Aku tak yakin anak cucuku dan para pembaca sekalian masih kenal dan mengingat kita, bila merek masih ingat maka hanyalah sebatas lintasan nama untuk kemudian mereka lupakan.
Aku yakin segala rumah yang kutempati, kendaraan yang kunaiki, perabotan rumah tangga dan segala asset lainnya akan berpindah tangan dan berubah status kepemilikan.
Gambaran kepastian masa depan ini, adalah gambaran pasti yang telah dilalui ayah ibuku, nenek kakekku dan buyutku yang kini tak lagi diatas tanah.
Sebagaimana apa yang dulu mereka miliki telah pindah tangan ke kita anak cucunya, bahkan sebagian telah habis dijual anak cucunya, maka begitu jugalah nasib segala yang kita miliki sekarang.
Aku tak benar-benar yakin mereka masih mau menziarahi kuburku maupun kuburan para pembaca, setahun sekali, karena aku dan para pembaca pun demikian adanya. Sejujurnya aku rak pernah tau sebagian kakek nenekku dimana dikuburkan apalagi buyutku.
Akupun sangat yakin pula bila masih ada yang mau memanggilku setelah mati, pastilah takkan dipanggil dengan gelar pangkat dan kehormatan lagi. Aku hanya kan disebut dengan panggilan, mendiang, si mayat, si jenazah dll.
Orang-orang kan sepakat berkata:” mandikan simayyit, kafani si mayyit, kuburkan si jenazah..” dan ucapan semacamnya.
Semua yang kusebutkan di atas adalah kepastian belaka, sementara nasibku dalam alam kubur masih samar tak jelas. Apakah aku dalam taman-taman surga di alam barzakh, atau dalam kubangan-kubangan neraka.
Anehnya kita lebih ambisi mengejar dunia, sesuatu yang jelas akan kita tinggalkan, dan jelas sudah ditentukan buat kita, sementara nasib akhirat yang tak jelas kita abaikan dan tidak mau berjuang mati-matian untuk meraih kebahagian di sana.
Kita masih terlalu sibuk dengan aktifitas dunia yang semakin menua dan menjauh kebelakang, sementara kita terkadang terlalu sering mengabaikan persiapan imigrasi ke negeri akhirat yang sudah pasti kian mendekat.
Sesudah jasad kita di bawa di atas keranda, ditanam dalam lahat, ditinggalkan sanak keluarga, barulah kita sadar bahwa kita banyak tertipu dengan dunia dan gemerlapnya, lalai dengan pangkat dan jabatan, tenggelam dalam mengejar angan-angan yang semu.
Ya Allah, wafatkan kami diatas kebaikan, ikutkan kami dengan orang-orang sholeh yang telah mendahui kami, ampunkan dosa dan kesalahan kami, bimbing kami untuk banyak beritighfar dan bertaubat kembali padamu.
ربنا توفنا مسلما وألحقنا بالصالحين.
Mari berdoa sebagaimana doa para pemuda ashabul kafi dalam Q.S. Ali Imran ayat 193-194