمَّتْهُمْ أَنْفُسُهُمْ

“Sedangkan segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri.” (QS.Ali ‘Imran:154)

Ini adalah contoh yang paling simpel ketika Allah mencontohkan bagaimana mereka disibukkan dengan urusan diri dan dunia mereka saja.

Lalu mengapa mereka dibangkitkan dengan hati yang kosong?

Karena mereka hanya disibukkan dengan urusan jasad saja. Tidak ada siraman yang menyejukkan hati. Sementara manusia harus selalu ingat bahwa dirinya adalah perpaduan antara jasad dan ruh.

Karena itu jangan sampai kita hanya sibuk dengan jasad dan melupakan ruh. Karena kondisi ruh kita sangat menentukan nasib akhir saat kita dibangkitkan.

Semoga Bermanfaat.
~oh~

Keutamaan-Keutamaan Puasa

Ceramah Ramadhan di hari ke2
Keutamaan-Keutamaan Puasa
Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah SWT,
Setiap ibadah dalam Islam memiliki keutamaan masing-masing. Demikian pula dengan puasa yang telah diwajibkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya :
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ [البقرة/185]
Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Krena itu, barang siapa diantara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah… (QS. Al-Baqarah : 185)

Berikut ini adalah keutamaan-keutamaan puasa :
1. Amal mulia yang pahalanya akan dibalas langsung dari Allah SWT
Jika amal-amal lain telah disebutkan pahalanya oleh Allah SWT, ternyata pahala puasa akan langsung diberikan Allah SWT tanpa diberitakan terlebih dahulu berapa batasan pahalanya. Ibarat seseorang yang bekerja dan telah disebutkan gajinya sekian dan sekian, maka kita bisa memperkirakan berapa hasil yang diperoleh. Tetapi saat owner perusahaan atau bos kita mengatakan "bekerjalah dan saya langsung yang akan memberikan gajimu" bisa jadi hasil yang kita dapatkan di luar dugaan kita, tergantung bagaimana kualitas kerja kita.
Shadaqah misalnya, sudah disebutkan Allah SWT tentang pahalanya :
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِئَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ [البقرة/261]
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah : 261)

Sedangkan untuk puasa ini, Allah SWT berfirman melalui hadits qudsi :
قَالَ اللَّهُ كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلاَّ الصِّيَامَ ، فَإِنَّهُ لِى ، وَأَنَا أَجْزِى بِهِ
Allah berfirman: "Setiap amal anak Adam untuknya kecuali puasa, maka itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya…" (Muttafaq 'Alaih)

Tidakkah kita termotivasi untuk berpuasa sebaik-baiknya, memelihara keikhlasan dalam menjalankannya dan karenanya kita akan mendapatkan perhitungan langsung dari Allah SWT yang boleh jadi jauh lebih hebat dari pada apa yang kita duga?

2. Bau mulut orang yang puasa lebih baik di sisi Allah daripada minyak misik
Meskipun manusia tidak menyukai bau mulut orang yang berpuasa karena tidak sedap, tetapi di sisi Allah SWT itu lebih baik dan lebih harum dari pada minyak misik. Nabi SAW bersabda :
وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ تَعَالَى مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada harumnya minyak misik… (Muttafaq 'Alaih)

Tidakkah kita mau berbangga di hadapan Allah SWT dengan mulut yang berbau harum? Yang dengannya kita dikenali sebagai hamba-Nya yang berpuasa dan memiliki keutamaan saat banyak orang pada hari kiamat dicekam dengan ketakutan dan kekhawatiran.

3. Orang yang puasa akan mendapat dua kegembiraan
Rasulullah SAW bersabda :
لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ ، وَإِذَا لَقِىَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ
Orang yang berpuasa memiliki dua kegembiraan; ketika berbuka dia gembira dengan bukanya dan ketika bertemu Tuhannya dia gembira dengan puasanya. (Muttafaq 'Alaih)

Itulah dua kegembiraan. Saat berbuka, rasa lapar dan haus yang ditahan selama seharian hilang seketika. Bahkan, saat-saat yang paling nikmat adalah pada tegukan pertama saat kita berbuka. Rasa panas karena dehidrasi juga terobati saat berbuka. Kenikmatan ini tidak pernah dirasakan oleh orang yang tidak berpuasa.

Demikian juga kegembiraan ketika bertemu Allah di akhirat nanti. Segala ketakutan dan kekhawatiran sirna sebagaimana sirnanya rasa haus dan lapar saat berbuka. Segala kesusahan dan penderitaan saat hidup di dunia akan hilang sebagaimana hilangnya kepenatan dan rasa panas saat berbuka.

4. Memasukkan pelakunya ke dalam surga
Suatu hari Abu Umamah datang kepada Nabi SAW dan bertanya tentang amal yang bisa memasukkannya ke surga. Imam Ahmad, Nasa'i dan Hakim meriwayatkan dalam hadits berikut ini:
عَنْ أَبِى أُمَامَةَ قَالَ أَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقُلْتُ مُرْنِى بِعَمَلٍ يُدْخِلُنِى الْجَنَّةَ. قَالَ « عَلَيْكَ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لاَ عِدْلَ لَهُ ». ثُمَّ أَتَيْتُهُ الثَّانِيَةَ فَقَالَ « عَلَيْكَ بِالصِّيَامِ »
Dari Abu Umamah berkata: Saya datang kepada Rasulullah SAW, maka saya berkata: "Perintahkan kepada saya dengan sebuah amal yang dapat memasukkan saya ke dalam surga!" Rasulullah SAW menjawab: "Berpuasalah, sesungguhnya tiada tandingan baginya" Kemudian saya datang untuk kedua kalinya, maka Beliau berkata: "Berpuasalah" (HR. Ahmad, Nasa'i dan Hakim dan dia menshahihkannya)

Tidakkah kita ingin dimasukkan Allah ke surga yang kenikmatannya sangat luar biasa hingga membuat setiap orang yang mengetahuinya akan memiliki kecintaan pada surga?

5. Puasa sehari di jalan Allah menjauhkan pelakunya dari neraka sejauh tujuh puluh musim
Diantara keutamaan puasa adalah menjauhkan pelakunya dari neraka. Satu hari puasa setara dengan penambahan jarak sejauh tujuh puluh musim dari neraka.
مَا مِنْ عَبْدٍ يَصُومُ يَوْمًا فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ بَاعَدَ اللَّهُ بِذَلِكَ الْيَوْمِ وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ سَبْعِينَ خَرِيفًا
Tidaklah seorang hamba berpuasa sehari di jalan Allah kecuali Allah menjauhkan wajahnya dengan hari itu dari api neraka tujuh puluh musim. (HR. Jama'ah kecuali Abu Dawud)

Tidakkah kita ingin dijauhkan dari neraka yang kedahsyatannya sangat luar biasa hingga membuat setiap orang yang mengetahuinya akan takut pada siksa neraka?

Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah,
Demikianlah 5 keutamaan puasa. Semoga dengan mengetahui keutamaan-keutamaan puasa tersebut kita semakin semangat berpuasa dan senantiasa ikhlas dalam menjalankannya.

Jangan sampai kita yang telah mendapat ilmu kemudian terhalang dari mengamalkannya, maka ilmu kita menjadi tidak manfaat. Karenanya marilah kita berdoa sebagaimana yang diajarkan Rasulullah SAW :
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لاَ تَشْبَعُ وَمِنْ دَعْوَةٍ لاَ يُسْتَجَابُ لَهَا
Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari hawa nafsu yang tidak pernah merasa kenyang, dan dari doa yang tidak dikabulkan. (HR. Muslim)

Wallaahu a'lam bish shawab [Muchlisin/oh]

Keseruan Acara Pentas Seni di SMK PERTIWI

Pentas seni atau yang sering  dikenal juga dengan sebutan ”pensi” merupakan ajang yang ditunggu-tunggu para siswa untuk mengekspresikan diri. Rasanya belum lengkap kalau belum unjuk gigi lewat pensi. Nggak jarang pensi menampilkan karya yang menakjubkan, dengan tema khusus dan spektakuler.

Kalau ngomongin Pentas Seni Sekolah, benarkah Pensi Sebagai Ajang Kreatifitas dan Eksistensi?? bener gak sih? apa sih makna dari Pentas Seni Sekolah? mengapa sekolah mengadakan Pentas Seni di tiap tahunnya atau juga saat sekolah berulang tahun? Dekade ini, banyak sekolah yang rutin mengadakan pentas seni (pensi) tiap tahunnya, satu diantaranya adalah SMK PERTIWI.  Memang mayoritas Pensi acara-acara semacam ini mayoritas dikuasai oleh para remaja.

Pentas Seni SMK PERTIWI kali ini bertemakan “Buang gengsi Ekspreskan diri di Pensi Pertiwi” dilaksanakan pada 5 Mei 2018 yang dilatar belakangi oleh kesadaran bahwa para siswa mempunyai bakat yang dapat dimanfaatkan untuk menciptakan suatu karya kreasi yang akan menjadi kenangan para siswa untuk selamanya. Kegiatan pentas seni adalah ajang untuk menunjukkan bakat-bakat terpendam yang dimiliki oleh para siswa. Dan juga realisaai program kerja sekolah dan OSIS tahun 2017/2018.

Acara pensi dibuka pukul sembilan pagi oleh Kepala SMK PERTIWI dan dihadiri para undangan lainnya.

Nah, sebelum kita tahu bagaimana keseruan pensi di SMK Pertiwi ini, disini saya mau kasi tahu nih makna pensi, tolong dikoreksi kalau salah dan kurang ya.

1. Sebagai Ajang Kreatifitas Siswa

Yapp, tujuan utama dari acara ini adalah sebagai ajang unjuk bakat dan kemampuan dari para siswa sekolah. Dari mulai unjuk kebolehan dari ekstrakulikuler yang ada, seperti dance, lukis hingga band-band indie sekolah.

2. Promosi Sekolah

Tidak dapat dipungkiri lagi, dengan adanya pensi terutama dengan selalu mengundang bintang-bintang tamu yang keren akan menambah nilai jual dari sekolah tersebut. Karena dengan otomatis pengunjung akan melihat bagaimana sekolah itu.

3. Adu Kemampuan Kepanitiaan

Salut deh buat kamu-kamu yang bisa masuk ke dalam kepengurusan Pensi. Kenapa?? dibutuhkan sebuah kemampuan untuk dapat mensukseskan acara (itung2 belajar menjadi promotor acara juga), faktor lainnya adalah kekompakan dan pemberian wewenang yang cocok karena acara tersebut tidak bisa secara asal-asalan apalagi untuk pensi yang mengundang bintang tamu yang mahal.

nah itulah beberapa hal yang bisa anda ketahui mengenai pensi.

Terus, Apa aja sih Keseruan Pensi SMK PERTIWI?

Berikut beberapa keseruan Pensi di SMK PERTIWI, 

Ada Food Bazaar dan marktt juga loh disini para pengunjung dapat berkumpul bersama teman -teman, ngecengin anak-anak sekaolah lain, atau mencoba makanan yang ada di sekitar arena pensi.

Dari beberapa gambar dan tulisan di atas, seru yah gais acaranya… semoga tahun depan acaranya lebih meriah lagi.

Berikut keseruan saat pensi..akan di post berikutnya.

~oho~

Keadilan dan Pemimpin Yang Adil

IKHTISAR JUMAT, Keadilan dan Pemimpin Yang Adil Bandung, 1 November 2014 "Satu waktu nanti akan tiba atas umatku penguasa s...