Penyesalan yang didahulukan

Dalam Alquran yang mulia Allah swt sekarang telah memberikan gambaran dengan jelas bahwa nanti di saat pertemuan dengan Allah akan ada penyesalan terhadap kinerja manusia itu sendiri sewaktu di dunia. 

Oleh karena itu penulis coba berikan istilah dengan Penyesalan yang di dahulukan. Artinya penyeslan yang akan datang kemudian tapi Allah dahulukan informasinya.

Untuk memperjelas dan memperkuat keyakinan akan hal itu berikut adalah penjelasan Allah swt dalam Al Quran surat Al Fajr (89) Ayat ke 24 dirangkai dengan penjelasan beberapa ulama tafsir.
 
Allah swt berfirman : 
"Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini".

يَقُولُ يَٰلَيْتَنِى قَدَّمْتُ لِحَيَاتِى

Penjelas Tafsir Almukhtashar 
Pada ayat ini al-Qur'an menuliskan sebuah kata pada ayat dengan kata "لِحَيَاتِي" tidak dengan bentuk ( لهذه الحياة ) dengan maksud bahwa kehidupan ini pada hakikatnya tidak ada kecuali hanyalah kehidupan diakhirat saja, Allah berfirman :
 { ,إن الدار الآخرة لهي الحيوان } 
yakni tempat di akhirat adalah kehidupan yang sebenarnya.

Seorang hamba jika berpaling dari perintah Allah dan menyibukkan dirinya dengan kemaksiatan, maka akan hilang darinya hari-hari kehidupan yang sebenarnya yang akan ia sesali setelah melalaikannya pada hari ketika ia akan berkata : 
{ يَا لَيْتَنِي قَدَّمْتُ لِحَيَاتِي }

Penjelas Tafsir Aljalalin
Dia mengatakan) sewaktu ingat akan kesalahan-kesalahannya ("Alangkah baiknya) huruf Ya di sini bermakna Tanbih (sekiranya aku dahulu mengerjakan) amal kebaikan dan beriman (untuk hidupku ini") untuk kehidupan yang baik di akhirat, atau sewaktu aku hidup di dunia.

Penjelas Tafsir Almishbah
Ia berkata dengan penuh penyesalan, "Seandainya aku dahulu mengerjakan perbuatan-perbuatan baik di dunia yang dapat memberikan manfaat bagiku pada kehidupan akhirat ini."

Penjelasan penulis
Dari ayat ini kita mengetahui, bahwa kehidupan yang lebih layak untuk diberikan kerja keras kepadanya adalah kehidupan di akhirat, karena kehidupannya adalah kehidupan yang kekal abadi.

Demikian sebagai informasi awal dari Allah swt kepada manusia agar tidak ada penyesalan dinkemudian hari.

Semoga bermanfaat. Wallahu'alam (/oh)

Hormat dan Patuh Kepada Guru dan Orang Tua | Materi PAI kelas xi SMA

Rangkuman Materi
Pendidikan Agama Islam (PAI ) kelas XI 
SMA Muhammadiyah Puraseda

Hormat dan Patuh Kepada Guru dan Orang Tua


Materi 
Dalam Islam, diatur hubungan antara orang tua dan anak, termasuk tata cara pergaulannya.

Di dalam ajaran Islam orang tua memiliki kedudukan yang lebih tinggi.Setiap anak wajib untuk berbuat baik kepada kedua orang tua.

Berbuat baik kepada Orang tua dalam Islam disebut Birrul Walidain. Birul Walidain bisa juga diartikan sebagai berbakti kepada kedua orang tua.

Seorang anak wajib untuk menghormati dan mematuhi semua nasihat orang tuanya, selama tidak memerintahkan kemaksiatan atau kemusyrikan.

Salah satu ayat yang memerintahkan kita untuk patuh kepada kedua orang tua adalah An-Nisa ayat 36

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا

Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri,

Jasa orang tua tidak dapat dibayar dengan apapun, maka kita harus terus menjaga dan merawat orang tua apabila mereka telah usia renta.

Cara mematuhi kedua orang tua apabila orang tua kita masih ada :

- Mendengarkan semua perkataan orang tua dengan penuh rasa hormat dan rendah hati.
- Membantu pekerjaan orang tua.
- Senantiasa meminta doa restu.

Bagaimana jika orang tua kita telah tiada? Berikut caranya :

- Menyambung tali silahturahim dengan kerabat dan sahabat orang tua.
- Melanjutkan cita-cita orang tua.
- Mendoakan orang tua memintakan ampun kepada Allah S.W.T.

B. Hormat dan Patuh Kepada Guru

Islam menempatkan guru pada posisi mulia.
Mereka adalah orang tua kita setelah orang tua kandung.
Oleh karena itu kita harus tetap menghormati guru.

Cara menghormati guru :

- Menyapa dan mengucapkan salam saat bertemu.
- Mendengarkan dan menyimak dengan baik semua ucapannya.
- Mengikuti pelajaran dengan semangat.
- Memandang guru dengan penuh hormat.
- Hendaklah duduk didepan guru dengan sopan dan tenang.

Penugasan
Carilah hadits tentang Hormat dan Patuh / berbakti kepada Orang tua dan Guru (hapalkan dan analisa isinya serta maksudnya)


wallahu'alam (/oh)

Khutbah Jum’at Manusia berUntung - meRugi dan terLaknat

Penaku. Mengawali dan menjalani hari di tahun yang baru 2021 tentu akan ada hal yang harus di tempuh pertama melihat ke belakang sebagai evaluasi, kedua menjalani hari ini sebagai bentuk rasa syukur dan ketiga menatap masa depan sebagai bentuk cita cita dan harapan. 

Tiga hal tadi merupakan perjalan hidup kita, bahkan penyair / kungfu master, Master Oogway berpesan “Yesterday is History, Tomorrow is Mistery, and Today is a Give“ (Kemarin adalah sejarah, esok adalah misteri, dan hari ini adalah sebuah pemberian atau anugrah).

Namun kita ingat juga telah mengatakan sahabat yang mulia Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA dengan mengungkapkan : 

من كان يومه خيرا من أمسه فهو رابح. ومن كان يومه مثل أمسه فهو مغبون. ومن كان يومه شرا من أمسه فهو ملعون

"Barangsiapa hari ini lebih baik daripada hari kemarin, maka ia adalah orang yang beruntung. Barangsiapa hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia adalah orang yang merugi. Dan barangsiapa hari ini lebih buruk daripada hari kemarin, maka ia adalah orang yang terlaknat."

Motivasi dari Sahabat Mulia menantu RasululLaah SAW tersebut nampaknya masih relevan. Jika ingin beruntung, jadilah orang yang hari ini lebih baik daripada kemarin. Inilah inti pesan ajaran Islam yang sesungguhnya, yaitu selalu mendorong umatnya untuk maju.

Allah Swt Berfirman : 
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah disiapkannya untuk hari esok; dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Telitii apa yang kamu kerjakan." (Qs. Alhasyir [59]: 18)

Lalu bagaimana setiap muslim bertindak untuk melalui, menjalani dan menyongsong hari harinya?? tentunya harus introspeksi terus apa yang telah diperbuatnya untuk masa depannya. "Hari esok" dalam ayat tersebut mengandung makna: hari esok yang dekat yaitu dunia, dan hari esok yang jauh yaitu akhirat.

Artinya, kaum muslimin harus menyiapkan diri agar sukses masa depannya baik di dunia maupun di akhirat.

Maka, jika ada orang muslim yang hari ini sama saja dengan hari kemarin, ia termasuk orang yang merugi. Karena harusnya bisa lebih baik, sebagaimana diwasiatkan oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA tadi. Jika sama saja berarti tidak ada kemajuan, statis dan sama saja dengan tidak ada pergerakan.

Apalagi hari ini lebih buruk daripada hari kemarin. Sayyidina Ali mengategorikannya sebagai orang yang terlaknat (mal'un). Mengapa?

Misalnya, jika ada orang muslim yang ibadahnya hari ini lebih buruk daripada kemarin, ia adalah orang yang terlaknat. Demikian pula jika pengetahuan dan ilmunya tidak bertambah malah berkurang. Atau, jika hari ini tidak lebih shaleh daripada hari kemarin. Atau, jika kebaikannya juga tidak lebih baik daripada hari kemarin.

Karena dengan demikian ia tidak mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan. Maka, pantaslah jika Sayyidina Ali menyifatinya sebagai terlaknat.

Menyambut tahun baru hendaknya setiap orang melakukan perenungan akan hal ini. Hura-hura tahun baru tidak ada maknanya, dan bahkan bisa dikatakan sebagai tindakan mubazir jika ternyata hal itu tidak membuat kita menjadi semakin baik, apalagi malah cenderung destruktif/ rusak/merusak. Sebagai Muslim harus berpikir jernih bagaimana menyiapkan masa depannya daripada hura-hura yang tidak ada manfaatnya.

Sebagai penutup mari mengingat ulang pesan Baginda Tercinta Rasulullah saw : 

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

“Dua nikmat, kebanyakan manusia tertipu dengan keduanya, yaitu (nikmat) kesehatan dan waktu luang.” (HR. Al-Bukhari).

Semoga tahun depan kita menjadi pribadi yang selalu beruntung, yaitu yang hari-harinya semakin bertambah baik dalam segala hal.

Wallahu'alam. (/oh)

Pelaksanaan Pengelolaan Kelas

Materi didaktik Metodik

Apa itu kelas??
Dalam dunia pendidikan kelas merupakan dikenal istilah kelas, menurut KBBI kelas adalah ruang tempat belajar di sekolah.

Menurut wikipedia kelas berupa sekelompok murid di tingkatan yang sama dalam sebuah institus ataupun sekelompok murid yang lulus dari lembaga tersebut di saat yang sama.

Pemahaman Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar-mengajar.

Menurut J.M Cooper dalam Eliana (2010: 3) istilah pengelolaan kelas dan disiplin kelas dipakai sebagai sinonim. Secara lebih khusus ini dapat berbunyi: pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas.

Didasarkan pada prinsip-prinsip pengubahan tingkah laku (behavioral modification). Dalam kaitan ini pengelolaan kelas dipandang sebagai proses pengubahan tingkah laku siswa. Peranan guru ialah mengembangkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan

Pengelolaan Kelas dan Pengajaran 
Pengelolaan Kelas adalah berbagai kegiatan yang sengaja dilakukan oleh guru agar mampu mengelola kelas dengan baik supaya tujuan pembelajran kita tercapai serta dapat mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar.

Sedangkan untuk pengajaran adalah segala jenis kegiatan yang dengan sengaja kita lakukan dan secara langsung dimaksudkan untuk mencapai tujuan- tujuan khusus pengajaran. 

Dengan demikian guru-guru perlu memahami dan memegang salah satu definisi tersebut diatas yang akan menjadi pedoman bagi tingkah laku dan kegiatan guru didalam kelas dalam rangka mengelola kelasnya.

Pelaksanaan Pengelolaan Kelas
Langkah-langkah yang harus dilakukan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran menurut Djamarah dan Zain (2006: ) meliputi rangkaian kegiatan sebagai berikut:

1. Membuka kegiatan pembelajaran melalui apersepsi, yaitu mengaitkan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan apa yang sudah dipelajari sebelumnya maupun dengan pengalaman atau pemahaman yang sudah dimiliki peserta didik.

2  Menjelaskan program pembelajaran yang harus dilakukan peserta didik, 
yaitu menginformasikan tujuan dan program pembelajran yang dirancang guru pada tahap pra pembelajaran.

3. Mengorganisasikan pelaksanaan kegiatan belajar peserta didik, termasuk mengatur waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan pembelajaran maupun mengorganisasikan peserta didik dalam pembelajarannya (individual, kelompok dan klasikal).

4. Penyajian bahan belajar dengan pendekatan yang sesuai (ekspositori,inkuiri, eksperimen, atau discovery).

5. Memotivasi kegiatan belajar peserta didik melalui penguatan, penjelasan, penghargaan, ataupun apresiasi terhadap perilaku belajar peserta didik.

6. Melakukan penyesuaian–penyesuaian kegiatan belajar peserta didik berdasarkan analisis kondisi pembelajaran yang terjadi, agar kegiatan pembelajaran lebih menyenangkan peserta didik.

Demikian bahasan singkat tentang Pengertian kelas dan Pengelolaan Kelas semoga bermanfaat.

Wallahu'alam (/oh)

Materi 1 : Pernikahan - Pengertian, Hukum, Tujuan dan Rukun

MUNAKAHAT
(Materi Pendidikan Agama Islam SMA Kelas XII)

Materi 1 : 
Pernikahan (Pengertian, Hukum, Tujuan dan Rukun)

1. Pengertian
Munakahat berarti pernikahan atau perkawinan. Menurut bahasa Indonesia, kata nikah berarti berkumpul atau bersatu. Dalam istilah syariat, nikah itu berarti melakukan suatu akad atau perjanjian untuk mengikatkan diri antara seorang laki-laki dan seorang perempuan serta menghasilkan hubungan kelamin antara keduanya dengan suka rela dan persetujuan bersama, demi terwujudnya keluarga (rumah tangga) bahagia, yang di ridai oleh Allah SWT.

2. Hukum Nikah
Menurut sebagian besar ulama, hukum nikah pada dasarnya adalah mubah, boleh dikerjakan dan boleh ditinggalkan. Hukum nikah dapat berubah menjadi sunah, wajib, makruh, atau haram. Penjelasannya adalah sebagai berikut:

1.  Sunah
Bagi orang yang ingin menikah, mampu menikah, dan mampu pula mengendalikan diri dari perzinaan, walaupun tidak segera menikah, maka hukum nikah adalah sunah.
2. Wajib
Bagi orang yang ingin menikah, mampu menikah, dan ia khawatir berbuat zina jika tidak segera menikah, maka hukum nikah adalah wajib.
3.  Makruh
Bagi orang yang ingin menikah, tetapi belum mampu member nafkah terhadap istri dan anak-anaknya, maka hukum nikah adalah makruh.
4.  Haram
Bagi orang yang bermaksud menyakiti wanita yang akan ia nikahi, maka hukum nikah adalah haram.

3. Tujuan Pernikahan
Secara umum, tujuan pernikahan menurut Islam adalah untuk memenuhi hajat manusia (pria terhadap wanita atau sebaliknya) dalam rangka mewujudkan rumah tangga yang bahagia, sesuai dengan ketentuan-ketentuan agama Islam. Apabila tujuan pernikahan yang bersifat umum itu diuraikan secara terperinci tujuan pernikahan yang islami dapat dikemukakan sebagai berikut:

Untuk memperoleh rasa cinta dan kasih sayang. Allah SWT berfirman: ”Dan jadikan-Nya di antara kamu rasa kasih dan sayang…” (Q.S. Ar-Rum, 30: 21)

Untuk memperoleh ketenangan hidup (sakinah). Allah SWT berfirman: “Dan di antara tanda-tanda kebiasaan-Nya ialah Dia menciptakan istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya…” (Q.S. Ar-Rum, 30:21)
 
Untuk mewujudkan keluarga bahagia di dunia dan akhirat.

4. Rukun Nikah
Rukun nikah ada lima macam yakni sebagai berikut:
1)  Ada calon suami, dengan syarat: laki-laki yang sudah berusia dewasa (19 tahun), beragama Islam, tidak dipaksa/terpaksa, tidak ssedang dalam ihram haji atau umrah, dan bukan mahram calon istrinya.

2)  Ada calon istri, dengan syarat: wanita yang sudah cukup umur (16 tahun): bukan perempuan musyrik, tidak dalam ikatan perkawinan dengan orang lain, bukan mahram bagi calon suami dan tidak dalam keadaan ihram haji atau umrah.

3)  Ada wali nikah, yaitu orang yang menikahkan mempelai laki-laki dengan mempelai wanita atau mengizinkan pernikahannya.

a)  Wali Nasab, yaitu wali yang mempunyai pertalian darah dengan mempelai wanita yang akan dinikahkan

b)  Wakil Hakim, yaitu kepala negara yang beragama Islam.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang wali nikah adalah sebagai berikut:
 a) Beragama Islam.
 b) Laki-laki.
 c) Balig dan berakal.
 d) Merdeka dan bukan hamba sahaya.
 e) Bersifat adil.
  f)Tidak sedang ihram haji atau umrah.
 
4)  Ada dua orang saksi.
5)  Ada akad nikah yakni ucapan ijab kabul. 
Ijab adalah  ucapan wali (dari pihak mempelai wanita), sebagai penyerahan kepada mempelai laki-laki. 

Qabal adalah ucapan mempelai laki-laki sebagai tanda penerimaan. Suami wajib memberikan mas kawin (mahar) kepada istrinya, tetapi mengucapkannya dalam akad nikah hukumnya sunnah. 

Suruhan untuk memberikan mas kawin terdapat dalam Al-Qur’an yang artinya: “Berikanlah mas kawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan…” (Q.S. An-Nisa’, 4: 4).

Sumber : Buku PAI SMA BSE ed revisi 2016


Khutbah Jum’at Waktu Bagi Seorang Muslim

إنّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه . اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ ، أُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Jamaah Jum’ah Rahimakumullah,
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita waktu yang penuh dengan keberkahan, keselamatan, kebahagiaan, keamanan, dan kesehatan yang paripurna, yang tidak ada rasa sakit yang datang setelahnya. Bahwa pada dasaarnya setiap orang telah diberikan modal berupa waktu yang sama oleh Allah, yakni sehari selama 24 jam.

Modal yang sama tersebut, belum tentu sama dalam penggunaannya. Sebagai contoh, pada jam yang sama masih ada yang duduk di depan televisi, menghadap layar android di rumah, bersendau gurau di jalan, sibuk jual beli di pasar, bekerja di sawah dan ladang. Namun di tempat yang lain mereka yang di ladang bergegas bersih diri begitu bedug dipukul, mereka yang di rumah bersegera wudhu dan berangkat menghadiri shalat Jumat begitu adzan berkumandang, bahkan banyak dari mereka yang lebih dahulu datang sebelum khatib naik mimbar, mengisi waktu tersebut dengan shalat, dzikir, dan tilawah Alquran.

Orang yang datang ke masjid dalam rangka memenuhi panggilan Allah untuk beribadah, maka setiap derap langkah satu kakinya akan meninggikan derajat, sementara langkah kaki lainnya akan menghapus dosa. Sebagaimana hadis berikut:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ، ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ منْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ ، كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً ، وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa bersuci di rumahnya, kemudian berjalan ke salah satu rumah Allah (masjid) untuk melaksanakan kewajiban yang Allah tetapkan, maka kedua langkahnya, yang satu menghapus kesalahan dan satunya lagi meninggikan derajat.” (HR. Muslim)

Sekali lagi, waktu yang sama tetapi isi berbeda.

Jamaah Jum’ah Rahimakumullah,
Rasulullah juga pernah menyampaikan bahwa ada dua nikmat yang sering diabaikan oleh manusia, yakni pertama ialah nikmat waktu luang, dan kedua yaitu nikmat sehat.

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

“Dua nikmat, kebanyakan manusia tertipu dengan keduanya, yaitu (nikmat) kesehatan dan waktu luang.” (HR. Al-Bukhari)

Bagi mereka yang mau mensyukuri nikmat waktu, sudah barang tentu modal waktu yang Allah berikan akan dimanfaatkan dan diisi dengan padat, dengan hal-hal yang bermanfaat. Sebaliknya bagi yang kufur dengan nikmat waktu, boleh jadi modalnya itu terbuang sia-sia, banyak kegiatan yang tidak menghasilkan manfaat di dalamnya. Namun justru na’udzubillah menjerumuskan diri pada kemaksiatan dan kebatilan. Sebagaimana kata bijak yang mengatakan bahwa, jika dirimu tidak disibukkan dengan hal-hal yang baik, pasti akan disibukkan dengan hal-hal yang batil.

Jamaah Jum’ah Rahimakumullah,
Dalam Alquran terdapat pesan yang sangat penting untuk menggugah dan mengingatkan diri akan anugerah yang Allah berikan berupa waktu itu. Dalam pandangan seorang muslim, waktu dikenal dengan empat istilah.

Pertama ialah ad-Dahr, sebagaimana dalam QS. Al-Insan ayat pertama,

هَلْ أَتَىٰ عَلَى ٱلْإِنسَٰنِ حِينٌ مِّنَ ٱلدَّهْرِ لَمْ يَكُن شَيْـًٔا مَّذْكُورًا

“Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?”. Ad-Dahr adalah waktu sebelum keberadaan seseorang. Maka terhadap ad-Dahr, seorang tidak mempunyai konsekuensi. Seorang tidak akan diminta pertanggung jawaban sebelum ia ada atau lahir di alam dunia.

Kedua ialah ‘Ajal, sebagaimana dalam QS. Al-A’raf: 34,

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ ۖ فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ

“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.”. ‘Ajal artinya batas keberadaan sesuatu. Itu mengapa orang yang meninggal sering disebut telah sampai pada ‘ajalnya, yakni telah sampai pada batas hidupnya di dunia.

Ketiga ialahal-Waqt, sebagaimana potongan ayat dalam QS. An-Nisa: 103,
إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ كَانَتْ عَلَى ٱلْمُؤْمِنِينَ كِتَٰبًا مَّوْقُوتًا…

“…Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”. Al-Waqt adalah batas dari berakhirnya suatu pekerjaan, seperti adanya batas-batas waktu dalam shalat. Istilah ini yang kemudian diadopsi oleh bahasa Indonesia, al-waqt menjadi waktu.

Keempat ialah al-‘Ashr, sebagaimana dalam QS. Al-‘Ashr: 1-3,

وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. Allah peringatkan hambanya dengan al-‘Ashr.

Jamaah Jum’ah Rahimakumullah,
Harta yang hilang bisa dicari lagi. Namun waktu yang hilang tidak pernah bisa akan kembali lagi. Manusia yang berada dalam kerugian sebagaimana dalam QS. Al-‘Ashr, para ulama memilki beberapa penafsiran. Ada yang mengatakan bahwa manusia di sini ialah semua orang. Ulama lainnya berpendapat bahwa manusia di sini bermakna mereka yang sudah baligh. Sebab, sebelum akil baligh semua amalan yang ia lakukan belum dihisab atau belum mukallaf.

Kata خُسْرٍ –khusrin’- dalam kaidah bahasa Arab disebut dengan istilah isim nakiroh atau kata benda yang memiliki makna keanekaragaman. Sehingga maknanya menjadi manusia itu akan berada dalam keanekaragaman kerugian, kecuali mereka yang beriman. Iman merupakan keyakinan penuh dalam hati, ikrar dengan lisan, dan pengamalan dalam amal perbuatan. Beriman kepada Allah, para Malaikat-Nya, para Nabi dan Rasul-Nya, kitab-kitab suci-Nya, hari Akhir, dan Qadha-Qadhar-Nya.

Iman akan tumbuh subur dengan ilmu. Sehingga apabila kita ingin agar memiliki keimanan yang kuat, maka carilah ilmu sebanyak-banyaknya untuk menyuburkan iman tersebut. Teruslah belajar, tanpa terbatasi oleh waktu, tempat, dan keadaan.

Namun hanya mengandalkan iman saja, orang masih merugi. Sehingga ayatnya dilanjutkan dengan wa ‘amilū aș-șālihāt. Amal itu adalah apa yang dihasilkan oleh pikiran, hati dan perbuatan. Bukan hanya perbuatan saja, bahkan pikiran, gagasan kita juga tergolong amal, serta gerakan hati pun termasuk amal. ‘Amilū aș-șālihāt maknanya bukan sembarang amal, akan tetapi amal yang shalih, amal yang membawa pada kebaikan baik untuk diri maupun makhluk Allah yang lain.

Kerugian seolah tidak berhenti, hingga menyempurnakannya dengan watawā śaubil haq- watawā śaubi al-șabr. Saling nasehat menasehati dalam soal yang haq. Haq itu makna asalnya yang kokoh, adapun yang kokoh itu ialah nilai-nilai agama. Di mana nilai-nilai agama ini akan selalu tegak dan kokoh kapan dan di manapun. Kemudian menjadikan paripurna sampai saling bernasihat untuk senantiasa berlaku sabar.

Wallahu'alam. (/oh)

Khutbah Kedua
......

Tadabur al Ashr | Setiap Masa Ada Generasinya, Setiap Generasi Ada Masanya.

(Catatan Awal dan Akhir sebuah perjuangan Perjuang Dakwah)

Alhamdulillah, wa sholatu wa salamu ala Rasulillah saw. wa ba'd.

Salah satu hal yang akan menentukan kesuksesan dan kegagalan seseorang dalam kehidupan dunia adalah kemampuannya mengatur waktu.

Waktu tidak akan dapat terulang kembali. Ketika ada kesempatan harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Orang yang dapat mengatur waktu dengan baik adalah akan meraih kesuksesan, orang yang tidak dapat mengatur waktu dengan baik akan mendapatkan kegagalan.

Inilah Ibroh yang dapat kita ambil dari penjelasan Al-Quran Surat Al-Ashr. Terkait dengan waktu atau masa yang memang menjadi bahasan utama dalam Surat Al-Ashr, bahwa pentingnya peran waktu dalam menentukan kesuksesan ataupun kegagalan seseorang, sampai-sampai Allah SWT bersumpah demi waktu dalam awal surat tersebut. 

Sebagai bahan gambaran produk/rencana/program atau barang yang bagus, kalau  tidak dikelola dengan tepat dalam menentukan waktu, maka tidak akan mendapatkan untung/hasil/target dan tujuan maksimal. Sama saja ketika kita berdakwah mengajak kepada kebaikan tetapi tidak memilih waktu yang tepat, maka akan menemui kegagalan.

Dalam perjalanan waktu, setiap orang akan menemui masanya masing-masing. Siapa saja yang memang sedang waktunya sukses, akan sukses. Sebaliknya kalau memang sudah waktunya gagal walaupun sudah diatur sebaik mungkin, akan tetap gagal. Begitupun dengan perjalan Dakwah.

Namun fenomena sukses dan gagal ini akan memunculkan sikap husnudzan (berbaik sangka) dan menjauhkan diri dari sifat iri dan gampang menghina orang lain. Kalau Allah memang sedang menjadikan seseorang dalam kegagalan atau kesuksesan memang masanya harus begitu. Setiap masa ada generasinya setiap generasi ada masanya.

Oleh karena itu tugas kita adalah mengajak kepada siapa saja untuk senantiasa memanfaatkan waktu dengan baik dan melakukan aktifitas yang berkualitas karena hal tersebut akan menjadikan umur panjang. 

Namun dalam melakukan sesuatu harus dengan perencanaan yang baik dan tidak tergesa-gesa. Karena itu kita diingatkan bahwa tergesa-gesa termasuk perbuatan setan dan berhati-hati datang dari Allah SWT.
Semoga dalam menyongsong awal tahun 2021 kita tekadkan untuk  berjuang, selamat berdakwah, tetap istiqomah dan berada dalam kebenaran.

Wallahu'alam (/oh)

Keadilan dan Pemimpin Yang Adil

IKHTISAR JUMAT, Keadilan dan Pemimpin Yang Adil Bandung, 1 November 2014 "Satu waktu nanti akan tiba atas umatku penguasa s...