7 Falsafah & 17 Kelompok Ayat Al-Quran

KRH Hadjid, murid termuda KH .Ahmad Dahlan, menulis 7 falsafah ajaran dan 17 kelompok ayat Al-Qur ’ an yang menjadi pokok wejangan dan pelajaran dari pendiri Persyarikatan Muhammadiyah. 

Beliau berkeyakinan bahwa berbagai kesulitan yang timbul dalam masyarakat dapat diatasi dengan ketujuh falsafah tersebut sebagaimana ketujuh belas kelompok ayat Al-Qur’an dapat dijadikan sebagai pegangan pokok oleh para pewaris Muhammadiyah yang tidak sedikit diantara mereka telah meninggalkan jiwa/ruhiyah Muhammadiyah itu sendiri.

Tujuh falsafah ajaran yang dimaksud ialah; 
(1) Kita, manusia ini, hidup di dunia hanya sekali untuk bertaruh: sesudah mati, akan mendapat kebahagiaankah atau kesengsaraan?; 

(2) Kebanyakan diantara manusia berwatak angkuh dan takabbur, mereka mengambil keputusan sendiri-sendiri; 

(3) Manusia itu kalau mengerjakan pekerjaan apapun, sekali, dua kali, berulang-ulang, maka kemudian jadi biasa. Kalau sudah menjadi kesenangan yang dicintai, maka kebiasaan yang dicintaiitu sukar untuk diubah. Sudahmenjadi tabiat, bahwa kebanyakan manusia membela adat kebiasaan yang telah diterima, baik itu dari sudut keyakinan atau i’tikad, perasaan kehendak maupun amal perbuatan. Kalau ada yang akan merubah, mereka akan sanggup membela dengan mengorbankan jiwa raga. Demikian itu karena anggapannya bahwa apa yang dimiliki adalah benar; 

(4) Manusia perlu digolongkan menjadi satu dalam kebenaran, harus bersama-sama menggunakan akal fikirannya untuk memikirkan,bagaimana sebenarnya hakekat dan tujuan manusia hidup di dunia. Apakah perlunya? Hidup di dunia harus mengerjakan apa? Danmencari apa? Dan apa yang dituju?. Manusia harus mempergunakan pikirannya untuk mengoreksi soal i’tikad dan kepercayaannya, tujuan hidup dan tingkah lakunya, mencari kebenaran sejati. 

Karena kalau hidup di dunia hanya sekali ini sampai sesat,akibatnya akan celaka dan sengsara selama-lamanya.”Adakah engkau menyangka bahwasanya kebanyakan manusia suka mendengarkan atau memikir-mikir mencari ilmu yang benar.” Al-Furqan : 44;

(5) Setelah manusia mendengarkan pelajaran-pelajaran fatwa yang bermacam-macam, membaca beberapa tumpuk buku…Sekarang, kebiasaan manusia tidak berani memegang teguh pendirian dan perbuatan yang benar karena khawatir kalau menetapi kebenaran, akan terpisah dari apa-apa yang sudah menjadi kesenangannya, khawatir akan terpisah dengan teman-temannya. Pendek kata, banyak kekhawatiran itu yang akhirnya tidak berani mengerjakan barang yang benar, kemudian hidupnya seperti makhluq yang tak berakal, hidup asal hidup, tidak menempati kebenaran; 

(6) Kebanyakan pemimpin-pemimpin rakyat, belum berani mengorbankan harta benda dan jiwanya untuk berusaha tergolongnya umat manusia dalam kebenaran. Malah pemimpin-pemimpin itu biasanya hanya mempermainkan, memperalat manusia yang bodoh-bodoh dan lemah; 

(7) Pelajaran terbagi atas dua bagaian: belajar ilmu, pengetahuan atau teori dan belajar amal, mengerjakan atau mempraktekkan. Semua pelajaran harus dengan cara sedikit demi sedikit, setingkat demi setingkat…Demikian juga dalam belajar amal, harus bertingkat. Kalau setingkat saja belum dapat mengerjakan, tidak perlu ditambah.

Adapun 17 kelompok ayat Al-Qur’an yang menjadi pokok wejangan dan pelajaran dari pendiri Persyarikatan Muhammadiyah adalah sebagai berikut; 
(1) Membersihkan diri sendiri, Al-Jâtsiyah ayat 23 ; 
(2) Menggempur hawa nafsu mencintai harta benda, al-Fajr ayat 17-23 ; 
(3) Orang yang mendustakan agama, al-Mâ ’ ûn ayat 1-7 ; 
(4) Apakah artinya agama itu, al-Rûm ayat 30 ; 
(5) Islam dan sosialisme, al-Tawbah ayat 34-35 ; 
(6) Surat al-‘Ashr ayat 1-3 ; 
(7) Iman/kepercayaan, al-‘Ankabût ayat 1-3 ; 
(8) Amal sholeh, al-Kahf ayat 110 dan al-Zumar ayat 2 [2]; 
(9) Wa tawâshaw bil h aqq, Yûnus ayat 108, al-Kahf ayat 29, Mu h ammad ayat 3, al-An ’ âm ayat 116, al-Furqân ayat 44, al-Anbiyâ ’ ayat 24,Yûnus ayat 32, al-Shaff ayat 9, al-Baqarah ayat 147, al-Anfâl ayat 8, al-Isrâ ’ ayat 81 dan al-Mu ’ minûn ayat 70 ; 
(10) Wa tawâshaw bish-shabri ; 
(11) Jihad, Âli ‘Imrân ayat 142 ; 
(12) Wa anâ minal muslimîn, al-An ’ âm ayat 162-163 ; 
(13) Al-Birru, Âli ‘Imrân ayat 92 ; 
(14) Surat al-Qâri’ah ayat 6-11 ; 
(15) Surat al-Shaff ayat2-3 ; 
(16) Menjaga diri, al-Ta h rîm ayat 6 ; dan terakhir 
(17) Apakah belum waktunya, surat al- H adîd ayat 16 .
Itulah ketujuh falsafah ajaran dan tujuh belas kelompok ayat al-Qur’an yang selalu ditekankan oleh Allâh Yar h amuhu KH Ahmad Dahlan kepada murid-muridnya. Wajiblah bagi para kader Muhammadiyah untuk membaca, memahami, menjiwai, dalam melakukan amal pejuangan dengan Muhammadiyah. Meskipun ajaran ini sudah terlalu lama 1 abad silam, namun spirit pemahaman Islam berkemajuan akan selalu relevan dengan konteks zaman sekarang bahkan masa mendatang.

[1] KRH Hadjid. 2008. Pelajaran KH.A Dahlan: 7 Falsafah & 17 Kelompok Ayat Al-Qur’an. Yogyakarta: LPI PPM

sumber : sangpencerah.id

https://www.google.com/amp/s/sangpencerah.id/2013/09/pelajaran-khahmad-dahlan-7-falsafah-17/%3famp

Berteman yang Baik, Cara Memperbaiki Kualitas Diri

Berteman yang Baik, Cara Memperbaiki Kualitas Diri
ilustrasi gambar : wattpad.com

  اَلْحَمْدُ للهِ، اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَوْصَلَ الْمُقْبِلِيْنَ إلَيْهِ بِفَضْلِهِ إِلَى الْمَرَاتِبِ الْعَلِيَّةِ، وَبَلَّغَهُمْ بِبَرَكَةِ نَبِيِّهِ كُلَّ أُمْنِيَّةٍ، وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَى حَبِيْبِناَ مُحمّدٍ الْعَبْدِ الصَّالِحِ الْقَائِمِ بِمَا اسْتَطَاعَ مِنْ حَقِّ الرُّبُوْبِيَّةِ، وَآلِهِ وَصَحْبِهِ خَيْرِ الْبَرِيَّةِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ وَمَوْلَانَا مُحَمَّداً ﷺ صَاحِبُ الْأَخْلَاقِ السَّنِيَّةِ، اَلَّذِيْ لَا نَبِيَّ بَعْدَهْ. أَمَّا بَعْدَه فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْنِيِ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ 

dihari dan di tempat yang mulia ini, kami berwasiat kepada pribadi kami sendiri, juga kepada para hadirin sekalian, marilah kita tingkatkan takwa kita kepada Allah subhânahu wa ta’âlâ dengan selalu menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya.    
   قَالَ بَعْضُ الْحُكَمَاءِ إِنَّ اللهَ قَسَمَ بَيْنَكُمُ الْأَخْلَاقَ كَمَا قَسَمَ بَيْنَكُمُ الْاَرْزَاقَ    

Artinya: “Sebagian ulama ahli hikmah berkata, ‘Sesungguhnya Allah membagi-bagi akhlak kalian sebagaimana Ia membagikan rezeki kepada kalian’.”   Secara material, ada orang yang diberikan rezeki melimpah ruah, serba kecukupan; ada pula yang sederhana, tak begitu banyak. Demikian pula akhlak. Ada orang yang diberi anugerah oleh Allah mempunyai akhlak yang sangat bagus, menjadi orang yang shalih. Ada juga yang akhlaknya lumayan bagus. Dan ada pula yang kurang punya adab.    Mari kita introspeksi diri kita masing-masing, kita termasuk golongan orang yang mana?
 Sayyidina Umar ibn Khattab mengatakan: 

  حَاسِبُوْا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوْا   
 
Artinya: “Introspeksilah pribadi kalian masing-masing sebelum kalian dihisab pada hari kiamat nanti.”    Hadirin,    Di sini Sayyidina Umar tidak mengatakan:   حَاسِبُوْا غَيْرَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوْا    Artinya: “Hitung-hitunglah amal orang lain sebelum kalian dihisab.”   Maksudnya Sayyidina Umar supaya kita tidak suka mengoreksi pribadi orang lain. Namun kita koreksi pribadi kita masing-masing.

 Ar-Rafi’i berkata:
    مَنْ شَغَلَهُ بِعُيُوْبِ النَّاسِ، كَثُرَتْ عُيُوْبُهُ وَهُوَ لاَ يَدْرِيْ   

Artinya: “Barangsiapa sibuk mencari kekurangan orang lain, cacat pribadinya akan menumpuk banyak sedangkan ia sendiri tidak mengetahui.”    Pepatah mengatakan, “Semut di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tidak terlihat.” Menggambarkan bagaimana orang yang suka mencari kesalahan orang lain namun lupa mengoreksi dirinya sendiri.    Hadirin hafidhakumullah,    Baginda Nabi Agung Muhammad ﷺ adalah pribadi sangat mulia. Ia diciptakan sebagai teladan atau prototipe orang yang akhlaknya benar-benar diakui oleh Allah dalam Al-Quran dengan sanjungan Allah berupa: 

  وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ    

Artinya: “Sesungguhnya kamu (Muhammad) pasti mempunyai akhlak yang sangat agung.” (QS Al-Qalam: 4)    Nabi Muhammad adalah pribadi yang perhatiannya kepada masyarakat di sekitarnya sangat besar. Keberadaannya membuat orang yang di sekitarnya merasa terayomi. Ia tidak pernah merugikan orang lain. Apalagi sampai merugikan, mengecewakan saja Nabi tidak pernah kecuali jika memang pribadi orang yang kecewa adalah orang yang iri atau hasud atas kebaikan dan kerasulan Baginda Nabi Muhammad ﷺ.    Suatu ketika Nabi Muhammad pernah mendapatkan uang 90.000 dirham atau setara dengan sekitar Rp350 juta. Rasulullah kemudian membagikannya kepada masyarakat di sekitar sampai benar-benar habis. Setelah uang habis, tiba-tiba ada seorang miskin datang sowan kepada Nabi.    “Ya Rasulallah, kami belum dapat.”    Kata Nabi, “Wah, ini sudah habis semua. Tapi kamu tetaplah tenang. Jangan khawatir! Sana pergilah ke toko. Belanjalah sesuai dengan kebutuhanmu. Dan bilang sama penjualnya, nanti insyaallah aku yang akan membayar.”    Seperti demikianlah profil Rasulullah yang all out dalam membela masyarakat. Tidak menumpuk kekayaan pribadi sedangkan di sampingnya susah, diabaikan pura-pura tidak tahu. Banyak orang yang inginnya ditokohkan di tengah-tengah masyarakat. Namun belum mau meneladani bagaimana Nabi memposisikan dirinya sebagai tokoh masyarakat.    Nabi Muhammad bukanlah tokohnya umat Islam saja. Dalam membangun peradaban Madinah, Nabi Muhammad berdiri di atas semua golongan. Orang-orang non-Muslim pun, asalkan dzimmi atau tidak melawan, memerangi Islam, akan mendapat perlindungan penuh dari Rasulullah ﷺ. 

Para sahabat, orang yang hidup pada generasi terbaik sepanjang sejarah juga berusaha melakukan hal-hal yang dicontohkan oleh baginda Nabi Agung Muhammad ﷺ. Sahabat Abud Darda’ mengaku:

    إِنِّيْ لَأَدْعُوْ سَبْعِيْنَ مِنْ إِخْوَانِيْ فِيْ سُجُوْدِيْ أُسَمِّيْهِمْ بِأَسْمَائِهِمْ وَاحِدًا بَعْدَ وَاحِدٍ (أو كما قال) ـ   

Artinya: “Sesungguhnya aku mendoakan 70 orang dari saudara-saudaraku dalam sujudku. Saya sebut nama mereka masing-masing satu persatu.”    Potret orang shalih adalah orang yang berkepribadian baik. Entah itu saat di depan khalayak, atau pun bahkan saat sendirian di tengah malam, saat memanjatkan doa-doa munajat, saat sujud dalam sunyi, mereka tetap berkepribadian baik. Orang baik bukanlah orang yang apabila ada orang lain ia menghardik setan namun saat mereka sendiri di kamar atau sejenisnya, ia justru memuja setan.    

Agar kita menjadi orang baik, salah satu caranya adalah melalui berteman dengan orang-orang baik. Ciri-ciri orang yang baik adalah orang yang jika kita semakin mendekat, semakin hari semakin dekat, saat itu pula akan semakin tampak kebaikan-kebaikan yang terkuak, berarti orang yang demikian adalah orang baik.    Sebaliknya, apabila kita berteman kepada seseorang, semakin hari semakin lama semakin tampak keburukan-keburukan yang ia lakukan, berarti orang yang mempunyai tipe seperti ini adalah orang buruk.   
 
Di antara cara kita untuk menyeleksi teman itu termasuk baik atau tidak adalah dengan cara melihat siapa saja teman yang ia kumpuli. Jika kita lihat teman-teman orang tersebut baik, setidaknya kita bisa menilai secara umum bahwa orang itu adalah orang baik. Sebaliknya, jika perkumpulannya adalah orang-orang buruk, suka minuman keras, narkoba dan lain sebagainya, secara umum ia masuk kategori mereka. Adapun orang-orang khusus yang dalam rangka dakwah atau misi-misi tertentu, itu adalah pengecualian.    Dalam sebuah syair dikatakan: 

   عَنِ الْمَرْءِ لاَ تَسْأَلْ وَسَلْ عَنْ قَرِيْنِهِ  #  فَكُلُّ قَرِيْنٍ بِالْمُقَارَنِ يَهْتَدِيْ   

Artinya: “Jangan menanyakan tentang profil seseorang secara langsung. Tanyakan saja bagaimana profil kawan-kawannya. Sebab setiap teman akan selalu mengekor kepada sikap orang yang ditemani.”

Ada sebuah ilmu yang membahas tentang hipnotis. 
Hipnotis yang kita kenal bisa memasuki alam bawah sadar tersebut bentuknya beraneka ragam. Ada yang melalui tangan, gerakan, maupun perkataan.    Ada iklan satu produk yang diiklan di televisi dengan diulang-ulang bisa jadi sampai 100 kali sehari. Tujuannya apa? Kalau hanya mengenalkan satu produk, cukup sekali atau lima kali tayang sudah cukup. Namun bukan begitu tujuannya. Ia mempunyai tujuan menghipnotis. Memasukkan satu produk ke dalam alam bawah sadar kita dengan cara disampaikan melalui audio visual secara masif, berulang-ulang. Dengan begitu, jika sudah tertanam, penonton akan membeli produk sesuai perintah alam bawah sadarnya.    Begitu pula orang berteman. 

Orang yang berteman atau mempunyai lingkungan baik, karena kebaikan selalu diulang secara terus menerus di depan mata baik siang maupun malam, secara otomatis alam bawah sadar seseorang akan memerintahkan kebaikan. Begitu pula orang yang kumpulnya dengan preman yang suka berkelahi, biasa bergumul dengan tetangga yang suka ngerumpi, senang menonton sinetron yang isinya pacaran, berkelahi, KDRT, dan lain sebagainya, jika hal ini berkesinambungan secara terus menerus, akan merusak kepribadian seseorang.    
Oleh karena itu, Nabi Ibrahim sampai meninggalkan istrinya Hajar dan Ismail di samping Ka’bah persis. Nabi Ibrahim meninggalkan mereka untuk menuju Palestina karena wahyu dari Allah. Nabi Ibrahim tega meninggalkan mereka di lembah nan tandus, tidak ada sumber mata air dan tumbuh-tumbuhan. Tekad Ibrahim sangat kuat. Hanya ada satu alasan meninggalkan mereka di situ, yaitu di lembah yang berada di sisi Baitul Haram, di samping Ka’bah yang mulia. Sehingga harapan Ibrahim adalah karena dekat Ka’bah, nantinya mereka rajin melakukan ibadah kepada Allah berupa shalat.    Dalam Al-Quran disebutkan doa Ibrahim: 

   رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ
 ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ    

Artinya: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami menempatkan keturunan kami di sebuah lembah yang tandus, tidak ada tanaman di samping Baitul Haram. Tuhan kami supaya mereka menunaikan shalat. Jadikan hati-hati manusia ingin mendatangi mereka. Berilah mereke rezeki supaya mereka bersyukur. (QS Ibrahim: 37)   

Dengan demikian, sudah semestinya kita membangun komunitas-komunitas, pertemanan-pertemanan kita dengan komunitas dan pertemanan yang isinya orang-orang baik. Supaya kita bisa ikut-ikutan berubah menjadi semakin lebih baik-lebih baik. 

Semoga kita senantiasa diberi pertolongan oleh Allah untuk selalu berbuat baik secara istiqamah, nantinya kita diberi anugrah oleh Allah pada saatnya kita kembali kelak kita meninggal, kita dan keluarga kita meninggal dalam keadaan husnul khatimah. Amin Allahumma amin. 

  بارك الله لي ولكم في القرأن العظيم، وجعلني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم. إنه هو البَرُّ التَّوَّابُ الرَّؤُوْفُ الرَّحِيْم. أعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجِيْم، بسم الله الرحمن الرحيم، وَالْعَصْرِ (١) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (٢) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (٣) ـ وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرّاحِمِيْنَ

doaku

__Kabulkan Doa kami Ya Alloh
Aamiin yaa Rabbal'alamiin__

Bismillahirrahmanirrahiim

Ya Allah, kami mohon padaMU
Jadikanlah pagi ini awal
terbukanya pintu rizki
pintu taubat,
pintu kebahagiaan dunia akherat

Mudahkanlah segala urusan kami
Hindarkanlah dari segala macam musibah
Indahkanlah dan pereratlah silaturahim kami sampai nanti
Limpahkanlah kepada kami rahmat, taufik, hidayah, barakah, & petunjuk menuju jalan yg Kau ridhai,

Malam kita semakin singkat.. apa yang harus kita lakukan??

Doa Di sepertiga Malam Terakhir

Di antara doa yang mustajab (mudah diijabahi atau dikabulkan) adalah doa di sepertiga malam terakhir. Namun kita sering melalaikan hal ini karena waktu malam kita biasa diisi dengan tidur lelap. Cobalah kita bertekad kuat untuk mendapatkan waktu tersebut. Malamnya kita isi dengan shalat tahajjud dan memperbanyak do’a pada Allah atas setiap hajat kita.

Dari Jabir bin ‘Abdillah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ فِى اللَّيْلِ لَسَاعَةً لاَ يُوَافِقُهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللَّهَ خَيْرًا مِنْ أَمْرِ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ إِلاَّ أَعْطَاهُ إِيَّاهُ وَذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ

“Di malam hari terdapat suatu waktu yang tidaklah seorang muslim memanjatkan do’a pada Allah berkaitan dengan dunia dan akhiratnya bertepatan dengan waktu tersebut melainkan Allah akan memberikan apa yang ia minta. Hal ini berlaku setiap malamnya.” (HR. Muslim no. 757)

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَتَنَزَّلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ ، مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ ، وَمَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ

“Rabb kita tabaroka wa ta’ala turun setiap malam ke langit dunia hingga tersisa sepertiga malam terakhir, lalu Dia berkata: ‘Siapa yang berdoa pada-Ku, aku akan memperkenankan doanya. Siapa yang meminta pada-Ku, pasti akan Kuberi. Dan siapa yang meminta ampun pada-Ku, pasti akan Kuampuni’.” (HR. Bukhari no. 6321 dan Muslim no. 758). 

Muhammad bin Isma’il Al Bukhari membawakan hadits ini dalam Bab ‘Doa pada separuh malam’. Imam Nawawi menyebutkan judul dalam Shahih Muslim Bab ‘Dorongan untuk berdoa dan berdzikir di akhir malam dan terijabahnya doa saat itu’.

Ibnu Hajar menjelaskan, “Bab yang dibawakan oleh Al Bukhari menerangkan mengenai keutamaan berdoa pada waktu tersebut hingga terbit fajar Shubuh dibanding waktu lainnya.” (Fathul Bari, 11/129)

Ibnu Baththol berkata, “Waktu tersebut adalah waktu yang mulia dan terdapat dorongan beramal di waktu tersebut. Allah Ta’ala mengkhususkan waktu itu dengan nuzul-Nya (turunnya Allah).

Allah pun memberikan keistimewaan pada waktu tersebut dengan diijabahinya doa dan diberi setiap  yang diminta.” (Syarh Al Bukhari, 19/118)

Ada suatu pelajaran menarik dari Imam Al Bukhari. Beliau membawakan Bab dengan judul “Doa pada separuh malam”. Padahal hadits yang beliau bawakan setelah itu berkenaan dengan doa ketika sepertiga malam terakhir. Mengapa bisa demikian?

Ibnu Baththol rahimahullah mengatakan bahwa Al Bukhari mengambil judul Bab tersebut dari firman Allah,

قُمِ اللَّيْلَ إِلاَّ قَلِيلاً نِصْفَهُ أَوِ انقُصْ مِنْهُ قَلِيلاً

“Bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit.” (QS. Al Muzzamil: 2-3). Judul bab tersebut diambil oleh Al Bukhari dari ayat Al Qur’an di atas. Dalam hadits sendiri menunjukkan bahwa waktu terijabahnya doa adalah pada sepertiga malam terakhir. Ini menunjukkan bahwa hendaknya seorang muslim benar-benar memperhatikan waktu tersebut dengan ia bersiap-siap sebelum masuk sepertiga malam terakhir yang awal. 

Hendaklah setiap hamba bersiap diri dengan kembali pada Allah kala itu agar mendapatkan sebab ijabahnya doa. Setiap muslim hendaklah memperhatikan waktunya di malam dan siang hari dengan doa dan ibadah kepada Allah Ta’ala. (Syarh Al Bukhari,  19/119)

Catatan:

Waktu malam dihitung dari tenggelamnya matahari (waktu Maghrib) hingga terbit fajar Shubuh. 

Jika waktu Maghrib kira-kira pukul 18.00 dan waktu Shubuh pukul 04.00, berarti waktu malam ada sekitar 10 jam. 

Pertengahan malam berarti jam 11 malam. Sedangkan sepertiga malam terakhir dimulai kira-kira jam 1 dinihari.

Moga Allah mudahkan waktu kita di malam hari diisi dengan shalat tahajjud ikhlas karena-Nya dan semoga Allah memperkenankan setiap doa-doa kita.

Wallahu waliyyut taufiq.

Penyebab Anak Nakal Dalam Islam dan Dalilnya

13 Penyebab Anak Nakal Dalam Islam dan Dalilnya

Assalamuàlaikum.warohmtullohi wabarokatuh.

Semua orang tua pastinya ingin anaknya menjadi anak yang sholeh dan sholehah. Namun tidak semua orang tua mampu mendidik dan menjadikannya sebagai anak yang sholeh dan sholehah. 

Ada berbagai hal yang menyebabkan anak menjadi nakal dalam Islam. Berikut adalah beberapa penyebab anak nakal dalam Islam:

1. Terlalu dimanjakan
Mendidik anak memang tidak boleh menggunakan kekerasan, tapi harus dengan penuh kasih sayang. Namun, tidak juga diperkenankan untuk mendidik anak dengan terlalu dimanjakan. Sifat manja yang nantinya akan tumbuh justru akan membuat anak menjadi keras kepala dan egois.

Sering kali orang tua juga tidak sadar bahwa kebiasaan yang mereka ajarkan justru membuat anak menjadi manja, misalnya membiasakan untuk memberikan sesuatu ketika anak menangis. Dengan mengajarkan kemandirian, Anda juga mengaplikasikan cara meningkatkan akhlak pada anak.

2. Kurang kasih sayang
Anak yang kurang kasih sayang akan melakukan beberapa kenakalan yang bertujuan untuk mendapatkan perhatian. Berikan anak perhatian yang ia perlukan agar ia tidak melakukan kenakalan. Misalnya dengan menceritakan kisah teladan Nabi Muhammad atau keutamaan Abu Bakar Assiddiq sebelum tidur.

Kegiatan yang mendekatkan diri Anda sebagai orang tua dan anak akan membuat anak merasa diperhatikan dan disayangi.

3. Kurang mengenal agama
Hal pertama yang dilakukan orang tua pada anaknya begitu lahir adalah mengadzaninya. Hal ini jelas menunjukkan bahwa sebagai orang tua harus segera mengenalkan Allah dan Islam kepada anak sejak dini. Anak yang kurang mengenal agama tidak akan mengerti bahwa kenakalan yang ia buat adalah salah sehingga ia akan terus berbuat nakal.

Ajarkan ia untuk mengenal Islam lebih dalam dengan hal-hal sederhana, seperti cara makan Rasulullah, larangan memelihara anjing dalam Islam, dan pahala memelihara kucing. Sebagaimana sabda rasul:  “Wahai anak kecil, sebutlah nama Allah (sebelum makan), dan makanlah dengan tangan kananmu, serta makanlah (makanan) yang ada di hadapanmu.“ (H.R. Bukhari)

4. Mendidik terlalu keras
Anak yang dididik terlalu keras akan menjadi keras pula. Ia akan melampiaskan kekesalan yang dipendamnya pada orang lain. Untuk itu, didiklah anak dengan penuh kasih sayang dan kelembutan.  Sebagaimana sabda Rasul: “Barangsiapa yang terhalang dari (sifat) lemah lembut, maka (sungguh) dia akan terhalang dari (mendapat) kebaikan.” (H.R. Muslim, no. 2529)

5. Terlalu sering memarahi anak
Jika anak berbuat salah, itu merupakan hal yang wajar. Untuk itulah kita diwajibkan membimbing anak-anak agar mengetahui mana yang benar dan mana yang salah. Memarahi anak sebaiknya dengan cara yang halus sehingga ia mengerti maksud dari kemarahan kita.

Jangan menunjukkan kemarahan yang berapi-api karena akan merusak mentalnya. Sebagaimana sabda Rasul: “Bukanlah orang yang kuat itu (diukur) dengan (kekuatan) bergulat (berkelahi),  tetapi orang yang kuat adalah yang mampu menahan dirinya ketika marah.“ (H.R. Bukhari)

6. Memukul
Salah satu hal yang sering dilakukan orang tua ketika marah tanpa mereka sadari adalah memukul. Memukul tidak akan membuat anak mengerti apa kesalahan mereka.

Efek yang timbul justru ketakutan dan rasa marah yang terpendam sehingga berubah menjadi kenakalan. Bahkan Rasul melarang untuk memukul bagian wajah. “Jika salah seorang dari kalian memukul, maka hendaknya dia menjauhi (memukul) wajah.” (H.R. Abu Daud)

Dari Abu Mas’ud al-Badri, dia berkata, “(Suatu hari) aku memukul budakku (yang masih kecil) dengan cemeti, maka aku mendengar suara (teguran) dari belakangku, ‘Ketahuilah, wahai Abu Mas’ud!’ Akan tetapi, aku tidak mengenali suara tersebut karena kemarahan (yang sangat). Ketika pemilik suara itu mendekat dariku, maka ternyata dia adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan beliau yang berkata,

‘Ketahuilah, wahai Abu Mas’ud! Ketahuilah, wahai Abu Mas’ud!’ Maka aku pun melempar cemeti dari tanganku, kemudian beliau bersabda, ‘Ketahuilah, wahai Abu Mas’ud! Sesungguhnya Allah lebih mampu untuk (menyiksa) kamu daripada kamu terhadap budak ini,’ maka aku pun berkata, ‘Aku tidak akan memukul budak selamanya setelah (hari) ini.‘” (H.R. Muslim)

Rasul hanya membolehkan memukul anak ketika ia telah berusia 10 tahun, itupun tetap tidak boleh memukul wajah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perintahkanlah kepada anak-anakmu untuk (melaksanakan) shalat (lima waktu) sewaktu mereka berumur tujuh tahun, pukullah mereka karena (meninggalkan) shalat (lima waktu) jika mereka (telah) berumur sepuluh tahun, serta pisahkanlah tempat tidur mereka.“ (H.R. Abu Daud)

7. Tontonan yang salah
Kekuatan media saat ini sangat mempengaruhi perkembangan mental, baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Sebaiknya Anda selalu mengawasai dan mengontrol apa yang ditonton anak Anda di televisi.

Tontonan yang salah akan membuat anak mencontoh yang salah. Misalnya tontonan sinetron yang menunjukkan pacaran. Tontonan seperti ini akan menstimulasi otak anak untuk mencontoh pacaran, padahal pacaran dalam Islam dilarang.

8. Teman yang salah
Bukan hanya penyebab internal saja yang menjadi pemicu kenakalan anak. Banyak orang tua yang saat ini tidak peduli dengan pergaulan anaknya.

Pergaulan dalam Islam seharusnya menawarkan pergaulan yang ikut menuntut peran orang tua dalam mengawasi, tapi pada kenyataannya banyak orang tua melepaskan anaknya bermain layaknya anak ayam yang tidak diawasi sama sekali. Padahal bisa saja anak-anak Anda terpengaruh dengan anak lain yang sudah terlanjur nakal.

9. Depresi
Anak yang terlalu tertekan entah karena masalah keluarga atau masalah di sekolah, bisa menjadi anak yang nakal.

Tekanan yang mereka rasakan akan memicu mereka untuk mencari kenyamanan lain, dan salah satunya dengan cara menjadi nakal. Berikan suasana yang nyaman untuk anak Anda di rumah agar mereka terhindar dari depresi. Depresi bukan hanya membuat anak menjadi nakal, tapi juga akan merusak kesehatan fisiknya.

10. Budaya yang salah
Kemajuan teknologi menyebabkan hilangnya batas antar negara dan budaya sehingga semua budaya dengan mudah diserap oleh semua orang di belahan dunia mana pun. Itulah yang saat ini terjadi sehingga anak-anak juga dengan mudah menyerap kebudayaan luar.

Salah satu kebudayan luar yang tidak baik adalah budaya Valentine. Berikan alasan Valentine dilarang dalam Islam. Jelaskan pula hukum berdoa di media sosial jika anak Anda menggunakan media sosial dalam bergaul.

11. Obat-obatan
Banyaknya produk kimia yang tersebar dimana-mana dengan nilai jual berupa manfaat mencerdaskan anak membuat para orang tua beramai-ramai memberikan anak mereka berbagai  suplemen. Sayangnya hal ini justru berdampak buruk pada anak. Beberapa anak mengalami perubahan hormon yang dapat memicu perubahan perilaku pula.

12. Komunikasi buruk
Salah satu penyebab kenakalan anak adalah kurangnya komunikasi antara orang tua dan anak. Sebisa mungkin berikan perhatian dan kasih sayang Anda dengan menyediakan sedikit waktu berkualitas untuk buah hati Anda.

Anak yang sangat jarang berkomunikasi dengan orang tuanya akan merasa tidak dipedulikan sehingga mencari perhatian dengan membuat kenakalan.

13. Faktor ekonomi
Ekonomi keluarga yang kurang baik memungkinkan anak menjadi nakal bahkan melakukan tindakan kriminal.  Untuk itulah, orang tua perlu memberikan penjelasan dan bersikap terbuka kepada anak agar mereka mengerti keadaany yang sebenarnya. Tanamkan ilmu tauhid yang kuat pada anak agar ia lebih menerima keadaan.

Demikian beberapa penyebab anak nakal dalam islam patut diketahui oleh orang tua dan lingkungan sekitar.

Nasrunminalloh wafathun qorib wabashshiril mukminin

Prosedur Perpanjang SIM di Cibinong

PERPANJANG SIM DI CIBINONG 

Hari ini waktu akhir SIM C saya habis masa berlakunya, maka saya sempatkan mengurusnya ke Cibinong walaupun jauh dan begini coretannya.

Jarak jauh membuat saya harus siap~siap berangkat jam 05.30 wib dari rumah, sampe Cibinong sekitar jam 07.35 wib, sudah rame namun loket masih pada tutup. 

Loket Perpanjangan Sim di Polres Cibinong buka jam 08.00 -10.30, kecuali jumat dan sabtu 08.00 ~09.30 wib.

Cara perpanjangan sim berdasarkan pengalaman saya. 

Sim yang diperpanjang adalah sim yang jangka waktunya masih berlaku, jika sudah habis maka ikuti prosedur pembuatan sim baru. 

1. Persiapkan syarat syarat perpanjangan setelah itu menuju loket foto kopi untuk menggandakan KTP dan Sim serta membeli map warna Biru untuk sim c,

2. Masukan ke dalam map tersebut kelengkapan sbb.:  fc kt, fc sim dan sim aslinya. Beri nama dan alamat pada map.

3. Setelah itu map dibawa ke loket pemeriksaaan kesehatan, di loket kesehatan tunjukan map dan akan ditanya Nama, Alamat, berat badan dan tinggi badan, serta periksa tensi darah dan tes warna, setelah itu membayar biaya administrasi sebesar 30.000 rupiah.

4. Dari loket kesehatan saya diarahkan ke loket asuransi jasa raharja, di sana dikenakan biaya sebesar 30.000 rupiah dengan kwitansi sebagai tanda bukti.

5. Selanjutnya saya menuju loket perpanjangan sim dan langsung menyimpan map di loket yang disediakan, 

karena saya datang masih pagi dan loket belum buka, maka saya nunggu sampai jam 8.00 wib, waktu loket buka petugas mengumumkan prosedur dan sarat perpanjangan sim. 

6. Langkah selanjutnya menunggu panggilan sesuai dengan antrian tumpukan map, setelah itu diganti dengan no antrian untuk dipanggil ke loket bank. 

7. Saat dipanggil di loket bank, setelah membayar biaya seebsar Rp.75.000.- saya diberikan formulir untuk diisi sesuai contoh yang ada, setelah selesai diisi langsung kembalikan ke loket bank.

jika tidak ada perbaikan maka kita diarahkan menunggu di loket pemotretan.

8. Pemotretan dipanggil sebanyak 15 orang sekaligus, lalu mengantri di tempat pemotretan.

Tahap pemotretan diawali dengan penandatangan dummy sim, baru proses pemotretan dilakukan, setelah itu keluar dari loket.

9. Setelah pemotretan saya menunggu hasil di loket penyerahan SIM Perpanjangan.

SYARAT PERPANJANGAN SIM
1. SIM yang masih berlaku
2. Foto copy e ktp
3. Surat sehat

BIAYA PERPANJANGAN SI C, A, B di Cibinong
(6 November 2019) : 
a. SIM D Rp. 30.000,-
b. Sim C Rp. 75.000.-
c. Sim A Rp. 80.000.-
d. SIM B dan B2 (umum) Rp. 80.000.-

Akhirnya Sekitar jam 10.20 wib. Sim dengan usia baru sudah di tangan. 

dan.... Markipul mari kita pulang.. Hehe

Kesimpulannya proses perpanjangan SIM di Cibinong tidaklah lama bahkan cepat, jika kita datang pagi~pagi, karena kalau siang antrian semakin panjang dan prosedurnya menurut prinsip First In First Out siapa datang duluan maka diproses duluan.

Ayo perpanjang dan lengkapi kendaraan dan diri kita dengan surat - surat jangan sampe terlambat. (oh)

Tiga Karakter Muslim Sejati

Tiga Karakter Muslim Sejati

Assalamualaikum Wr. Wb

Marilah kita kembali memanjatkan puja dan puji syukur kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas semua nikmat yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala karuniakan kepada kita. Kita selalu membutuhkan karunia Allah, dan Allah selalu memberikannya. Maka kita kudu selalu bersyukur.

Dua nikmat yang terbesar yang wajib kita syukuri adalah nikmat Islam dan iman. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mengabarkan kepada kita bahwa Islam dan iman merupakan modal utama seseorang untuk masuk surga. Dalam hadis shahih riwayat Imam muslim Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

إنه لا يدخل الجنة إلا نفس مسلمة

“Sesungguhnya tidak akan masuk surga kecuali jiwa yang muslim.” (Dalam riwayat lain disebutkan: “tidak akan masuk surga kecuali jiwa yang mukmin.”) Hr. Bukhari & Muslim

Menjadi seorang muslim sejati, tidaklah cukup dengan ucapan; tidaklah cukup dengan klaim saja. Untuk menjadi muslim sejati, setidaknya seseorang harus memiliki tiga karakter.

Pertama adalah Al yakin
Yakin, percaya dan mantap akan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam, dan agama Islam. Tiga hal ini merupakan materi utama yang akan ditanyakan oleh malaikat kepada kita di alam barzah nanti. Di antara sekian banyak masalah, hanya 3 ini saja yang akan ditanya oleh malaikat di alam barzah.

Kedudukan al yakin sangat tinggi di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Ibnu Qayyim Al Jauziyah dalam kitab-nya Madarijus Salikin, Bab Manzilatul Yakin menyebutkan, beberapa ayat tentang kedudukan yakin. Di antara ayat yang disebut adalah Al-baqarah ayat 4 dan 5. Beliau menyebutkan bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengkhususkan, hanya mereka orang-orang yang mencapai derajat al-yaqin yang mendapat petunjuk Allah subhanahu wa ta’ala. Allah berfirman:

وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ (٤) أُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Merekalah yang mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Al-Baqarah: 4-5)

Sangat jelas dari ayat itu bahwa cara untuk menjaga hidayah adalah dengan memupuk keyakinan. Tanpa itu, seorang muslim bisa goyah. Banyak kisah menjadi pelajaran. Seseorang telah beriman kepada nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam, kemudian ikut hijrah ke Madinah bersama beliau. Namun ia kemudian goyah oleh kuda peliharaannya di Mekkah. Ia kemudian menyalahkan jalan hijrahnya. Ini musibah.

Yakin itu ada tingkatannya, menurut ulama Abu Bakar Al Wara, yakin itu ada tiga:

a. Al yakin al akhbar
Yakni meyakini seluruh berita informasi yang Allah sampaikan kepada Rasulullah dan risalah yang beliau bawa. Mencakup informasi yang terdapat dalam Al-Quran maupun hadis Rasul Sallallahu Alaihi Wasallam, terkait perkara yang sudah berlalu maupun terkait dengan hal-hal yang belum terjadi. Ini harus kita mantapkan dalam diri kita.

b. Al yakin addalalah
Yakni yakin dan percaya kepada setiap bukti dan dalil yang membenarkan berita-berita tersebut. Yakin terhadap Al-Quran, hadits, dan setiap mukjizat Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam.

c. Yakin al musyahadah
Ini merupakan tingkatan yakin paling tinggi. Hanya tingkatan para wali Allah dari kalangan para sahabat dan ahli ibadah yang mencapai level ini. Al musyahadah adalah tingkatan keyakinan terhadap hal yang ghaib atau tidak tampak, namun seakan-akan dia melihat dengan mata kepalanya sendiri. Keyakinan yang sempurna. Keyakinan para sahabat pernah diungkapkan oleh Amir bin Abdul Qais bahwa seandainya surga dan neraka ditampakkan, mereka tidak akan bertambah keyakinan. Karena keyakinan mereka sudah sempurna tanpa perlu bukti yang kasat mata.

Karakter kedua seorang mukmin sejati adalah al taslim
Yaitu berserah diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Pasrah dan berserah diri kepada Allah, kepada rasulnya kepada agamanya. Allah berfirman:

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ

“Tidak patut bagi seorang mukmin, baik seorang, baik laki-laki maupun perempuan, ketika Allah sudah memutuskan perkara kemudian mereka memiliki pilihan yang lainnya…” (Al-Ahzab: 36).

Itu bukan sifat mukmin sejati. Ketika Allah dan rasulnya memilih warna putih, seorang muslim yang sejati tidak ada pilihan warna yang lain. Mereka tunduk dan patuh kepada Allah dan tunduk patuh pada aturannya. Selaras dengan hal ini, Allah berfirman:

فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (An-Nisa’: 65)

Namun hari ini kita lihat ada sebagian orang yang mengaku dirinya muslim, ketika mendengar wacana penerapan hukum Allah, dia menjadi orang pertama yang menentang. Dan menyebut itu sebagai paham radikal. “Islam ya Islam tapi jangan sampai kita jadi radikal dan ekstrem.” Ini adalah perkataan orang munafik. Sifat-sifat orang munafik itu tidak ada bedanya sepanjang sejarah.

Karakter muslim sejati yang ketiga, adalah at tadhiyyah atau rela berkorban
Yakni rela berkorban di jalan Allah karena sesungguhnya iman itu menuntut cinta dan cinta itu menuntut pengorbanan. Tidak ada Iman kecuali didasari cinta dan tidak ada cinta kecuali dia harus ada pengorbanan. Imannya Nabi Nuh, cintanya Nabi Nuh, menjadikan Nabi Nuh mampu mewakafkan jiwa dan raganya mewakafkan nafas dan umurnya selama 950 tahun di jalan Allah dalam satu ayat Allah mengabarkan ungkapan Nabi Nuh:

قَالَ رَبِّ إِنِّي دَعَوْتُ قَوْمِي لَيْلا وَنَهَارًا

“Nuh berkata, ‘Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang’.” (Nuh: 5)

Anda bisa baca ayat selanjutnya. Nuh berdakwah selama itu dan tidak ada yang menyambut. Tetapi ia tidak bosan, lalu pindah pekerjaan. Inilah karakter mukmin yang sempurna. Semoga kita semua memiliki tiga karakter yang telah disebutkan, yakin, berserah, dan rela berkorban.

Pada kalimat terakhir tausiyah singkat ini, marilah kita berdoa agar Allah selalu memupuk keyakinan kita, sehingga kita menjadi orang yang tunduk hati ketika mendengar perintah Allah, dan selanjutnya rela berkorban demi melaksanakan perintah itu.

Keadilan dan Pemimpin Yang Adil

IKHTISAR JUMAT, Keadilan dan Pemimpin Yang Adil Bandung, 1 November 2014 "Satu waktu nanti akan tiba atas umatku penguasa s...