PEMUDA PENGEMBAN HARAPAN Menggembirakan Dakwah, Meneguhkan Solidaritas dan Mencerahkan Semesta

 


PEMUDA PENGEMBAN HARAPAN

(Menggembirakan Dakwah, Meneguhkan Solidaritas dan

Mencerahkan Semesta)

(Oleh Holidin, S.Pd.)[i]

 

PEMBUKA

Mengawali tulisan ini penulis akan menukil ungkapan harapan dan cita cita para pendahulu yang pernah muda dan memiliki semangat muda bahkan meninggalkan jasa luar biasa.

K.H. Ahmad Dahlan berpesan kepada generasi penerus muhammadiyah. “Muhammadiyah pada masa sekarang ini berbeda dengan Muhammadiyah pada masa mendatang. Karena itu warga muda-mudi Muhammadiyah hendaklah terus menjalani dan menempuh pendidikan serta menuntut ilmu pengetahuan (dan teknologi) di mana dan ke mana saja. Menjadilah dokter sesudah itu kembalilah kepada Muhammadiyah. Jadilah master, insinyur, dan (profesional) lalu kembalilah kepada Muhammadiyah sesudah itu".

Pemuda memiliki peran penting dalam memajukan diri, pergaulan, dakwah, kebangsaan dan generasi ke depan. Peran penting tersebut merupakan amanah dan tantangan bagi pemuda sebagai pengembannya.

Sebagai amanah peran penting Pemuda mau atau tidak, sulit atau mudah, lapangan ataupun sempit, menguntungkan atau merugikan bahkan perlu pengorbanan atau pun tidak memerlukan tentu harus menjadi perhatian karena amanah akan dimintai pertanggungjawaban.

Sebagai tantangan peran penting Pemuda tentu harus dimaknai sebagai peluang yang akan membawa pada kemajuan dan perbaikan. Sehingga harus disikapi dengan kesiapan individual maupun secara kelompok. Artinya secara personal harus memiliki kapasitas dan kapabilitas dalam perannya. Secara kelompok harus mampu dan bisa beradaptasi dan berkolaborasi dengan baik.

Sebagai batasan penulis batasi tulisan kedalam 3 (tiga) pembahasan antara lain Peran Generasi Muda dalam Menggembirakan Dakwah, Peran Generasi Muda dalam Meneguhkan Solidaritas dan Peran Generasi Muda dalam Mencerahkan Semesta.

1.  PERAN DALAM MENGGEMBIRAKAN DAKWAH

Dakwah merupakan kewajiban setiap insan tanpa melihat usia atau hal-hal lain dalam melaksanakannya. Dakwah adalah tuntunan manusia teladan. Dakwah adalah peran yang harus dimainkan dalam perjalanan kehidupan. Pemuda tanpa dakwah akan senantiasa resah dan gelisah, pemuda tanpa dakwah tidak akan terarah, pemuda tanpa dakwah hatinya tidak akan basah, pemuda tanpa dakwah semoga tidak menjadi sampah.

Peran pemuda harus memiliki integritas moral (iman). Hal ini memiliki arti bahwa pemuda yang beriman seharusnya memiliki keyakinan yang kuat dan orientasi yang jelas. Kedua karakter luhur (iman dan orientasi) ini merupakan faktor penentu setelah takdir Allah yang bisa mengantarkan pemuda menuju kesuksesan. Inilah dakwah kita.

2.  PERAN DALAM MENEGUHKAN SOLIDARITAS

Mempraktikkan sikap solidaritas tidaklah mudah. Ibarat jalan yang mendaki dan sukar. Ketika mentadaburi ayat Allah Surat Ali Imran ayat 134, Bentuk solidaritas dapat diaplikasikan pada berbagai tatanan. Ketika mampu solidaritas dengan kemampuan. Ketika benar, solidaritas mememaafkan (menahan amarah dan memaafkan). Ketika mampu, menolong pun adalah bentuk solidaritas, bahkan saling memberikan nasehat dan ta’awun dalam kebaikan, kesabaran dan takwa adalah wujud solidaritas. .
demikian peran yang dapat dijalankan dalam menguhkan solidaritas, dalam wadah kemandirian, sosial bahkan kebangsaaan.

3.  PERAN DALAM MENCERAHKAN SEMESTA

“Pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan”, kata bijak yang dahulu diungkapkan hari ini masih relevan dengan kehidupan. Bahkan Manusia Teladan mengatakan Jagalah masa muda mu sebelum masa tua mu.

Diksi pencerahan diambil oleh generasi muhammadiyah di abad ini, diksi  tersebut dapat dikatakan sebagai istilah dan konsep baru dalam Muhammadiyah di era kontemporer, yang belum berkembang di era awal pergerakan.

Mencerahkan semesta secara simpel dapat dikatakan menyinari semesta. Itulah pencerahan. Gerakan pencerahan sama dengan dakwah itu sendiri, yaitu mengajak umat kepada jalan Allah yang dilakukan dengan hikmah, edukasi, dan dialogis (tadabur An-Nahl :125).

Sehingga penulis sepakat dan sependapat jika dikatakan dakwah mencerahkan semesta harus dibarengi dengan memiliki kapasitas (mampu menjadi seorang pemimpin, menciptakan karya-karya demi keunggulan bangsa dan negara, menjadi problem solver dirinya dan masyarakat), memiliki kapabilitas (harus banyak belajar dan bersifat adaptif atas sebuah perubahan zaman, berkarya dengan tetap bermoral dan maju tanpa meninju.

Istilah mengatakan “Permata akan tetap bersinar meskipun terpendam dalam lumpur yang gelap pekat”. Untuk menjadi yang terbaik tak perlu menjatuhkan, menyingkirkan atau menjelekkan. Cukup lakukan kebaikan yang lebih baik secara konsisten. Biarkan waktu yang akan membuktikan.

PENUTUP

Pendahulu bangsa dan negara, pendiri persyarikatan dan orang tua yang melahirkan, tidak ingin memiliki generasi yang lemah dan kita diajarkan untuk khawatir dengan hal tersebut. Pelaku zaman di setiap genarasi tidaklah akan sama, namun ada benang merah panduan yang tetap dapat dilakukan, diterapkan dan dijalankan. Pemuda dahulu adalah pemimpin masa kini. Pemuda Masa kini adalah pemimpin masa depan.

Pemuda pengemban harapan dalam menggembirakan dakwah, meneguhkan solidaritas dan mencerahkan semesta akan senantiasa lahir dengan panduan iman, memiliki keyakinan yang kuat dan orientasi yang jelas. Inilah yang akan menjadi atau faktor penentu setelah takdir Allah dalam mengantarkan pemuda menuju kesuksesan.



[i] Penulis adalah Kepala SMA Muhammadiyah Puraseda dan Kader pemuda Muhammadiyah

BERIMAN KEPADA QADA & QADAR

MATERI PAI SMA KELAS XII-2
BERIMAN KEPADA QADA & QADAR

A.PENGERTIAN QADA DAN QADAR

Dalam Al-Qur’an kata qada berarti
- hukum atau keputusan (Q.S. An-Nisa’: 4: 65), 
- perintah (Q.S. Al-Isra,: 17: 23), 
- kehendak (Q.S. Ali Imran: 3: 47), 
- dan mewujudkan atau menjadikan (Q.S. Al-Fusilat: 41:12)

sedangkan kata Qadar berarti : 
- kekuasaan atau kemampuan (Q.S Al-Baqarah: 2: 236).
- ketentuan atau kepastian (Q.S. Al-Mursalat: 77: 23). ukuran (Q.S. Ar-Ra’d: 13: 17). 
- Dan mengatur serta menentukan sesuatu menurut batas-batasnya (Q.S fussilat: 41: 10).

Abu Hasan Al-Asy’ari (wafat di basrah tahun 330 H.), berpendapat bahwa : 

Qada : kehendak Allah SWT. Mengenai segala hal dan keadaan, kebaikan atau keburukan, yang sesuai dengan apa yang akan diciptakan dan tidak akan berubah-ubah sampai terwujudnya kehendak tersebut. 

Sedangkan qadar : ialah perwujudan kehendak Allah SWT. Baik mengenai zat-zatnyaataupun sifat-sifatnya.

Rasulullah SAW. Bersabda :
Hadits tentang Rukun Iman
اْلإِيْمَانِ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَر

Artinya :“iman itu ialah engkau percaya pada Allah, para Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari akhirat, dan engkau percaya kepada qadar yang baik dan buruk”.

Iman kerpada qada dan qadar dalam ungkapan sehari-hari lebih popular dengan sebutan iman kepada takdir. 

Iman kepada takdir beraerti percaya bahwa segala apa yang terjadi di alam semesta ini, seperti adanya siang dan malam, adanya tanah yang subur dan yang tandus, hidup dan mati, rezeki dan jodohseseorang merupakan kehendak dan ketentuan Allah SWT.

Hukum beriman kepada takdir adalah fardu ‘ain. Seseorang yang mengaku Islam, tetapi tidak beriman pada takdir dapat dianggap murtad. 

Ayat- ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang iman kepada takdir cukup banyak antara lain:
Artinya :“apabila Allah hendak menetapan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya : “jadilah”, lalu jadilah dia.” (Q.A. Ali Imran, 3: 47)
Artinya :dan ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku.” (Q.S. Al-Ahzab, 33: 38)

Apakah manusia itu musayyar (diapaksakan oleh kekuatan Allah) atau mukhayyar (diberi kebebasan untuk menentukan pilihan sendiri)? Tidak benar kalau dikatakan manusia itu mutlak mukhayyar.

Hal-hal yang musayyar misalnya, setiap manusia yang hidup di bumi tubuhnya tidak bisa terbebas dari gaya tarik bumi, beberapa organ tubuh manusia seperti paru-paru, jantung, alat pernapasan, dan peredaran darah bekerja secara otomatis diluar kesadaran atau perasaan, bahkan ketika manusia tidur sekalipun.

Hal-hal yang mukhayyar misalnya, manusia mempunyai kebebasan untuk memilih dan berbuat sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk. Allah SWT. Berfirman :

90.Al-Balad : 10

وَهَدَيْنَاهُ النَّجْدَيْنِ

Artinya :“Dan kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan (jalan kebajikan dan jalan kejahatan.” (Q.S. Al-Balad, 90: 10)

B.TANDA-TANDA KEIMANAN KEPADA QADA DAN QADAR

Tanda-tanda keimanan kepada qada dan qadar itu antara lain :

1.menyadari dan meyakini bahwa segala apa yang diperoleh dan dialami manusia baik berupa nikmat ataupun musibah pada hakikatnya merupakan ketentuan dan kehendak Allah SWT, 

Semuanya yang telah tertulis dalam buku induk (Lauh Mahfuz), yang sesuai pula dengan ilmu Allah Yang Mahaluas lagi Mahasempurna. dalil dalil nya antara lain 
- lihat Q.S. Az-Zumar, 39:62, 
- Q.S. Yasin, 36: 12 dan 
- Q.S. At-Talaq, 65:12). 

Selain itu orang yang beriman kepada qada dan qadar (takdir), tentu akan menyadari bahwa nikmat dan musibah itu pada hakekatnya merupakan ujian dari Allah SWT. (lihat Q.S. Al-Anbiya, 21: 35)

2.orang yang beriman kepada takdir menyadari bahwa ia tidak mengetahui apa yang akan menimpa dirinya, apakah bencana ataukah nikmat, kewajiban manusia ialah berikhtiar dan bertawakal agar memperoleh nikmat dan terhindar dari bencana.

Berikut ini akan dijelaskan mengenai ikhtiar dan tawakal, sebagai tanda-tanda keimanan kepada qada dan qadar (takdir).

1.Ikhtiar
Islam melarang setiap pemeluknya untuk menganut fatalisme, yaitu paham atau ajaran yang mengharuskan berserah diri pada nasib dan tidak perlu berikhtiar, karena hidup manusia dikuasai dan ditentukan oleh nasib. 

Fatalisme adalah paham yang keliru, menyimpang dari ajaran tentang iman pada takdir, penghabat kemajuan dan penyebab kemunduran umat.

2.Tawakal
Setiap Muslim/Muslimah yang betul-betul beriman kepada takdir, selain wajib untuk berikhtiar, juga wajib bertawakal kepada allah SWT dalam hal ini Allah SWT. Berfirman sebagai berikut : 

3.Āli 'Imrān : 159

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ

Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun untuk mereka, dan bermusyawaralah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.

Selain itu, Allah SWT juga berfirman :
Artinya :“Katakanlah, sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Daialah pelindung kami, dan hanyalah kepada Allah orang yang beriman harus bertawakal.” (Q.S. At-Taubah, 9: 51)

Apakah ya ng dimaksud dengan tawakal kepada Allah? 

Menurut istilah bahasa, tawakal kepada Allah berarti brserah diri kepada Allah atau menggantungkan diri kepada Allah SWT. Sedangkan menurut ajaran Islam, tawakal pada Allah berarti berserah diri pada qada dan qadar Allah, setelah berusaha (berikhtiar) sekuat mungkin, sesuai dengan kewajibannya sebagai manusia. 

Pengertian tawakal tersebut, dapat kita pahami berdasarkan peristiwa pada masa Rasulullah SAW berikut :

Pada suatu hari, Rasulullah SAW didatangi oleh salah seorang sahabatnya yang mengendarai seekor unta. Waktu itu Rasullah SAW bertanya kepada, “apakah kamu dating kesini dengan mengendarai unta?” “betul wahi Rasulullah,” jawabnya Rasulullah SAW bertanya lagi, “apakah untamu sudah kamu tambatkan?” ia menjawab, “belum, wahai Rasulullah, karena aku bertawakal kepada Allah.” Selanjutnya, Rasulullah SAW bersabda, “seharusnya kamu tambatkan dulu untamu, kemudian bertawakallah kamu pada Allah SWT.”

 قَالَ رَجُلٌ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أُرْسِلُ نَاقَتِيْ وَأََتَوَ كُّلُ قَالَ : اِغْقِلهَا وَتَوَ كَّلْ

C.HIKMAH BERIMAN KEPADA QADA DAN QADAR

Allah SWT mewajibkan umat manusia untuk beriman kepada qada dan qadar (takdir) yang tentu mengandung banyak (hikmah), yaitu antara lain :

>> menumbuhkan kesadaran bahwa alam senmeta dan segala isinya berjalan sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah SWT (sunatullah atau hukum alam).

Kesadaran yang demikian dapat mendorong umat manusia (umat Islam) untuk menjadi ilmuan-ilmuan yang canggih dibidangnya masing-masing, kemudian mengadakan usaha-usaha penelitian terhadap setiap makhluk Allah seperti manusia, hewan, tumbuhan, air, udara, barang tambang, dan gas. 

Sedangkan hasil-hasil penelitiannya dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia kearah yang lebih tinggi (lihat dan pelajari Q.S. Al-Mujadilah, 58:11)

>> Meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Iman kepada takdir dapat menumbuhkan kesadaran bahwa segala yang ada dan terjadi di alam semesta ini, bahkan sehelai daun yang gugur, terjadi dengan sepengetahuan karena kehendak, kekuasaan, dan keadilan Allah SWT. (liht dan pelajari Q. S. Al-An’am, 6: 59!).

>> Menumbuhkan sikap dan perilaku terpuji, serta menghilangkan sikap serta perilaku tercela. Orang yang betul-betul beriman kepada takdir (umat Islam yang bertakwa) tentu akan memiliki sikap dan perilaku terpuji seperti sabar, tawakal, qana’ah, dan optimis dalam hidup. 

Juga akan mampu memelihara diri dari sikap dan perilaku tercela, seperti : sombong, irihati, dengki, buruk sangka, dan pesimis dalam hidup. Mengapa demikian coba kamu renungkan jawabannya! (lihat dan pelajari Q. S. Al-Hadid, 57: 21-24).
D. KESIMPULAN 

#. Iman kepada Qada dan Qadar dalam ungkapan sehari-hari disebut iman kepad takdir, hukum beriman kepada takdir adalah fardu ‘ain, karena beriman kepada takdir termasuk salah satu rukun iman. Orang yang mengaku Islam,jika tidak beriman kepada takdir dapat dianggap murtad. Takdir mencakup antara lain : keberadaan manusia dan proses perkembangan hidupnya, alam semesta dan segala isinya yang berjalan sesuai dengan unnatullah, dan berbagai bencana yang menimpa umat manusia.

#. Manusia dalam hidupnya di dunaia ini tidak mutlak Musayyar dan tidak pula mutlak Mukhayyar, manusia diberikan kebebasan untuk menentukan pilihan. Apakah mau memilih jalan lurus (Dinul Islam) yang menuju syurga, atau jalan sesat yang berakhir di Neraka. Setiap Muslim/Muslimah tentu akan memilih jalan yang lurus, dengan jalan meyakini kebenaran Islam dan mengamalkan ajarannya.

#. Fatalisme merupakan paham yang keliru karena menyimpang dari ajaran tentang iman kepada takdir, penghambat kemajuan, dan penyebab kemunduran umat. Setiap Muslim/Muslimah diwajibkan berusaha sekuat tenaga agar dapat mewujudkan cita-citanya serta meningkatkan kualitas hidupnya, disamping itu kita juga harus bersikap tawakal. Iman kepada takdir mengandung banyak fungsi dan mendatangkan banyak hikmah. Hikmah-hikmah tersebut akan diraih oleh umat Islam yang betul-betul beriman pada takdir.

Wallahu'Alam. (/oh)

Khairu Ummah & Ummatan Wasatha

Khairu Ummah & Ummatan Wasatha
(ikhtiar menjaga kualitas sebagai umat namun tetap bergerak).

Sebagai Ummat Kita tidak berada di posisi gerakan yang ekstrim, radikal, liberal, fundamentalis, apalagi sekuler.

Kita berada di posisi tengahan atau dikenal dengan sebutan washatiyah/moderat, hal ini menjadi karakter  sebagai umat Islam. 

Sebuah ummat Islam kita tidak bergerak yang bersifat tunggal namun banyak memiliki pertautan, yaitu dalam hal akhlak, ibadah, dan akhlak yang memiliki watak khasnya yang bersifat berdimensi purifikasi, sedangkankan muamalah-duniawiyah bersifat dinamis.

Dalam pembentukan umat, pandangan wasithiyah merujuk antara lain pada konsep dasar “Ummatan Wasatha” sekaligus “Syuhada ‘ala al-Nas” seperti terkandung dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah 143.

وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا ۗ وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِي كُنْتَ عَلَيْهَا إِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يَتَّبِعُ الرَّسُولَ مِمَّنْ يَنْقَلِبُ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ ۚ وَإِنْ كَانَتْ لَكَبِيرَةً إِلَّا عَلَى الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ ۗ وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ

Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) \"umat pertengahan\" agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya, melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia.

Selain itu yang melekat kuat dengan karakter kita pun adalah menjadi ciri dari “Khaira Ummah” (Qs Ali Imran: 110) 

3.Āli 'Imrān : 110

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ ۗ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ ۚ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ

Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.

Ciri wasathiyah itu bukan sekadar beragama dengan sikap tegahan seperti damai, toleran, ukhuwah, dan membangun ihsan dalam hubungan sosial sebagai wujud rahmatan lil-‘alamin.

Demikian sebagai pedoman dalam bergerak sehingga kita tetap menjaga kualitas sebagai umat namun tetap berpijak dimanapun.

Belajar dari Ibrahim AS

gb. ilustrasi/ google

Belajar dari Ibrahim AS
(Sebuah Catatan)

Lahir di zaman Namrud
Sang penyembah berhala
dan juga mengajak rakyatnya
Ayahnya penyembah berhala
Pemahat berhala Azar Namanya

Dia lah Ibrahim
Cerdas orangnya
Luas pengetahuannya
Banyak belajar 
Mengamati kehidupan

Saat malam dia merenung
Pandangi bulan dan bintang
Dalam benaknya Inilah Tuhan?
Bulan pun hilang
Dugaan benaknya pun Pudar!

Saat siang dia merenung
Pandangi Sang Sinar Terang
Dalam benaknya Inilah Tuhan?
Matahari pun terbenam
Dugaan benaknya pun hilang!

Allah beri petunjuk
dia temukan tuhan
yang Ahad yang Khalik
Maha Esa Maha Pencipta

Dia lah Ibrahim
Cerdas orangnya
Luas pengetahuannya
Banyak belajar 
Diapun menemukan Tuhannya

---
Oktober, 13, 2020
oholidin

Faktor faktor yang harus diperhatikan dalam menerapkan konsep didaktik.

Faktor faktor yang harus diperhatikan dalam menerapkan konsep didaktik.

Bagian 1 

a. Pengajar(Pendidik)
Dalam pengertian yang sederhana, Pendidik adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik, sedangkan dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal (Sekolah atau institusi pendidikan dengan kurikulum yang jelas dan terakreditasi), tetapi bisa juga di lembaga pendidikan non formal (Lembaga Pendidikan Ketrampilan, Kursus, di masjid, di surau/musala, di gereja, di rumah, dan sebagainya).

Undang-undang No. 20 Tahun 2003, Pasal 39 (2) menjelaskan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan. Sementara itu sebutan pendidik dengan kualifikasi dosen merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Tenaga pendidik meliputi :  *guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. (UU No. 20 tahun 2003 pasal 1).*

Pengajar hendaknya memiliki kepribadian yang luhur dan mulia seperti beberapa kepribadian berikut ini:

- Memiliki rasa kasih
- Keikhlasan/tulus
- Tenang(calm)
- Rasa hormat(respect)
- Bijaksana/keadilan
- Bersahaja/rendah diri
- Berwibawa
- Toladan
- Terpercaya
- Kesabaran
- Cerdas
- Trampil
- Beretika/santun
- Estetis
- Berpenampilan baik
- Religius
- Tanggung jawab (responsibility)
- Disiplin
- Humoris
- Bersahabatan (friendship)
- Menyenangkan(favorable)

Selain itu sebagai pengajar juga harus menguasai kompetensi guru seperti : 
(1) Guru harus memiliki pengetahuan yang luas tentang materi yang diajarkan

 (2) Memiliki wawasan pengetahuan    tentang materi berkaitan dengan disiplin ilmu lainnya. 

(3) Menguasai ilmu didaktik dan metodik. 

(4)  Mampu menysusn program pembelajaran yang baik. 

(5) Mampu melaksanakan program sesuai rencana secara tepat.

(6) Mampu mengenal karakteristik perbedaan siswa.

(7) Mampu memanfaatkan sumber belajar yang tersedia. 

(8) Mampu menciptakan    media  atau     alat-alat bantu pembelajaran. 

(9)  Kreatif dan inovatif dalam mengkreasi lingkungan belajar, iklim belajar, membangkitkan motivasi. (creator dan innovator). 

(10)  Mampu mengoperasikan media modern.

(11) Mampu   memfasilitasi   setiap   kesulitan siswa. (fasilitator). 

(12) Mampu   membimbing   siswa   yang    memiliki kekurangan. 

(13) Ketepatan dalam menggunakan alat bantu secara efektif. 

(14) Mampu   menampilkan   contoh-contoh gerak. (demonstrator). 

(15) Mampu   melakukan       analisis gerak,  mengoreksi, evaluasi, dan solusi yang tepat. (analisator/evaluator). 

(16)   Memberikan tugas-tugas gerak, dan cue/isyarat yang benar.

 (17) Mampu menjadi motivator.

demikian materi bagian 1 selamat belajar.

tks.

Cara Pandang Seorang Muslim


Memandang Masalah 

Masalah (bahasa Inggris: problem) didefinisikan sebagai suatu pernyataan tentang keadaan yang belum sesuai dengan yang diharapkan. (wikipedia)

Pemecahan Masalah kita kenal dengan istilah Problem Solving. Memandang Masalah yang didefinisikan dengan baik memiliki tujuan akhir yang spesifik dan solusi yang diharapkan dengan jelas, Masalah yang didefinisikan dengan baik memungkinkan perencanaan yang lebih awal daripada masalah yang tidak jelas. 

Kemampuan untuk memahami apa tujuan akhir dari masalah tersebut, dan aturan apa yang dapat diterapkan merupakan kunci untuk menyelesaikan masalah. Terkadang masalah membutuhkan pemikiran abstrak atau solusi kreatif.

Bagaiman pendekatan Al-Qur'an dalam Hal ini?

1. Masalah merupakan bentuk kasih sayang Allah swt yang berupa ujian dan peringatan. Al-Quran menegaskan hal ini dalam surat al-Anbiya ayat 35:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

Tiap-tiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.

2. Masalah merupakan bentuk kasih sayang Allah swt untuk meningkatkan derajat dan status kita sebagai hamba. Al-Quran surat al-Insyiqaq ayat 6 menegaskan:

يَا أَيُّهَا الْإِنْسَانُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَى رَبِّكَ كَدْحًا فَمُلَاقِيه

Hai manusia, sesungguhnya kamu sudah bekerja untuk Tuhanmu dengan sungguh-sungguh, maka kamu (kelak) akan menemuinya.

3. Allah swt memberikan masalah sesuai dengan kadar kemampuan kita. Allah swt Maha Adi yang tidak akan membebani hambanya di luar batasnya. Cara pandang seperti ini akan membuat kita selalu optimis dalam menjalani hidup dan menghadapi masalah. Ketika kita telah yakin, maka kita tinggal mencari jalan keluarnya. Al-Quran mengingatkan dalam surat al-Baqarah ayat 45:

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ

Dan mohonlah pertolongan Allah dengan sabar dan salat, dan sesungguhnya hal tiu sangat berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.

4. Dimana ada kesulitan di situ pasti ada kemudahan, sebagaimana firman Allah swt dalam Q.S al-Insyirah: 6,

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا () إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.

Setiap masalah senantiasa ada solusinya. Apapun masalah kita. Pemecahan masalah tentu harus melibatkan Allah di dalamnya, karena Allah Maha Pemberi Solusi. 

Semoga kita terhidar dari sikap putus asa. Adanya kesulitan sepatutnya semakin memacu kita untuk menemukan kemudahan yang ada bersamanya untuk kita syukuri. 

Jika kita fokus pada kemudahan-kemudahan yang ada, maka hal ini bisa memacu kita untuk semakin kuat dalam menghadapi masalah. 

Wallahu A’lam. (/oh)

Keadilan dan Pemimpin Yang Adil

IKHTISAR JUMAT, Keadilan dan Pemimpin Yang Adil Bandung, 1 November 2014 "Satu waktu nanti akan tiba atas umatku penguasa s...