BERIMAN KEPADA QADA & QADAR

MATERI PAI SMA KELAS XII-2
BERIMAN KEPADA QADA & QADAR

A.PENGERTIAN QADA DAN QADAR

Dalam Al-Qur’an kata qada berarti
- hukum atau keputusan (Q.S. An-Nisa’: 4: 65), 
- perintah (Q.S. Al-Isra,: 17: 23), 
- kehendak (Q.S. Ali Imran: 3: 47), 
- dan mewujudkan atau menjadikan (Q.S. Al-Fusilat: 41:12)

sedangkan kata Qadar berarti : 
- kekuasaan atau kemampuan (Q.S Al-Baqarah: 2: 236).
- ketentuan atau kepastian (Q.S. Al-Mursalat: 77: 23). ukuran (Q.S. Ar-Ra’d: 13: 17). 
- Dan mengatur serta menentukan sesuatu menurut batas-batasnya (Q.S fussilat: 41: 10).

Abu Hasan Al-Asy’ari (wafat di basrah tahun 330 H.), berpendapat bahwa : 

Qada : kehendak Allah SWT. Mengenai segala hal dan keadaan, kebaikan atau keburukan, yang sesuai dengan apa yang akan diciptakan dan tidak akan berubah-ubah sampai terwujudnya kehendak tersebut. 

Sedangkan qadar : ialah perwujudan kehendak Allah SWT. Baik mengenai zat-zatnyaataupun sifat-sifatnya.

Rasulullah SAW. Bersabda :
Hadits tentang Rukun Iman
اْلإِيْمَانِ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَر

Artinya :“iman itu ialah engkau percaya pada Allah, para Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari akhirat, dan engkau percaya kepada qadar yang baik dan buruk”.

Iman kerpada qada dan qadar dalam ungkapan sehari-hari lebih popular dengan sebutan iman kepada takdir. 

Iman kepada takdir beraerti percaya bahwa segala apa yang terjadi di alam semesta ini, seperti adanya siang dan malam, adanya tanah yang subur dan yang tandus, hidup dan mati, rezeki dan jodohseseorang merupakan kehendak dan ketentuan Allah SWT.

Hukum beriman kepada takdir adalah fardu ‘ain. Seseorang yang mengaku Islam, tetapi tidak beriman pada takdir dapat dianggap murtad. 

Ayat- ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang iman kepada takdir cukup banyak antara lain:
Artinya :“apabila Allah hendak menetapan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya : “jadilah”, lalu jadilah dia.” (Q.A. Ali Imran, 3: 47)
Artinya :dan ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku.” (Q.S. Al-Ahzab, 33: 38)

Apakah manusia itu musayyar (diapaksakan oleh kekuatan Allah) atau mukhayyar (diberi kebebasan untuk menentukan pilihan sendiri)? Tidak benar kalau dikatakan manusia itu mutlak mukhayyar.

Hal-hal yang musayyar misalnya, setiap manusia yang hidup di bumi tubuhnya tidak bisa terbebas dari gaya tarik bumi, beberapa organ tubuh manusia seperti paru-paru, jantung, alat pernapasan, dan peredaran darah bekerja secara otomatis diluar kesadaran atau perasaan, bahkan ketika manusia tidur sekalipun.

Hal-hal yang mukhayyar misalnya, manusia mempunyai kebebasan untuk memilih dan berbuat sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk. Allah SWT. Berfirman :

90.Al-Balad : 10

وَهَدَيْنَاهُ النَّجْدَيْنِ

Artinya :“Dan kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan (jalan kebajikan dan jalan kejahatan.” (Q.S. Al-Balad, 90: 10)

B.TANDA-TANDA KEIMANAN KEPADA QADA DAN QADAR

Tanda-tanda keimanan kepada qada dan qadar itu antara lain :

1.menyadari dan meyakini bahwa segala apa yang diperoleh dan dialami manusia baik berupa nikmat ataupun musibah pada hakikatnya merupakan ketentuan dan kehendak Allah SWT, 

Semuanya yang telah tertulis dalam buku induk (Lauh Mahfuz), yang sesuai pula dengan ilmu Allah Yang Mahaluas lagi Mahasempurna. dalil dalil nya antara lain 
- lihat Q.S. Az-Zumar, 39:62, 
- Q.S. Yasin, 36: 12 dan 
- Q.S. At-Talaq, 65:12). 

Selain itu orang yang beriman kepada qada dan qadar (takdir), tentu akan menyadari bahwa nikmat dan musibah itu pada hakekatnya merupakan ujian dari Allah SWT. (lihat Q.S. Al-Anbiya, 21: 35)

2.orang yang beriman kepada takdir menyadari bahwa ia tidak mengetahui apa yang akan menimpa dirinya, apakah bencana ataukah nikmat, kewajiban manusia ialah berikhtiar dan bertawakal agar memperoleh nikmat dan terhindar dari bencana.

Berikut ini akan dijelaskan mengenai ikhtiar dan tawakal, sebagai tanda-tanda keimanan kepada qada dan qadar (takdir).

1.Ikhtiar
Islam melarang setiap pemeluknya untuk menganut fatalisme, yaitu paham atau ajaran yang mengharuskan berserah diri pada nasib dan tidak perlu berikhtiar, karena hidup manusia dikuasai dan ditentukan oleh nasib. 

Fatalisme adalah paham yang keliru, menyimpang dari ajaran tentang iman pada takdir, penghabat kemajuan dan penyebab kemunduran umat.

2.Tawakal
Setiap Muslim/Muslimah yang betul-betul beriman kepada takdir, selain wajib untuk berikhtiar, juga wajib bertawakal kepada allah SWT dalam hal ini Allah SWT. Berfirman sebagai berikut : 

3.Āli 'Imrān : 159

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ

Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun untuk mereka, dan bermusyawaralah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.

Selain itu, Allah SWT juga berfirman :
Artinya :“Katakanlah, sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Daialah pelindung kami, dan hanyalah kepada Allah orang yang beriman harus bertawakal.” (Q.S. At-Taubah, 9: 51)

Apakah ya ng dimaksud dengan tawakal kepada Allah? 

Menurut istilah bahasa, tawakal kepada Allah berarti brserah diri kepada Allah atau menggantungkan diri kepada Allah SWT. Sedangkan menurut ajaran Islam, tawakal pada Allah berarti berserah diri pada qada dan qadar Allah, setelah berusaha (berikhtiar) sekuat mungkin, sesuai dengan kewajibannya sebagai manusia. 

Pengertian tawakal tersebut, dapat kita pahami berdasarkan peristiwa pada masa Rasulullah SAW berikut :

Pada suatu hari, Rasulullah SAW didatangi oleh salah seorang sahabatnya yang mengendarai seekor unta. Waktu itu Rasullah SAW bertanya kepada, “apakah kamu dating kesini dengan mengendarai unta?” “betul wahi Rasulullah,” jawabnya Rasulullah SAW bertanya lagi, “apakah untamu sudah kamu tambatkan?” ia menjawab, “belum, wahai Rasulullah, karena aku bertawakal kepada Allah.” Selanjutnya, Rasulullah SAW bersabda, “seharusnya kamu tambatkan dulu untamu, kemudian bertawakallah kamu pada Allah SWT.”

 قَالَ رَجُلٌ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أُرْسِلُ نَاقَتِيْ وَأََتَوَ كُّلُ قَالَ : اِغْقِلهَا وَتَوَ كَّلْ

C.HIKMAH BERIMAN KEPADA QADA DAN QADAR

Allah SWT mewajibkan umat manusia untuk beriman kepada qada dan qadar (takdir) yang tentu mengandung banyak (hikmah), yaitu antara lain :

>> menumbuhkan kesadaran bahwa alam senmeta dan segala isinya berjalan sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah SWT (sunatullah atau hukum alam).

Kesadaran yang demikian dapat mendorong umat manusia (umat Islam) untuk menjadi ilmuan-ilmuan yang canggih dibidangnya masing-masing, kemudian mengadakan usaha-usaha penelitian terhadap setiap makhluk Allah seperti manusia, hewan, tumbuhan, air, udara, barang tambang, dan gas. 

Sedangkan hasil-hasil penelitiannya dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia kearah yang lebih tinggi (lihat dan pelajari Q.S. Al-Mujadilah, 58:11)

>> Meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Iman kepada takdir dapat menumbuhkan kesadaran bahwa segala yang ada dan terjadi di alam semesta ini, bahkan sehelai daun yang gugur, terjadi dengan sepengetahuan karena kehendak, kekuasaan, dan keadilan Allah SWT. (liht dan pelajari Q. S. Al-An’am, 6: 59!).

>> Menumbuhkan sikap dan perilaku terpuji, serta menghilangkan sikap serta perilaku tercela. Orang yang betul-betul beriman kepada takdir (umat Islam yang bertakwa) tentu akan memiliki sikap dan perilaku terpuji seperti sabar, tawakal, qana’ah, dan optimis dalam hidup. 

Juga akan mampu memelihara diri dari sikap dan perilaku tercela, seperti : sombong, irihati, dengki, buruk sangka, dan pesimis dalam hidup. Mengapa demikian coba kamu renungkan jawabannya! (lihat dan pelajari Q. S. Al-Hadid, 57: 21-24).
D. KESIMPULAN 

#. Iman kepada Qada dan Qadar dalam ungkapan sehari-hari disebut iman kepad takdir, hukum beriman kepada takdir adalah fardu ‘ain, karena beriman kepada takdir termasuk salah satu rukun iman. Orang yang mengaku Islam,jika tidak beriman kepada takdir dapat dianggap murtad. Takdir mencakup antara lain : keberadaan manusia dan proses perkembangan hidupnya, alam semesta dan segala isinya yang berjalan sesuai dengan unnatullah, dan berbagai bencana yang menimpa umat manusia.

#. Manusia dalam hidupnya di dunaia ini tidak mutlak Musayyar dan tidak pula mutlak Mukhayyar, manusia diberikan kebebasan untuk menentukan pilihan. Apakah mau memilih jalan lurus (Dinul Islam) yang menuju syurga, atau jalan sesat yang berakhir di Neraka. Setiap Muslim/Muslimah tentu akan memilih jalan yang lurus, dengan jalan meyakini kebenaran Islam dan mengamalkan ajarannya.

#. Fatalisme merupakan paham yang keliru karena menyimpang dari ajaran tentang iman kepada takdir, penghambat kemajuan, dan penyebab kemunduran umat. Setiap Muslim/Muslimah diwajibkan berusaha sekuat tenaga agar dapat mewujudkan cita-citanya serta meningkatkan kualitas hidupnya, disamping itu kita juga harus bersikap tawakal. Iman kepada takdir mengandung banyak fungsi dan mendatangkan banyak hikmah. Hikmah-hikmah tersebut akan diraih oleh umat Islam yang betul-betul beriman pada takdir.

Wallahu'Alam. (/oh)

Tidak ada komentar:

Keadilan dan Pemimpin Yang Adil

IKHTISAR JUMAT, Keadilan dan Pemimpin Yang Adil Bandung, 1 November 2014 "Satu waktu nanti akan tiba atas umatku penguasa s...