Nikmat Sehat dan Waktu Luang

Nikmat sehat dan waktu luang, 

Alhamdulillaah wa sholatu wa salamu ala rasulillah saw, amma badu. 

Sahabat penaku.. 
Dua nikmat yang sering kali tanpa sadar dilewati dan dilalui begitu saja. Padahal Baginda mulia berpesan khusus perihal ini. dua hal inilah nikmat Sehat dan sempat. 

Kesehatan berasal dari kata “sehat” yang di transfer dari bahasa Arab shuhah yang artinya sehat, tidak sakit, selamat.

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sehat adalah keadaan baik seluruh badan serta bagian-bagiannya, bebas dari rasa sakit, waras.

begitu pun undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 menyebutkan bahwa sehat adalah keadaan sejahtera dari badan (jasmina), jiwa (rohani), dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Sedangkan Sempat berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sempat (verba) berarti ada waktu (untuk) atau ada peluang atau keluasan (untuk).

Bagaimana pandangan islam terhadap dua hal ini? 

Sehat ini seringkali dilalaikan oleh manusia. Bahkan pelalai terhadap waktu luang dan sempat termasuk kategori yang dikatakan hamba yang faqir. 

Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA pernah mengungkapkan(wallahu a'lam):

"Barangsiapa hari ini lebih baik daripada hari kemarin, maka ia adalah orang yang beruntung. Barangsiapa hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia adalah orang yang merugi. Dan barangsiapa hari ini lebih buruk daripada hari kemarin, maka ia adalah orang yang terlaknat."

من كان يومه خيرا من أمسه فهو رابح. ومن كان يومه مثل أمسه فهو مغبون. ومن كان يومه شرا من أمسه فهو ملعون

Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang". 
(HR. Bukhari no. 6412, dari Ibnu Abbas)

Seseorang tidaklah dikatakan memiliki waktu luang hingga badannya juga sehat. 

Barangsiapa yang memiliki dua nikmat ini (yaitu waktu senggang dan nikmat sehat), hendaklah ia bersemangat, jangan sampai ia tertipu dengan meninggalkan syukur pada Allah atas nikmat yang diberikan.

Bersyukur adalah dengan melaksanakan setiap perintah dan menjauhi setiap larangan Allah. Barangsiapa yang luput dari syukur semacam ini, maka dialah yang tertipu. 

Di akhir bulan mulia ini (ramadan) mari berdoa agar Allah berikan kesehatan dannafiyah kepada kita, serta disertakan kesempatan agar bisa memaksimalkan peluang ini dengan sebaik baiknya. 

Sehatkah? sempatkah berbuat baik? sempatkan membuat kebaikan! semoga Allah berikan semuanya. Aamiin. 

"sampaikan walaupun hanya seayat"
wallahu'alam (/oh) 

Dalil Shalat Iftitah

Dalil Shalat Iftitah

"shalat sunnah Iftitah adalah solat sunah yang dikerjakan sebelum shalat malam/ qiyamullail/ qiyamurramadan secara ringan dan sederhana. Maksud ringan di sini adalah shalat dua rakaat tanpa membaca ayat atau surah Al-Quran setelah membaca surah Al-Fatihah."

Menjelang ramadan salah satu persiapan menghadapinya adalah persiapan keilmuan. Mungkin sebagaian Kita di kala bulan Ramadhan pada khususnya, belum terlalu mengetahui tentang shalat ifititah dan dasar dalilnya.

Banyak diantara kita yang melaksanakan shalat sunnah iftitah, yaitu Ketika sebelum qiyamul lail, baik itu sebelum shalat tahajjud maupun sebelum shalat tarawih ketika Bulan Ramadhan. 

Menjadi pertanyaan juga diantara kita mengenai dalil dari shalat iftitah tersebut. Lalu bagaimana penjelasan mengenai dalil shalat iftitah tersebut? Berikut penjelasannya.

Sebagai informasi kami sampaikan bahwa persoalan dan jawaban tentang shalat iftitah, bisa membaca di:

  1. Buku Himpunan Putusan Tarjih (HPT) cet. III yang dicetak ulang pada bulan Oktober 2009  dalam Kitab Shalat-shalat Tathawwu’ tentang “Shalat Lail” hal. 344-359
  2. Buku Tanya Jawab Agama  jilid 1 cet VII hal. 91 dalam  pertanyaan “Shalat Iftitah dalam Shalat Lail”
  3. Buku Tanya Jawab Agama jilid 3 cet I hal. 134-142 dalam pertanyaan “Shalat Iftitah dalam Shalat Lail”
  4. Buku Tanya Jawab Agama jilid 4 cet II hal. 150-152 dalam pertanyaan “Doa Shalat Iftitah, Shalat Iftitah jahr atau Sir, Shalat Iftitah Berjamaah”
  5. Buku Tanya Jawab Agama jilid 5 cet I hal. 62 dalam pertanyaan “Shalat Iftitah”
  6. Majalah Suara Muhammadiyah No.17/Th. Ke-92/1-15 September 2007, 18 Syakban – 3 Ramadhan 1428 dan No.18/Th. Ke-92/16-30 September 2007, 4-18 Ramadhan 1428 dalam Rubrik Tanya Jawab Agama dalam pertanyaan “Shalat Lail, Shalat Iftitah dan Doa Iftitah dalam Qiyamul Lail bagian (1) dan (2)”.     

Namun demikian, berikut ini kami sampaikan beberapa dalil yang berkaitan dengan shalat iftitah sebagai berikut:

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ مِنْ اللَّيْلِ لِيُصَلِّيَ افْتَتَحَ صَلاَتَهُ بِرَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ [رواه مسلم :الدعاء فى صلاة الليل وقيامه]

Artinya: Diriwayatkan dari Aisyah, ia berkata: Adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila akan melaksanakan shalat lail, beliau memulai (membuka) shalatnya dengan (shalat) dua rakaat yang ringan-ringan. [HR. Muslim, bab ad-Du’a fi shalat al-lail wa qiyaamih]

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا قَامَ أَحَدُكُمْ مِنْ اللَّيْلِ فَلْيَفْتَتِحْ صَلاَتَهُ بِرَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ. [رواه مسلم :الدعاء فى صلاة الليل وقيامه]

Artinya: Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Apabila salah saeorang dari kamu akan melakukan shalat lail, hendaklah memulai shalatnya dengan dua rakaat yang ringan-ringan.” [HR. Muslim, bab ad-Du’a fi shalat al-lail wa qiyaamih]

حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ شُعَيْبِ بْنِ اللَّيْثِ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ جَدِّي عَنْ خَالِدِ بْنِ يَزِيدَ عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي هِلاَلٍ عَنْ مَخْرَمَةَ بْنِ سُلَيْمَانَ أَنَّ كُرَيْبًا مَوْلَى ابْنِ عَبَّاسٍ أَخْبَرَهُ أَنَّهُ قَالَ سَأَلْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ كَيْفَ كَانَتْ صَلاَةُ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِاللَّيْلِ قَالَ بِتُّ عِنْدَهُ لَيْلَةً وَهُوَ عِنْدَ مَيْمُونَةَ فَنَامَ حَتَّى إِذَا ذَهَبَ ثُلُثُ اللَّيْلِ أَوْ نِصْفُهُ اسْتَيْقَظَ فَقَامَ إِلَى شَنٍّ فِيهِ مَاءٌ فَتَوَضَّأَ وَتَوَضَّأْتُ مَعَهُ ثُمَّ قَامَ فَقُمْتُ إِلَى جَنْبِهِ عَلَى يَسَارِهِ فَجَعَلَنِي عَلَى يَمِينِهِ ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ عَلَى رَأْسِي كَأَنَّهُ يَمَسُّ أُذُنِي كَأَنَّهُ يُوقِظُنِي فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ قَدْ قَرَأَ فِيهِمَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ ثُمَّ سَلَّمَ ثُمَّ صَلَّى حَتَّى صَلَّى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً بِالْوِتْرِ ثُمَّ نَامَ فَأَتَاهُ بِلاَلٌ فَقَالَ الصَّلاَةُ يَا رَسُولَ اللهِ فَقَامَ فَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ صَلَّى لِلنَّاسِ [رواه أبو داود: الصلاة: فى صلاة الليل: 1157]

Artinya: Abdul Malik bin Syu’aib bin al-Lais telah menceritakan kepada kami, ayahku telah menceritakan kepadaku, diriwayatkan dari kakekku, diriwayatkan dari Khalid bin Yazid, diriwayatkan dari Sa’id bin Abi, diriwayatkan dari Makhramah bin Sulaiman sungguh Kuraib hamba ibnu Abbas ia menceritakan bahwa dirinya berkata: Saya bertanya kepada Ibnu Abbas, bagaimana shalat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada malam hari dimana saya bermalan di tempatnya sedang beliau (Rasulullah) berada di tempat Maimunah, maka beliaupun tidur, apabila waktu  telah memasuki sepertiga malam atau setengahnya beliau bangun dan menuju ke griba (wadah air dari kulit) kemudian beliau berwudlu dan aku pun berwudlu bersama beliau, lalu beliau berdiri (untuk melakukan shalat) dan aku pun berdiri di sebelah kirinya, maka beliau menjadikan aku berada di sebelah kanannya, kemudian beliau meletakkan tangannya di atas kepalaku, seolah-olah beliau memegang telingaku, seolah-olah beliau membangunkanku, kemudian beliau shalat dua rakaat ringan-ringan, beliau membaca ummul–Quran pada setiap rakaat, kemudian beliau mengucapkan salam sampai beliau shalat sebelas rakaat dengan witirnya, kemudian beliau tidur. Maka sahabat Bilal menghampirinya sambil berseru; waktu shalat wahai Rasulullah, lalu beliau bangkit (bangun dari tidurnya) dan shalat dua rakaat, kemudian memimpin shalat orang banyak.” [HR Abu Dawud, kitab as-Shalat, bab fi shalat al-Lail, hadis no. 1157]

Selanjutnya, perlu kami sampaikan bahwa di dalam buku Tuntunan Ramadhan yang disusun oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah hal 87-88 dijelaskan bahwa dari hadis-hadis yang terdapat dalam HPT hal 344-359, di antaranya yang dikutip di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut:

  1. Shalat iftitah dua rakaat dilakukan sebelum melaksanakan qiyamul lail atau qiyamu Ramadhan
  2. Cara melakukan shalat iftitah dua rakaat tersebut yaitu pada rakaat pertama setelah takbiratul-ihram membaca doa iftitah “Subhanallah dzil malakuti wal jabaruti wal kibriya`i wal ‘azhamah”, kemudian membaca surat al-Fatihah, dan pada rakaat kedua hanya membaca surat al-Fatihah (dalam dua rakaat shalat iftitah hanya membaca al-Fatihah tidak membaca surat lain).

Demikian dalil dan penjelasan singkat tentang shalat iftitah semoga saudara dapat memiliki buku-buku yang kami sebutkan di atas untuk dijadikan sebagai wawasan pengetahuan dan menjadi pedoman dalam melaksanakannya.

Wallahu a’lam bisshawab (/oh) 

Sumber : (disadur dan diedit oleh admin): 

https://muhammadiyah.or.id/2021/02/dalil-shalat-iftitah/

9 Tips Menyambut Bulan Ramadhan

9 Tips Menyambut Bulan Ramadhan
(disampaikan pada kajian rutin malam rabu, masjid jami Nurul Iman, Babakan Empang, Purasari, Leuwiliang) 

Tidak terasa kurang dari sepekan kita akan memasuki bulan Ramadhan. Bulan penuh rahmat dan ampunan. Sudah siapkah kita menyambut bulan Ramadhan?

Berikut semblan (9) tips Menyambut Bulan Ramadhan, yang kami posting, semoga menambah motivasi ibadah kita. 
------
Pertama: Menyambut bulan Ramadhan dengan mempersiapkan ilmu
Kedua: Menyambut bulan Ramadhan dengan memperbanyak doa
Ketiga: Mempersiapkan iman dan takwa
Keempat: Mempersiapkan fisik dan menjaga kesehatan
Kelima: Memperbanyak ibadah
Keenam: Mempersiapkan kebutuhan harian
Ketujuh: Mempersiapkan keluarga agar siap dengan Ramadhan
Kedelapan: Membuat jadwal silaturahmi
Kesembilan: Membuat agenda dan target
-----
Setiap muslim yang diberi Allah kesempatan berjumpa dengan bulan Ramadhan, tidak boleh membiarkannya lewat begitu saja. Hal ini dikarenakan bulan Ramadhan memiliki banyak keutamaan yang tidak Allah berikan pada bulan-bulan selainnya.

Terdapat banyak nas dan perkataan ulama maupun salaf yang mengabarkan hal tersebut. Juga atsar yang menjelaskan bagaimana menyemarakkan bulan Ramadhan dengan amal saleh dan ibadah.

Sebagaimana hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِذَا دَخَلَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتْ الشَّيَاطِينُ

Jika datang bulan Ramadhan, pintu-pintu jannah dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu.”

Dalam riwayat muslim disebutkan, “Pintu-pintu rahmat dibuka.” (HR. Al-Bukhari no. 3103; HR. Muslim no. 1079).

Masih dari sahabat Abu Hurairah, Rasulullah bersabda,

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barang siapa yang berdiri mengerjakan shalat malam pada bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu diampuni.” (HR. Al-Bukhari No. 37; HR. Muslim 759).

Para ulama menjelaskan, dari ar-Rabi bin Sulaiman berkata,

كَانَ مُحَمَّدُ بْنُ إِدْرِيسَ الشَّافِعِيُّ ‌يَخْتِمُ ‌فِي ‌شَهْرِ ‌رَمَضَانَ سِتِّينَ خَتْمَةً مَا مِنْهَا شَيْءٌ إِلَّا فِي صَلَاةٍ

“Muhammad bin Idris asy-Syafii (Imam Syafii) mengkhatamkan al-Quran pada bulan Ramadhan sebanyak 60 kali. Dan beliau mengkhatamkan semua itu dalam shalatnya.” (Hilyatu al-Auliya`, al-Ashbahani, 9/134).

Begitu banyaknya nas dan perkataan akan keutamaan dan penekanan untuk banyak beramal saleh selama bulan Ramadhan, menjadikan Ramadhan disebut juga sebagai bulan amal.

Selayaknya seorang muslim yang menjumpai bulan Ramadhan meningkatkan kualitas dan kuantitas amal salehnya karena amalan yang dikerjakan pada bulan mulia tersebut pahalanya dilipatgandakan hingga berkali-kali lipat. Keutamaan berupa dilipatgandakan pahala ini hanya satu dari sekian keutamaan yang ada di bulan Ramadhan.

Seorang muslim yang ingin mendapatkan keutamaan bulan Ramadhan harus mempersiapkan kedatangannya dengan sebaik mungkin.

Jangan sampai karena kurang mempersiapkan, terlebih tidak bersiap-siap sama sekali, menjadikan Ramadhan lewat begitu saja sehingga menjadikan kita termasuk dalam golongan orang yang merugi.

Ada beberapa tips menyambut bulan Ramadhan yang membantu seorang muslim. Dengannya, seorang muslim dapat menjalani ibadah pada bulan Ramadhan dengan maksimal, semangat, dan penuh berkah.

Adapun tips menyambut bulan Ramadhan secara umum adalah sebagai berikut.

Tips Menyambut Bulan Ramadhan
Pertama: Menyambut bulan Ramadhan dengan mempersiapkan ilmu
Ibadah agar sah dan penuh makna haruslah dibarengi dengan ilmu, termasuk ibadah selama bulan Ramadhan.

Setidaknya ilmu yang dipersiapkan adalah ilmu yang menjadikan ibadah seseorang pada bulan Ramadhan menjadi sah, baik ibadah yang wajib maupun ibadah sunah yang memiliki banyak keutamaan.

Kaum muslimin zaman ini dimudahkan dalam belajar. Banyak majelis ilmu fikih Ramadhan yang digelar beberapa hari atau beberapa pekan menjelang bulan mulia ini tiba. Jika tidak bisa menghadirinya secara offline, kita bisa membaca buku seputar fikih Ramadhan secara langsung ataupun mendengarkan kajian-kajian yang banyak diunggah di situs web seperti YouTube.

Ilmu ibadah wajib yang dipersiapkan sebelum bulan Ramadhan adalah fikih puasa dan zakat fitrah. Adapun ilmu ibadah sunah yang memiliki banyak keutamaan yang perlu dipelajari, seperti membaca al-Quran, shalat terawih, shalat malam, dan sedekah.

Kedua: Menyambut bulan Ramadhan dengan memperbanyak doa
Memperbanyak doa agar Allah mempertemukan bulan Ramadhan tahun ini kepada kita dan memberikan kita kesehatan, kemudahan, dan barakah dalam menjalani ibadah pada bulan mulia ini.

Para ulama berkata,

‌كَانُوْا ‌يَدْعُوْنَ ‌اللهَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ أَنْ يُبَلِّغَهُمْ شَهْرَ رَمَضَانَ ثُمَّ يَدْعُوْنَ اللهَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ أَنْ يَتَقَبَّلَهُ مِنْهُمْ

“Para shahabat berdoa selama enam bulan sebelum Ramadhan agar Allah mempertemukan mereka dengannya, dan berdoa enam bulan setelahnya agar Allah menerima ibadah yang telah mereka kerjakan pada bulan Ramadhan.” (Lathaifu al-Ma’arif, Ibnu Rajab al-Hambali, 209).

Ketiga: Mempersiapkan iman dan takwa
Kualitas ibadah Ramadhan seseorang ditentukan juga oleh kadar iman dan takwanya kepada Allah.

Seorang muslim yang tidak memaksimalkan momentum bulan Ramadhan dengan amal saleh, bahkan ada juga yang tidak berpuasa, bukan bersebab tidak tahu akan keutamaan dan kewajiban yang ada. Mereka tahu akan keutamaan dan kewajiban yang Allah syariatkan dalam bulan Ramadhan, tapi terkadang iman yang belum siap terkalahkan oleh hawa nafsu yang selalu dituruti.

Oleh karenanya, mempersiapkan iman sebelum datangnya Ramadhan adalah suatu keniscayaan.

Bagaimana cara mempersiapkan iman tersebut? Caranya ialah dengan membersihkan hati dari segala penyakit-penyakitnya, menjauhi perkara-perkara haram dan syahwat yang banyak merusak hati dan berdampak buruk saat kita menjalani bulan Ramadhan nantinya, melatih hati mengagungkan syiar-syiar Allah, belajar tunduk dan merendahkan diri kepada Pencipta, dan bertobat dari segala macam maksiat yang masih dilakukan.

Keempat: Mempersiapkan fisik dan menjaga kesehatan
Tips menyambut bulan Ramadhan keempat adalah mempersiapkan fisik dan menjaga kesehatan.

Bulan Ramadhan adalah bulan di mana seorang muslim sangat dianjurkan untuk berbuat kebaikan dan memperbanyak pahala. Ditambah dengan puasa selama sebulan penuh, menjadikan kesempurnaan ibadah Ramadhan memerlukan fisik yang sehat dan prima.

Jangan sampai kita tidak maksimal atau terganggu dalam menjalankan ibadah Ramadhan karena tubuh kita yang kurang sehat. Jagalah kesehatan tubuh semisal dengan memperbaiki pola makan, rajin berolah raga, dan istirahat yang cukup.

Kelima: Memperbanyak ibadah
Mempersiapkan fisik juga dengan melatih diri agar lebih siap dengan mengerjakan ibadah Ramadhan. Contohnya, dengan memperbanyak puasa pada bulan Syakban, memperbanyak membaca al-Quran dan zikir, dan memperbanyak shalat qiyamullail.

Perkataan Ulama, berkata,

شَهْرُ رَجَبَ شَهْرُ لِلزَّرْعِ وَشَعْبَانَ شَهْرُ السُّقْيِ لِلزَّرْعِ وَرَمَضَانَ شَهْرُ حَصَادِ الزَّرْعِ

“Bulan Rajab adalah bulan menanam, Syakban adalah bulan mengairi tanaman, dan Ramadhan adalah bulan memanen tanaman.” (Lathaifu al-Ma’arif, Ibnu Rajab al-Hambali, 121).

Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata,

وَلَمْ أَرَهُ صَائِمًا مِنْ شَهْرٍ قَطُّ أَكْثَرَ مِنْ صِيَامِهِ مِنْ شَعْبَانَ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ إِلَّا قَلِيلًا

“Aku belum pernah melihat Nabi berpuasa dalam satu bulan sebanyak puasa beliau di bulan Syakban, di dalamnya beliau berpuasa sebulan penuh.”Dalam riwayat lain, “ … atau kurang beberapa hari.” (HR. Muslim no. 1156).

Keenam: Mempersiapkan kebutuhan harian
Tips menyambut bulan Ramadhan selanjutnya adalah mempersiapkan kebutuhan harian selama bulan Ramadhan. Mulai dari membeli makanan, minuman, dan pakaian yang cukup, hingga mempersiapkan kebutuhan harian lainnya.

Kebutuhan tersebut memanglah perkara yang bersifat duniawi. Tetapi mempersiapkannya sebelum datang bulang Ramadhan, memiliki hikmah yang besar. Setiap waktu yang ada dalam bulan Ramadhan dapat dimanfaatkan dengan baik sehingga tidak tersia-siakan semisal dengan digunakan untuk membeli kebutuhan harian.

Oleh karena itu, persiapkanlah kebutuhan harian untuk sebulan penuh sebelum masuk bulan Ramadhan agar waktu berharga pada bulang Ramadhan yang kita miliki tidak tersia-siakan barang sedikit pun.

Ketujuh: Mempersiapkan keluarga agar siap dengan Ramadhan
Manusia adalah makhluk sosial. Kita di rumah tidak hidup sendirian. Ada tanggung jawab yang mesti ditunaikan. Terlebih bagi seorang kepala keluarga.

Terkadang, aktivitas ibadah selama bulan Ramadhan kurang maksimal karena kita belum mempersiapkan keluarga kita agar siap dengan Ramadhan.

Persiapan ini bisa dimulai dengan mengajarkan ilmu seputar amalan Ramadhan khususnya kepada anak, melatih anak berpuasa dan ibadah lainnya, mempersiapkan mental dan ruhiyah keluarga, membuat/ menciptakan suasana rumah yang berbeda di bulan Ramadhan. Juga mempersiapkan fisik mereka dan mempersiapkan kebutuhan materi bagi mereka selama Ramadhan.

Kedelapan: Membuat jadwal silaturahmi
Buatlah jadwal untuk bersilaturahmi ke rumah sanak keluarga atau yang masih memiliki tali kekerabatan dengan kita. Makin banyak rumah yang dijadwalkan, makin baik.

Niatkan dalam bersilaturahmi ke sanak keluarga pada bulan yang mulia tersebut karena mengharap rida dan pahala dari Allah semata. Selain itu, bersilaturahmi merupakan kesempatan terbaik menjaga jalinan antarkeluarga.

Kesembilan: Membuat agenda dan target
Tips menyambut bulan Ramadhan terakhir adalah membuat agenda dan target.

Imam Syafii rahimahullah mengkhatamkan al-Quran pada bulan Ramadhan sebanyak 60 kali. Itu ia kerjakan dalam shalatnya. Tentunya pencapaian Imam Syafii tersebut sulit diikuti oleh mayoritas kaum muslimin hari ini. Di sinilah pentingnya kita membuat agenda dan target pencapaian ibadah di bulan Ramadhan.

Tentukanlah dari sekarang. Bisa dengan menargetkan jumlah halaman atau juz yang dibaca dalam sehari selama bulan Ramadhan. Target sedekah harian. Target shalat sunah dan silaturahmi. Dan sebagainya.

Juga buatlah dan tentukan agenda selama sebulan agar semuanya dapat berjalan dengan baik sehingga Ramadhanmu lebih bermakna.

Adanya agenda dan target ini banyak manfaatnya. Mulai dari melatih diri komitmen untuk tidak menyia-nyiakan waktu semisal dengan tidur berlebihan atau membiarkan banyak waktu yang kosong, menjauhi hal-hal yang melalaikan, hingga melatih badan agar istikamah dalam kebaikan dengan mendahulukan amalan yang mendatangkan kecintaan Allah dibanding dari hal-hal mubah dan hal-hal lainnya.

Demikian sembilan tips menyambut bulan Ramadhan. Semoga Allah mempertemukan kita dengannya dan menjadikan Ramadhan tahun ini penuh berkah. 

wallahu'alam. /oh. (disadur dari : dakwah.id) 

Kehidupan Cerminan Kematian



Materi Khutbah Jumat
Kehidupan Cerminan Kematian

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala

Pertama, marilah kita senantiasa bersyukur atas kehidupan yang Allah berikan kepada kita semua, sehingga kita bisa merasakan betapa agungnya rahmat dan kasih sayang Allah subhanahu wata’ala.

Kedua, shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, nabi agung, Nabi Muhammad shallallahu'alaihi wasallam yang telah membawa dan mengajarkan ajaran Islam sehingga kita dapat menjalani kehidupan dunia dengan penuh rahmat bagi setiap alam.

Ketiga, di sini khatib mewasiatkan kepada diri pribadi dan kepada para jamaah sekalian, untuk senantiasa bertakwa dengan sebenar-benar takwa. Karena sebaik-baik bekal kita menuju Allah subhanahu wata’ala adalah ketakwaan.

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala

Sudah menjadi harapan setiap manusia untuk wafat dalam kondisi yang baik atau husnul khatimah. Namun, harapan tersebut tentu tidak akan terwujud manakala dalam menjalani kehidupan dunia ini jauh dari Allah subhanahu wata’ala. Karena kebiasaan kita dalam menjalani kehidupan dunia merupakan cerminan dari kematian kita.

Untuk itulah, Allah subhanahu wata’ala memerintahkan kita untuk terus
bertakwa dengan sebenar-benar takwa dan tidak wafat kecuali dalam kondisi muslim. Allah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 102,
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar- benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.”

Dalam menafsirkan ayat tersebut, Imam Ibnu Katsir dalam kitabnya Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim, menerangkan bahwa barang siapa menjaga keislamannya dalam menjalani kehidupan dunianya, maka ia akan mati dalam kondisi Islam.
Imam Ibnu Katsir kemudian menyebutkan kaidah penting yang harus kita yakini bersama,“
"Barang siapa hidup di atas sesuatu (kebiasaan) maka ia akan mati di atasnya. Barang siapa mati di atas sesuatu maka ia akan dibangkitkan atasnya.”

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala

Kaidah penting ini menunjukkan kepada kita bahwa kebiasaan dalam menjalani kehidupan dunia merupakan cerminan akan kematian kita. Demikian pula kematian kita di atasnya merupakan cerminan akan kebangkitan kita kelak di akhirat.

Untuk itu, barang siapa membiasakan diri dengan kebaikan dan keimanan, ia akan wafat dalam kebaikan dan keimanan, kemudian ia pun akan dibangkitkan dalam keadaan baik dan beriman.

Sebaliknya, barang siapa membiasakan diri dengan keburukan dan kekufuran, ia akan wafat dalam keburukan dan kekufuran, kemudian ia pun akan dibangkitkan dalam keadaan buruk dan kufur.

Kaidah ini secara tegas dikuatkan oleh sabda Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam dalam riwayat Muslim nomor 2878,
“Setiap hamba akan dibangkitkan (dari kuburnya) sama seperti keadaan ketika ia meninggal.”

Makna hadis ini menunjukkan bahwa Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan, setiap hamba baik laki-laki maupun perempuan akan dibangkitkan sebagaimana keadaan ia meninggal.

Untuk itu marilah kita senantiasa membiasakan kebiasaan-kebiasaan baik selama menjalani kehidupan dunia ini, sehingga kita akan Allah mudahkan untuk menggapai husnul khatimah di akhir hayat, dan Allah akan membangkitkan kita dengan kondisi baik pula.

Sebagai Kesimpulan bahwa kebiasaan kita di dunia merupakan cerminan kita kelak dalam menghadapi kematian. 

Demikian pula dengan kematian yang kita alami, ia merupakan gambaran dari kebangkitan kita kelak di akhirat.

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala

Demikianlah materi khutbah Jumat tentang kehidupan cerminan kematian. 

Semoga kita semua Allah mudahkan untuk membiasakan kebaikan-kebaikan di dunia, sehingga Allah mudahkan bagi kita untuk menggapai husnul khatimah di akhir hayat, dan kebangkitan yang baik di
hari kiamat. Amin ya Rabb.

disadur dari : dakwah.id

Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah dalam Kehidupan Keluarga


Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah dalam Kehidupan Keluarga
(Materi Baitul Arqom Siswa Kelas XII SMA Muhammadiyah Puraseda tahun 2024).

Tidak hanya dalam kehidupan pribadi, Muhammadiyah juga mengatur tentang tatacara hidup berkeluarga yang baik. Karena bagaimanapun juga, keluarga merupakan bagian penting dari sebuah kehidupan. 

Bagaimana Muhammdiyah mengatur kehidupan warganya?. antara lain : 
a. Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah Dalam Mengelola Amal Usaha. 
b. Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah Dalam Kehidupan Berorganisasi. 
c. Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah Dalam Kehidupan Bermasyarakat. 

Dalam materi berikut penulis fokus membahas Pedoman Hidup islami Warga Muhammadiyah Dalam Kehidupan Keluarga

1. Kedudukan Keluarga
•) Keluarga merupakan tiang utama kehidupan umat dan bangsa sebagai tempat sosialisasi nilai-nilai yang paling intensif dan menentukan, Karenanya menjadi kewajiban setiap anggota Muhammadiyah untuk mewujudkan kehidupan keluarga yang sakinah, mawaddah warahmah yang dikenal dengan Keluarga Sakinah.

•) Keluarga-keluarga di lingkungan Muhammadiyah dituntut untuk benar–benar dapat mewujudkan Keluarga Sakinah yang terkait dengan pembentukan Gerakan Jama’ah dan da’wah Jama’ah menuju terwujudnya Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

2. Fungsi Keluarga
•) Keluarga-keluarga di lingkungan Muhammadiyah perlu difungsikan selain dalam mensosialisasikan nilai-nilai ajaran Islam juga melaksanakan fungsi kaderisasi sehingga anak-anak tumbuh menjadi generasi muslim Muhammadiyah yang dapat menjadi pelangsung dan penyempurna gerakan da’wah di kemudian hari.

•) Keluarga-keluarga di lingkungan Muhammadiyah dituntut keteladanan (uswah hasanah) dalam mempraktikkan kehidupan yang Islami yakni tertanamnya ihsan/kebaikan dan bergaul dengan ma’ruf, saling menyayangi dan mengasihi, menghormati hak hidup anak, saling menghargai dan menghormati antar anggota keluarga, memberikan pendidikan akhlaq yang mulia secara paripuma, menjauhkan segenap anggota keluarga dari bencana siksa neraka, membiasakan bermusyawarah dalam menyelasaikan urusan, berbuat adil dan ihsan, memelihara persamaan hak dan kewajiban, dan menyantuni anggota keluarga yang tidak mampu.

3. Aktifitas Keluarga
•) Di tengah arus media elektronik dan media cetak yang makin terbuka, keluarga-keluarga di lingkungan Muhammadiyah kian dituntut perhatian dan kesungguhan dalam mendidik anak-anak dan menciptakan suasana yang harmonis agar terhindar dari pengaruh-pengaruh negatif dan terciptanya suasana pendidikan keluarga yang positif sesuai dengan nilai–nilai ajaran Islam.

•) Keluarga-keluarga di lingkungan Muhammadiyah dituntut keteladanannya untuk menunjukkan penghormatan dan perlakuan yang ihsan terhadap anak-anak dan perempuan serta menjauhkan diri dari praktik-praktik kekerasan dan menelantarkan kehidupan terhadap anggota keluarga.

•) Keluarga-keluarga di lingkungan Muhammadiyah perlu memiliki kepedulian sosial dan membangun hubungan sosial yang ihsan, ishlah, dan ma’ruf dengan tetangga-tetangga sekitar maupun dalam kehidupan sosial yang lebih luas di masyarakat sehingga tercipta qaryah thayyibah dalam masyarakat setempat.

•) Pelaksanaan shalat dalam kehidupan keluarga harus menjadi prioritas utama, dan kepala keluarga jika perlu memberikan sanksi yang bersifat mendidik.

Wallahu'alam (/oh) 
ref: dinukil dari Buku PHIWM 

PANDUAN SINGKAT SHOLAT MAYAT

PANDUAN SINGKAT SHOLAT MAYAT

Sesudahkan, dimandikan dan dikafankan, maka shalatkanlah mayat itu dengan syarat-syarat shalat dengan niat yang ikhlas karena Allah.

Bertakbirlah, lalu bacalah Fatihah
dan selawat atas Nabi s.a.w lalu takbir, lalu berdo'alah dengan ikhlas bagi mayat, maka takbirlah dengan berdo'a, lalu takbirlah kemudian do'a. Setiap takbir dibarengi dengan mengangkat tangan pada tiap kali takbir lalu bersalamlah seperti salam sholat. 

Dan bolehlah kita mensholatkanya di dalam masjid. Shalatkanlah berjama'ah minimal tiga baris dan hendaklah Imam berdiri pada arah
kepala mayat pria dan pada arah tengah
(lambung) mayat wanita

Janganlah,menshalatkannya pada waktu terbit matahari kecuali sesudah naik, pada
waktu tengah-tengah hari, dan pada waktu hampir terbenam matahari kecuali sesudah terbenam. 

BACAAN DAN DOA SALAT JENAZAH

1. Takbir Pertama, membaca surah “Al-Fatihah” dan “Salawat atas Nabi saw”

اَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ. الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ. إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ. اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ. صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِ مُحَمَّدٍ, كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى اِبْرَاهِيمَ وَ اَلِ اِبْرَاهِيمَ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ اَلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى اِبْرَاهِيمَ وَ اَلِ اِبْرَاهِيمَ. اِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

2. Takbir Kedua, membaca “Alla-hummaghfir lahu …”

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُ وَاغْسِلْهُ بِمَاءٍ وَثَلْجٍ وَنَقِّهِ مِن الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِن الدَّنَسِ وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَأَهْلاً خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ وَقِهِ فِتْنَةَ الْقَبْرِ وَعَذَابَهُ.

3. Takbir Ketiga, membaca ” Allahummaghfir lihayyina- …”

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِحَيِّنَا وَمَيِّتِنَا وَشَاهِدِنَا وَغَائِبِنَا وَصَغِيرِنَا وَكَبِيرِنَا وَذَكَرِنَا وَأُنْثَانَا، اللَّهُمَّ مَنْ أَحْيَيْتَهُ مِنَّا فَأَحْيِهِ عَلَى الْإِسْلامِ وَمَنْ تَوَفَّيْتَهُ مِنَّا فَتَوَفَّهُ عَلَى اْلإِيمَانِ.

4. Takbir Keempat, membaca ” Alla-humma la- tahrimna- ajrahu…”

اللَّهُمَّ لاَ تَحْرِمْنَا أَجْرَهُ وَلاَ تُضِلَّنَا بَعْدَهُ.
 
Wallahualam. (/oh) 
dinukil dari HPTM Kitab Jenazah hal 229.


Hayin, Layyin, Qarib, Sahl :: Bagian manakah Kita?

Hayin, Layyin, Qarib, Sahl.

Bissmillah. Alhamdulillah. Allaahumma sholli Ala Muhammad SAW. Amma badu. 

Ciri orang yang haram tersentuh api neraka, seperti sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :

‎ﻋَﻦِ ﺍﺑْﻦِ ﻣَﺴْﻌُﻮﺩٍ، ﻋَﻦِ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – ،ﻗَﺎﻝَ : ﺃَﻻَ ﺃُﺧْﺒِﺮُﻛُﻢْ ﺑِﻤَﻦْ ﺗُﺤَﺮَّﻡُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟﻨَّﺎﺭُ؟ ﻗَﺎﻟُﻮﺍ : ﺑَﻠَﻰ ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ، ﻗَﺎﻝَ : ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞِّ ﻫَﻴِّﻦٍ، ﻟَﻴِّﻦٍ، ﻗَﺮِﻳﺐٍ، ﺳَﻬْﻞٍ

“Maukah kalian aku tunjukkan orang yang Haram baginya tersentuh api neraka?” Para sahabat berkata, “Mau, wahai Rasulullah!” Beliau menjawab: “(yang Haram tersentuh api neraka adalah) orang yang Hayin, Layyin, Qarib, Sahl.” (H.R. At-Tirmidzi dan Ibnu Hiban).

Golongan pertama Hayyin, adalah orang yang memiliki ketenangan lahir dan bathin, kuncinya adalah dari hati.

Golongan ke-2, Layyin adalah orang yang lemah, lembut, sopan dan santun.

Golongan ke-3 Qarib, orang dengan sifat Qarib adalah pribadi yang hangat, akrab, supel dan menyenangkan.

Golongan ke-4 adalah Sahl adalah orang yang mudah, tidak ribet atau tidak berbelit-belit. Semua diperlakukan secara proporsional. Namun bukan berarti menggampangkan masalah.

Wallahu'alam (/oh) 

Keadilan dan Pemimpin Yang Adil

IKHTISAR JUMAT, Keadilan dan Pemimpin Yang Adil Bandung, 1 November 2014 "Satu waktu nanti akan tiba atas umatku penguasa s...