Tampilkan postingan dengan label Khutbah Jumat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Khutbah Jumat. Tampilkan semua postingan

Khutbah Jumat : Enam keutamaan mencintai anak yatim

Khutbah Jumat 
Enam keutamaan mencintai anak yatim

الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَنَا أَيُّــــنَا أَحْسَنُ عَمَلًا. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، ذُو الْعِزَّةِ وَالْقُوَى، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلـُهُ لاَ نَبِـيَّ بَعْدَهُ الْمُصْطَفَى. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِـيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَي آلِهِ وَصَحْبِهِ وَكُلِّ مَنِ اتَبَعَ لـِلَّهِ الهُدَى. أَمَّا بَعْـدُ فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْ بِنَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ حَقَّ تُقَاتِهِ، لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.

Jamaah sidang Jum’at yang dimulyakan Allah,

Puji syukur marilah kita panjatkan pada Allah SwT atas segala nikmat-Nya yang telah dikaruniakan pada manusia, sehingga tanpa disadari telah banyak nikmat-nikmat yang telah diberikan-Nya sampai sampai manusia lupa dalam menghitung nikmat tersebut.

Shalawat serta salam senantiasa kita haturkan pada junjungan Nabi besar Muhammad SAW  beserta keluarganya, sahabatnya, dan juga umat Islam yang berpegang teguh pada sunnah-sunnahnya

Khatib berwasiat khususnya kepada diri khotib dan umumnya jamaah sekalain Marilah kita tingkatkan kualitas ketaqwaan kita kepada Allah semoga kita termasuk menjadi orang orang yang mulia dihadapan Allah swt. Aamiin.

Jamaah sidang Jum’at yang dimulyakan Allah,

Anak yatim menjadi salah satu perhatian kita. Ada banyak manfaat dan keutamaan menyayangi anak yatim yang mendatangkan banyak sekali manfaat untuk kehidupan kita.

Kata yatim disebutkan sebanyak 23 kali dalam Al-Qur'an yaitu 8 dalam bentuk tunggal, 14 dalam bentuk jamak dan 1 dalam bentuk dua (mutsanna).

Anak yatim adalah anak yang ditinggal meninggal ayahnya ketika belum dewasa. Sedangkan jika yang meninggal ibunya, anak tersebut disebut piatu.

Al-Qur'an secara tegas mengatakan anak yatim adalah sosok yang harus dikasihi, dipelihara dan diperhatikan. Allah berfirman dalam hadist keutamaan menyayangi anak yatim:

فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ۗ وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْيَتَامَىٰ ۖ قُلْ إِصْلَاحٌ لَهُمْ خَيْرٌ ۖ وَإِنْ تُخَالِطُوهُمْ فَإِخْوَانُكُمْ ۚ وَاللَّهُ يَعْلَمُ الْمُفْسِدَ مِنَ الْمُصْلِحِ ۚ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَأَعْنَتَكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

" tentang dunia dan akhirat. Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang anak-anak yatim. Katakanlah, "Memperbaiki keadaan mereka adalah baik!" Dan jika kamu mempergauli mereka, maka mereka adalah saudara-saudaramu. Allah mengetahui orang yang berbuat kerusakan dan yang berbuat kebaikan. Dan jika Allah menghendaki, niscaya Dia datangkan kesulitan kepadamu. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana. (QS. Al-Baqarah [2]: 220).

Disebut yatim jika anak tersebut belum baligh. Rasulullah SAW bersabda:
لا يُتْمَ بَعْدَ احْتِلامٍ، وَلا يُتْمَ عَلَى جَارِيَةٍ إِذَا هِيَ حَاضَتْ

"Tidak lagi disebut yatim anak yang sudah bermimpi (baligh)." (HR. Abu Daud dari Ali bin Abi Thalib). (Sunan Abi Daud, Kitab Al-Washaya No. 2489).

Jamaah sidang Jum’at yang dimulyakan Allah, 

untuk menyegarkan ingatan kita dan semangat kita memelihara anak yatim, mari simak beberapa keutamaan mencintai anak yatim:

1. Meraih Peluang Menjadi Teman Rasulullah SAW di Surga. Orang yang memelihara anak yatim akan masuk surga, berdekatan dengan Rasulullah SAW seperti dekatnya jari telunjuk dengan jari tengah.

« أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِى الْجَنَّةِ هكَذَا »  وأشار بالسبابة والوسطى وفرج بينهما شيئاً

“Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini”, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta agak merenggangkan keduanya ( HR Bukhari 4998)

2. Pengasuh Anak Yatim Dijamin Masuk Surga. Kalau pemelihara anak yatim tidak dapat menjadi teman Rasulullah di surga karena mungkin tidak memenuhi persyaratan ideal, ia akan tetap dijamin masuk surga.
Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ ضَمَّ يَتِيْمًا بَيْنَ أَبَوَيْنِ مُسْلِمَيْنِ فِيْ طَعَامِهِ وَ شَرَابِهِ حَتَّى يَسْتَغْنِيَ عَنْهُ وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ

Diriwayatkan oleh Abu Ya’la dan Thobrani, Shahih At Targhib Al Albani bahwa: “Barang siapa yang mengikutsertakan seorang anak yatim di antara dua orang tua Muslim, dalam makan dan minumnya, sehingga mencukupinya maka ia pasti masuk surga.”

3. Mendapat Predikat Abror (Saleh atau Taat Kepada Allah). Keutamaan menyantuni anak yatim dan memberi makan anak yatim dan orang miskin merupakan tanda orang-orang yang abror. ->> Q.S. Al-Insān : 5 -8:

إِنَّ الْأَبْرَارَ يَشْرَبُونَ مِنْ كَأْسٍ كَانَ مِزَاجُهَا كَافُورًا

Sungguh, orang-orang yang berbuat kebajikan akan minum dari gelas (berisi minuman) yang campurannya adalah air kafur,
عَيْنًا يَشْرَبُ بِهَا عِبَادُ اللَّهِ يُفَجِّرُونَهَا تَفْجِيرًا

(yaitu) mata air (dalam surga) yang diminum oleh hamba-hamba Allah dan mereka dapat memancarkannya dengan sebaik-baiknya.

يُوفُونَ بِالنَّذْرِ وَيَخَافُونَ يَوْمًا كَانَ شَرُّهُ مُسْتَطِيرًا

Mereka memenuhi nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana.

وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا

Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan orang yang ditawan.

Jamaah sidang Jum’at yang dimulyakan Allah,

4. Memperoleh Pertolongan dari Allah SWT. Menolong anak-anak yatim dalam berbagai bentuk kepedulian nyata merupakan ibadah yang akan mendatangkan pertolongan Allah. Rasulullah saw bersabda : 

الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يُسْلِمُهُ وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِي حَاجَتِهِ وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرُبَاتِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

"Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, dia tidak menzhaliminya dan tidak membiarkannya untuk disakiti. Siapa yang membantu kebutuhan saudaranya maka Allah akan membantu kebutuhannya. Siapa yang menghilangkan satu kesusahan seorang muslim, maka Allah menghilangkan satu kesusahan baginya dari kesusahan-kesusahan hari qiyamat. Dan siapa yang menutupi (aib) seorang muslim maka Allah akan menutup aibnya pada hari qiyamat". HR Bukhari 2262

5 Investasi Amal untuk Akhirat. Manfaat menyayangi anak yatim salah satunya adalah investasi amal di akhirat. Rasulullah SAW bersabda:

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

"Jika manusia mati maka terputus lah amalnya, kecuali tiga perkara: sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak saleh yang selalu mendoakannya." (HR. Muslim dari Abu Hurairah).

6. Menggapai Keberuntungan dan Menjadi yang Terbaik
Keutamaan menyantuni anak yatim merupakan salah satu bentuk ibadah sosial dalam rangka amar makruf (mengajak kebaikan) dan nahi mungkar (melarang berbuat maksiat). Perhatikan sabda Rasulullah SAW berikut ini:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه

“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (HR. Muslim no. 1893).

Jamaah sidang Jum’at yang dimulyakan Allah,

Dengan memuliakan anak yatim setidaknya kita akan mendapat enam keutamaan besar, antara lain dekat dengan Rasulullah di surga, melunakkan hati yang keras, terpenuhinya kebutuhan hidup, dan memperoleh perlindungan di hari kiamat. Semoga kita termasuk orang yang memelihara dan menyantuni anak yatim..  Amiien.

Baarakallahu li wa lakum.. 

lanjut dengan 
Khutbah Kedua

Tiga Nikmat Allah yang Sering Diabaikan

Nikmat

foto : google

Tiga Nikmat Allah 
yang Sering Diabaikan

إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أشْهَدُ أنْ لاَ إِلٰه إلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
وَقَالَ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ. أَمَّا بَعْدُ:

Segala puji bagi Allah subhanahu wata’ala, Dzat pemilik keutamaan dan kebaikan, yang telah memberi nikmat kepada semesta alam, dan yang menyeru manusia menuju Surga darussalam, kampung keselamatan.

Shalawat dan Salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, kepada keluarganya, sahabatnya, dan siapa saja yang mengikuti jalan beliau yang lurus dan yang mengajak kepada shirathal mustaqim hingga hari kiamat.

Saudara-saudaraku yang berbahagia, bertakwalah kepada Allah subhanahu wata’ala semaksimal kemampuan kalian, berpegang teguhlah kalian kepada sunnah Nabi kalian, perbaikilah hubungan di antara kalian dan jagalah persatuan di antara kalian, sebagaimana firman-Nya,

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ

“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang berakal.” (QS. Al-Baqarah: 197)

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Sesungguhnya nikmat Allah subhanahu wata’ala itu tak terbilang dan tak terhingga, baik itu nikmat lahiriah maupun nikmat batiniah.
Nikmat lahiriyah adalah nikmat Allah yang bisa dilihat oleh panca indera manusia seperti makanan, minuman, kendaraan, perhiasan, keturunan, pangkat.

Nikmat bathiniyah adalah nikmat yang hanya dirasa oleh hati seperti senang, sabar, tawakkal, qanaah.
Allah subhanahu wata’ala berfirman:

أَلَمْ تَرَوْا أَنَّ اللَّهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَأَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً

“Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)-mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin.” (QS. Luqman: 20)

Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

اَلْحَمْدُ للهِ كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ، ‌غَيْرَ ‌مَكْفِيٍّ ‌وَلَا ‌مُوَدَّعٍ وَلَا مُسْتَغْنًى عَنْهُ، رَبَّنَا

“Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, yang baik dan mengandung keberkahan di dalamnya, bukan pujian yang tidak dianggap dan tidak dibutuhkan oleh Rabb kami.” (HR. Al-Bukhari no. 5037)
Seorang Alim generasi tabi’in, Thalq bin Habib, mengomentari hadits di atas,

إِنَّ حَقَّ الله أَثْقَلُ مِنْ أَنْ يَقُوْمَ بِهِ الْعِبَادُ، وَإِنَّ نِعَمَ اللهِ أَكْثَرُ مِنْ أَنْ يُحْصِيْهَا الْعِبَادُ، وَلَكِنْ أَصْبِحُوا تَائِبِيْنَ، وَأَمْسُوْا تَائِبِيْنَ

“Sesungguhnya hak Allah lebih berat dibandingkan apa yang dikerjakan oleh para hamba, dan sesungguhnya nikmat-nikmat Allah terlalu banyak untuk dihitung oleh para hamba, tetapi hendaklah kalian menjadi orang-orang yang bertaubat pada pagi dan sore hari.”

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Ada tiga jenis nikmat Allah subhanahu wata’ala yang mana ketika seorang hamba belum mendapatkannya, maka belumlah dia dikatakan sebagai orang yang mendapatkan kedamaian dan ketenangan hidup. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits dengan sanad hasan, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ ‌آمِنًا ‌فِي ‌سِرْبِهِ مُعَافًى فِي جَسَدِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا

“Barang siapa di antara kalian di pagi hari merasakan aman di tengah-tengah keluarganya, sehat jasmaninya, memiliki kebutuhan pokok untuk sehari-harinya, maka seakan-akan kenikmatan dunia ada di tangannya.” (HR. Tirmizi no. 2268)

Hadits di atas merupakan pengingat akan nikmat-nikmat Allah yang sudah terbiasa didapatkan manusia akan tetapi kebanyakan tidak merasakan akan kemuliaannya dan bahkan mengabaikannya.

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Nikmat Pertama: Nikmat Rasa Aman
Nikmat Allah yang sering diabaikan yang pertama adalah nikmat rasa aman.
Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ‌ ‌آمِنًا ‌فِي ‌سِرْبِهِ , artinya merasakan aman di tengah-tengah keluarganya.

Rasa aman adalah salah satu nikmat Allah subhanahu wata’ala yang paling besar yang dikaruniakan kepada hamba-Nya setelah nikmat Iman dan Islam. Dan tidak akan merasakan kenikmatan hidup, orang yang kehilangan nikmat aman ini. Seperti orang-orang yang hidup di suatu Negara yang kehilangan rasa aman di dalamnya.

Atau seperti orang-orang yang yang hidup di tengah-tengah peperangan yang menghancurkan harta benda dan menghilangkan nyawa. Ia tidur di bawah gemuruh suara pesawat perang dan dentuman meriam. Bahkan salah seorang di antara mereka menangkupkan tangannya di atas jantungnya, menunggu kematian yang bisa saja mendatangi mereka setiap saat.

Allah subhanahu wata’ala berfirman,
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kelaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-An’am: 82)

Allah subhanahu wata’ala menjanjikan keamanan bagi orang-orang yang beriman, apabila mereka merealisasikan tauhid, memurnikan keimanan, dan melakukan amal saleh.

Allah subhanahu wata’ala berfirman,

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُم فِي الأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nur: 55)

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Nikmat Allah yang sering diabaikan yang kedua adalah nikmat sehat.
Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam مُعَافًى فِي جَسَدِهِ (sehat jasmaninya).

Maksudnya adalah selamat dari sakit dan penyakit baik secara lahir maupun batin.

Imam Ahmad Ra meriwayatkan di dalam Musnad-nya dari hadits Anas radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah membaca doa:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ البَرَصِ، وَالْجُنُونِ، وَالْجُذَامِ، وَمِنْ سَيِّئِ الْأَسْقَامِ

“Ya Allah sesunguhnya aku berlindung kepada-Mu dari penyakit belang, gila dan penyakit kusta serta dari sejelek-jeleknya penyakit.”

Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa memohon kepada Allah subhanahu wata’ala keselamatan dalam agama, dunia, jiwa, keluarga, dan harta beliau setiap pagi dan sore.

Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan para sahabatnya untuk membacanya juga. Imam Abu Dawud Ra meriwayatkan dari hadits ‘Abdullah bin’Umar radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata:

لَمْ يَكُنْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَعُ هَؤُلَاءِ ‌الدَّعَوَاتِ، ‌حِينَ ‌يُمْسِي، ‌وَحِينَ يُصْبِحُ

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tak pernah meninggalkan doa-doa ini ketika pagi dan sore:

اَللَّهُمَّ إِنَي أَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ فِي الدِّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِيْنِي وَدُنْيَايَ وَأَهْلِي وَمَالِي، اَللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِي وَآمِنْ رَوْعَاتِي، اَللَّهُمَّ احْفَظْنِي مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ وَمِنْ خَلْفِي، وَعَنْ يَمِيْنِي وَعَنْ شِمَالِي، وَمِنْ فَوْقِي، وَأَعُوْذُ بِعِظَمَتِكَ مِنْ أَنْ أَغْتَالَ مِنْ تَحْتِي

Ya Allah, sesungguhnya Saya memohon kepada-Mu keselamatan di dunia dan di akhirat. Ya Allah, sesungguhnya saya memohon kepadamu ampunan dan keselamatan dalam agama dan dunia saya, keluarga, dan harta saya.Ya Allah, tutupilah kejelekan saya dan tentramkanlah hati saya. Ya Allah, lindungilah dari depan dan dari belakang saya, sebelah kanan dan kiri saya dari atas kepala saya, serta dengan keagungan-Mu aku berlindung dari upaya makar atas saya dari bawah saya. (HR. Abu Dawud no. 4412)

Imam at-Tirmidzi di dalam Sunan-nya meriwayatkan sebuah hadits dari Mu’adz bin Rifa’ah dari bapaknya berkata:
“Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu naik ke atas mimbar, kemudian beliau menangis lalu berkata: ‘Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri di atas mimbar pada tahun pertama lalu menangis, lalu beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

اسْأَلُوا ‌اللَّهَ ‌العَفْوَ ‌وَالعَافِيَةَ، فَإِنَّ أَحَدًا لَمْ يُعْطَ بَعْدَ اليَقِينِ خَيْرًا مِنَ العَافِيَةِ

“Mintalah kepada Allah subhanahu wata’ala ampunan dan keselamatan, karena sesungguhnya tidaklah seseorang dikaruniai sesuatu yang lebih baik setelah dikaruniai keyakinan (iman) dibandingkan dengan keselamatan.” (HR. At-Tirmizi No. 3481)

Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan bahwa kebanyakan manusia melalaikan dan terpedaya dengan nikmat ini.
Imam al-Bukhari ra meriwayatkan dalam Shahih-nya dari hadits ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

نِعْمَتَانِ ‌مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالفَرَاغُ

“Dua kenikmatan yang kebanyakan manusia terpedaya dengan keduanya; nikmat sehat dan waktu luang.” (HR. Al-Bukhari no. 5933)

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberikan bimbingan kepada umatnya untuk memanfaatkan kesehatannya sebelum datangnya sakit.
Imam al-Hakim ra meriwayatkan dalam Al-Mustadrak dari hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

اغْتَنِمْ ‌خَمْسًا ‌قَبْلَ ‌خَمْسٍ.. وَذَكَرَ مِنْهَا، صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ

“Manfaatkan lima perkara sebelum datang lima perkara, beliau menyebutkan di antaranya: Sehatmu sebelum datang sakitmu…” (HR. Hakim No. 7846)

Dan Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari berkata,

إِذَا أَمْسَيْتَ فَلَا تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ، وَإِذَا ‌أَصْبَحْتَ ‌فَلَا ‌تَنْتَظِرِ ‌المَسَاءَ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ، وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ

“Jika kamu berada di sore hari jangan tunggu pagi hari, dan jika kamu berada di pagi hari jangan tunggu sore hari, gunakanlah kesehatanmu untuk (persiapan saat) sakitmu dan kehidupanmu untuk kematianmu.” (HR. Al-Bukhari No. 5937)

Dan orang-orang yang mengunjungi Rumah Sakit kaum muslimin, lalu melihat ujian yang menimpa saudara-saudaranya sesama muslim berupa penyakit kronis yang para dokter tidak sanggup mengobati sebagian penyakit-penyakit tersebut, niscaya dia akan memuji Allah ‘Azza wa Jalla setiap pagi dan sore atas nikmat sehat ini.

Maka sungguh Maha benar Allah swt yang berfirman:

وَآَتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ

“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya".

Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (QS. Ibrahim: 34)

Nikmat Allah yang sering diabaikan yang ketiga adalah nikmat kecukupan rezeki.

Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ , maknanya memiliki kebutuhan pokok untuk sehari-harinya.
Maksudnya adalah dia memiliki makanan yang cukup untuk dikonsumsi dan bisa menghidupinya dari makanan yang halal. Makanan adalah salah satu nikmat Allah subhanahu wata’ala yang sangat besar. 

Allah subhanahu wata’ala berfirman,

فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَذَا الْبَيْتِ * الَّذِي أَطْعَمَهُم مِّن جُوعٍ وَآمَنَهُم مِّنْ خَوْفٍ
“Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka’bah). Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.” (QS. Quraisy: 3-4)

Dan Nabi saw senantiasa berlindung kepada Allah subhanahu wata’ala dari kelaparan. Imam Muslim ra meriwayatkan di dalam kitab Shahih-nya dari hadits Abu Hurairah ra bahwa Nabi saw berdoa,

اللهم ‌اجْعَلْ ‌رِزْقَ آلِ مُحَمَّدٍ قُوتًا

“Ya Allah, jadikanlah kecukupan rezeki pada keluarga Muhammad.” (HR. Muslim no. 5273)

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Dari penjelasan di atas jelaslah bahwa siapa saja yang terkumpul di dalam dirinya ketiga hal ini, maka pada hari itu seolah-olah dia memiliki dunia seluruhnya.

Dan sebenarnya pada kebanyakan manusia telah terkumpul ketiga hal ini dan bahkan mereka memiliki lebih banyak lagi dibandingkan dengan yang disebutkan dalam hadits ini, namun demikian mereka mengingkarinya dan meremehkan apa yang mereka rasakan dan apa yang mereka dapatkan. Maka mereka sebagaimana yang Allah subhanahu wata’ala firmankan,

يَعْرِفُونَ نِعْمَةَ اللَّهِ ثُمَّ يُنْكِرُونَهَا وَأَكْثَرُهُمُ الْكَافِرُونَ

“Mereka mengetahui ni’mat Allah, kemudian mereka mengingkarinya dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir.” (QS. An-Nahl: 83)

Allah subhanahu wata’ala juga mengingatkan,

أَفَبِنِعْمَةِ اللَّهِ يَجْحَدُونَ

“Maka mengapa mereka mengingkari nikmat Allah?” (QS. An-Nahl: 71)

Dan obat dari penyakit ini adalah dengan melihat kepada orang-orang yang tidak mendapatkan kenikmatan ini, atau yang tidak mendapatkan sebagian dari nikmat ini, sebagaimana yang diwasiatkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim rahimahumallah dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ، وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ، ‌فَهُوَ ‌أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللهِ

“Lihatlah orang yang lebih rendah (kenikmatannya) darimu dan janganlah melihat kepada yang lebih banyak (kenikmatannya) darimu agar kamu tidak mencela nikmat yang Allah anugerahkan kepadamu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Demikianlah 3 nikmat Allah yang sering diabaikan oleh kebanyakan saudara-saudara kita, atau bahkan termasuk diri kita.

Semoga penjelasan pada khutbah Jumat siang hari ini menjadi sebuah nasihat antar sesama kita. Saling mengingatkan, saling menasihati dalam iman dan takwa. Hingga kita benar-benar yakin dapat istiqamah di atas jalan-Nya, dan benar-benar sadar ketika berada di jalan selain-Nya untuk kemudian kembali ke jalan yang lurus hingga ajal menjemput.

Wallahu'alam (oh)











Keadilan dan Pemimpin Yang Adil

IKHTISAR JUMAT, Keadilan dan Pemimpin Yang Adil Bandung, 1 November 2014 "Satu waktu nanti akan tiba atas umatku penguasa s...