Nikmat Sehat dan Waktu Luang

Nikmat sehat dan waktu luang, 

Alhamdulillaah wa sholatu wa salamu ala rasulillah saw, amma badu. 

Sahabat penaku.. 
Dua nikmat yang sering kali tanpa sadar dilewati dan dilalui begitu saja. Padahal Baginda mulia berpesan khusus perihal ini. dua hal inilah nikmat Sehat dan sempat. 

Kesehatan berasal dari kata “sehat” yang di transfer dari bahasa Arab shuhah yang artinya sehat, tidak sakit, selamat.

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sehat adalah keadaan baik seluruh badan serta bagian-bagiannya, bebas dari rasa sakit, waras.

begitu pun undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 menyebutkan bahwa sehat adalah keadaan sejahtera dari badan (jasmina), jiwa (rohani), dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Sedangkan Sempat berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sempat (verba) berarti ada waktu (untuk) atau ada peluang atau keluasan (untuk).

Bagaimana pandangan islam terhadap dua hal ini? 

Sehat ini seringkali dilalaikan oleh manusia. Bahkan pelalai terhadap waktu luang dan sempat termasuk kategori yang dikatakan hamba yang faqir. 

Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA pernah mengungkapkan(wallahu a'lam):

"Barangsiapa hari ini lebih baik daripada hari kemarin, maka ia adalah orang yang beruntung. Barangsiapa hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia adalah orang yang merugi. Dan barangsiapa hari ini lebih buruk daripada hari kemarin, maka ia adalah orang yang terlaknat."

من كان يومه خيرا من أمسه فهو رابح. ومن كان يومه مثل أمسه فهو مغبون. ومن كان يومه شرا من أمسه فهو ملعون

Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang". 
(HR. Bukhari no. 6412, dari Ibnu Abbas)

Seseorang tidaklah dikatakan memiliki waktu luang hingga badannya juga sehat. 

Barangsiapa yang memiliki dua nikmat ini (yaitu waktu senggang dan nikmat sehat), hendaklah ia bersemangat, jangan sampai ia tertipu dengan meninggalkan syukur pada Allah atas nikmat yang diberikan.

Bersyukur adalah dengan melaksanakan setiap perintah dan menjauhi setiap larangan Allah. Barangsiapa yang luput dari syukur semacam ini, maka dialah yang tertipu. 

Di akhir bulan mulia ini (ramadan) mari berdoa agar Allah berikan kesehatan dannafiyah kepada kita, serta disertakan kesempatan agar bisa memaksimalkan peluang ini dengan sebaik baiknya. 

Sehatkah? sempatkah berbuat baik? sempatkan membuat kebaikan! semoga Allah berikan semuanya. Aamiin. 

"sampaikan walaupun hanya seayat"
wallahu'alam (/oh) 

Tidak ada komentar:

Keadilan dan Pemimpin Yang Adil

IKHTISAR JUMAT, Keadilan dan Pemimpin Yang Adil Bandung, 1 November 2014 "Satu waktu nanti akan tiba atas umatku penguasa s...