Tampilkan postingan dengan label taawun. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label taawun. Tampilkan semua postingan

Semangat Berbagi Untuk Memperkuat Fitrah kerukunan

Semangat Berbagi Untuk Memperkuat Fitrah kerukunan
Puasa mengajarkan sifat senasib sepenanggungan. Lapar, haus dan menahan semua hal yang membatalkan puasa itu memberi pelajaran untuk bersyukur. Umat Islam harus pandai mengambil nilai puasa, terutama nilai saling berbagi. Sudah gamblang puasa memberi pelajaran bagaimana rasanya orang fakir miskin merasakan lapar dan haus setiap hari. Ramadan itu cuma 30 hari, terkadang juga hanya 29 hari, jadi laparnya Puasa Ramadan tidak sebanding laparnya orang miskin di setiap harinya.

Puasa di sini mengajarkan kesetaraan, baik pejabat, rakyat, orang miskin, orang kaya, semua rukun dan syarat sah puasanya sama. Perbedaan yang ada antara orang punya dan orang miskin terletak pada menu sahur dan buka. Sementara Si Miskin harus puasa sama seperti orang kaya, tetapi ketika berbuka dan sahur mereka harus makan seadanya, tragisnya sahur dan bukanya hanya air putih saja.

Lain halnya di meja makan Si Kaya ketika sahur dan buka, semua menu berat, menu ringan dan berbagai jenis minuman tersedia. Terkadang Si Kaya lupa akan makna terdalam puasa. Terkadang juga puasa hanya dimaknai pindah jadwal makan. Seharusnya dengan puasa rasa belas kasihan untuk berbagi mulai tumbuh. Wujud implementasi syukurnya dapat dilihat peningkatannya ketika puasa dan setelah puasa. Jadikanlah puasa ini menjadi bulan berbagi, berbagi dan mengajak berbagi.

Berbagilah apa yang dimiliki, punya makanan berbagilah dengan makanan, punya minuman berbagilah dengan minuman, punya buah-buahan berrbagilah dengan buah-buahan, jikalaupun yang dimiliki hanya tenaga berbagilah dengan tenaga. Kalaupun tenaga tidak kuat tetap harus berbagi walaupun hanya dengan senyuman. Saling memberi dan mengasihi pada dasarnya untuk mempererat dan memperkuat kerukunan antar tetangga.

Berbagi atau sedekah dalam Ramadan ini sudah dituntunkan Rasullulah SAW sebagaimana dalam hadist yang diriwayatkan Imam At-Tirmidzi yang artinya, “Dari Anas RA, sahabat bertanya, ‘Wahai Rasulullah, sedekah apa yang paling utama?’ Rasulullah SAW menjawab, ‘Sedekah di bulan Ramadan.”

Para sahabat sendiri menyaksikan kemurahan hati Rasulullah SAW di bulan Ramadan. Mereka mengatakan bahwa Rasulullah adalah orang paling murah hati. Tetapi di Bulan Ramadan, kemurahan hati Rasulullah SAW tampak lebih-lebih daripada di bulan lainya. Hal ini juga diriwayatkan dalam hadist Bukhari dan Muslim yang artinya, “Rasulullah SAW adalah orang paling murah hati. Ia semakin murah hati di bulan Ramadan.”

Dari berbagai riwayat hadist tentang berbagi, para ulama sepakat dan sangat menganjurkan umat Islam untuk memperbanyak sedekah dan berbuat baik secara umum tanpa membeda-bedakan. Pasalnya, ganjaran kebaikan di Bulan Ramadan dilipatgandakan sebagaimana keterangan Hasyiyatul Baijuri yang artinya berikut ini, “(Orang berpuasa) dianjurkan segera memperbanyak sedekah karena Rasulullah SAW adalah orang paling murah hati di Bulan Ramadan. Seseorang dapat melakukan kebaikan secara umum karena ganjaran amal kebaikan apapun bentuknya akan dilipatgandakan dibandingkan ganjaran amal kebaikan yang dilakukan di luar bulan Ramadan,” (Lihat Syekh Ibrahim Al-Baijuri, Hasyiyatul Baijuri, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: 1999 M/1420 H], cetakan kedua, juz I, halaman 562).”

Tiada keraguan dan alasan bagi Umat Muslim untuk tidak bersedekah. Sedekah dapat berbentuk uang, pikiran, tenaga, maupun senyuman. Walhasil, kontribusi dan kebaikan kita terhadap orang lain akan bernilai dua kali lipat dibanding kebaikan kita di bulan lain. Tetapi perlu juga dipahami sedekah itu semampunya dan jangan dipaksakan. Karena apa yang dipaksakan maka hati berat menerimanya. Oleh karena itu, kita sebaiknya mengambil kesempatan Ramadan ini untuk berbagi dan berbuat baik sebanyak-banyaknya.

Kesadaran untuk saling berbagi ini tentunya akan memperkuat jalinan kerukunan bersosial. Sosial masyarakat yang menjunjung budaya berbagi maka hubungannya semakin harmoni. Harmoninya bertetangga berkat dipupuk saling memberi ketika memiliki rezeki lebih mampu mendekatkan perselisihan atau berbeda pilihan. Menginggat hajat demokrasi tahun 2019 ini banyak pergesekan dimasyarakat. Harapanya dengan berbagi di bulan Ramadan pergesekan yang membuat rengang dimasyarakat dapat diobati.

Adapun yang wajib dalam berbagi di bulan Ramadan yaitu zakat fitrah (zakat diri). Jadi semua umat Islam dari bayi sampai orang tua sekalipun memiliki kewajiban mengeluarkan zakat berbentuk bahan pokok ataupun ada yang berpendapat boleh dengan uang. Selain zakat fitrah ada bagusnya yang belum membayar zakat mal (zakat harta) di bulan ini hendaknya membayarnya. Karena konsep berbagi yang sudah diwajibkan oleh Allah SWT ini untuk pemerataan ekonomi umat. Jadi, dengan konsep zakat yang Si Kaya sadar dalam hartanya ada milik Si Miskin.

Konsep berbagi sangatlah tepat untuk mengembalikan fitrah kerukunan. Fitrah sendiri bisa dimaknai sesuatu yang netral pada jiwa dan tidak terikat serta terpasung oleh keinginan dan keperluan duniawi dan berlapang dada serta jiwa yang tentram dan tenang, fitrah hanya punya satu tujuan yaitu selalu ingin kembali kepada Allah SWT sang penciptanya. jiwa yang tidak terikat dengan harta benda duniawi dan yang meninggalkan penyakit jiwa (iri dengki, kecemburuan sosial, sombong, hasut, ria dan pelit).

Fitrah kerukunan ini penting bagi bangsa Indonesia. Indonesia bisa maju, makmur, aman dan berprestasi tergantung rakyatnya rukun atau tidaknya. Semoga dengan pendidikan berbagi dalam Ramadan mampu memberi pelajaran untuk saling memberi. Jikalau ada perselisihan dengan tetangga atau kerabat mulailah dicoba dengan cara saling berbagi dalam menjalin rekonsiliasi silaturahmi. Marilah kita kembalikan fitrah kerukunan bangsa ini, sejatinya semua manusia butuh kerukunan, butuh persatuan dalam menjalani hidup. Wallahu a’lam bish-shawab. (Oh)

Intisari kajian Taawun untuk Negeri di Pamijahan

Oleh : Dr. Dahnil Anzhar Simanjuntak, M.E.

disarikan oleh : Oleh Holidin.
~~~~~~~~~~~~

Muhammadiyah itu bermanhaj walaupun tidak bermazhab, untuk itu semua mazhab di ambil dan diproses melalui majelis tarjih.

Ciri utama dakwah muhammadiya adalah Taawun, taawun dalam nketakwan dan kebaikan, bukan dalam kebathilan dan kejahatan.

Dalam dakwah, menurut KH. A Dahlan agama adalah instrumen untuk memajukan masyarakat, sehingga faktor yang memudurkannya (TBC : Tahayul, Bidah dan Churofat) hars di lawan.

Simbol kemajuan nya adalah pendidikan dan kesehatan itulah awal dan pola perjuangan KH. Ahmad Dahlan, lebih menekankan pada gerakan sosial kemasyarakat.

Ketidak tahuan dan tidak paham (bidah khurafat tahayul dll) tidak bisa disebut sesat, tapi harus disadarkan dan diberikan pemahaman dengan akhlak dan keilmuan, salah satunya dengan melalui lembaga pendidikan.

Dakwah KH. Ahmad Dahlan menawarkan solusi, beliau adalah man of action, berupa penanaman akidah berupa tauhid yang murni.

Ada istilah orang lapar tidak diprioritaskan untuk diajarkan tauhid syariah dll, tapi diberi makan, sehingga kebutuhannya tercukupi. Kemudian melalui pendekatan taawun sebagai watak utama dakwah. Itulah prinsip dasar yang  pertama.

Tahap kedua penguatan tauhid, marhalatud dakwah,

Tauhid yang murni akan menimbulkan pribadi yang kuat,

Mengutip H.O.S TJOKROAMINOTO bahwa tipikal seorang Kader, aktivis, pejuang harus memiliki :
Semurni murninya tauhid, Setinggi tingginya pengetahuan, dan sepintar pintar siasatnya.

Sehingga syarat dakwah adalah :
~ Memurnikan tauhid.
~ Menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, dan
~ Syiyiyah, dalam rangka menjaga agama,  dan dunia (ibn taimiyah),

Tahap kedua ini, dilakukan dengan 2 (dua) panduan yaitu :  akhlak dan syariah,

Prinsipnya bahwa ibadah itu semunya dilarang kecuali  ada dalil yang diperintahkan, sedangkan muamalah itu boleh kecuali ada dalil larangan begitu kaidah fikihnya.

Inti beragama adalah akhlak, "addinu khusnul khuluk", sekolah sebagai lembaga  pembinaan akhlak tidak hanya mengejar nilai.

Lalu apa artinya nilai 100 dengan hasil mencontek jika dibanding nilai 70 dengan keringat dan kejujuran??. Oleh karena itu substansi ahlak lebih baik daripada hanya prioritas nilai semata.

Cara tawun adalah peduli jangan sampai ditinggalkan, itulah spirit almaun, teologi almaun dalah prinsip dasar gerakan sosial. Tapi tidak cukup hanya dengan itu tapi dilengkapi prinsip gerkan berkemajuan, berlandaskan pada surat alashr.

Teologi alashr ini memiliki 4 makna (buya hamka, tafsir al azhar)
~ Prinsip hormat waktu (disiplin waktu)
~ Melek teknologi
~ Taushiyah kebenaran dan
~ Taushiyah kesabaran.

Demikian sebagai ikhtisar dari materi yang disampaikan.

Wallahu alam.
-oh-

Keadilan dan Pemimpin Yang Adil

IKHTISAR JUMAT, Keadilan dan Pemimpin Yang Adil Bandung, 1 November 2014 "Satu waktu nanti akan tiba atas umatku penguasa s...