5 Keutamaan Sahabat Muadz bin Jabal

gb. ilustrasi / google

5 Keutamaan Sahabat Muadz bin Jabal

Pada kesempatan kali ini, admin ingin mengangkat kisah hidup seorang sahabat mulia bernama Muadz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu yang bisa kita ambil teladan dalam kehidupan kita.

Nama lengkap beliau adalah Muadz bin Jabal bin Amr bin Aus. Ibunya bernama Hindun binti Sahl dari bani Rifa’ah. Kunyah beliau adalah Abu Abdurrahman.

Beliau memeluk Islam pada usia yang tergolong sangat muda, yakni 18 tahun. Setelah masuk Islam, ia turut serta dalam perang Badar dan seluruh perang yang diikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Beliau adalah salah satu sahabat yang terlibat dalam peristiwa penting yakni Baiat Aqabah. Muadz bersama 70 orang Yatsrib berjanji akan menyediakan tempat baru di negeri mereka (Madinah), apabila Rasulullah dan para sahabat akan berhijrah.

Imam adz-Dzahabi menyebutkan beberapa keutamaan sahabat Muadz bin Jabal dalam kitabnya, Siyar A’lam an-Nubala’:

Pertama: Paling Mengerti Halal dan Haram
Satu ungkapan yang sering kita dengarkan dalam kehidupan kita di mana itu menggambarkan akan rendahnya kondisi keimanan dan keyakinan kaum muslimin khususnya masalah jaminan rezeki dari Allah adalah “Mencari yang haram saja susah apalagi yang halal.”

Padahal kita sudah tahu bahwa Allah telah menjamin rezeki manusia bahkan seluruh makhluk-Nya.

Dia berfirman:

وَمَا مِن ‌دَآبَّةٖ فِي ٱلۡأَرۡضِ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ رِزۡقُهَا وَيَعۡلَمُ مُسۡتَقَرَّهَا وَمُسۡتَوۡدَعَهَاۚ كُلٌّ فِي كِتَٰبٖ مُّبِينٖ

“Dan tidak ada satu pun makhluk yang bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Hud: 6)

Allah berfirman lagi:

وَكَأَيِّن مِّن دَآبَّةٖ لَّا تَحۡمِلُ رِزۡقَهَا ٱللَّهُ يَرۡزُقُهَا وَإِيَّاكُمۡۚ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡعَلِيمُ

“Dan berapa banyak makhluk bergerak yang bernyawa yang tidak dapat membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allahlah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu. Dia Maha mendengar dan Maha Mengetahui.” (HR. Al-Ankabut: 60)

Urusan halal dan haram dalam kehidupan seorang muslim adalah masalah yang sangat penting karena menyangkut keabsahan ibadah dan amal shalih yang mereka kerjakan. Dalam sebuah hadits shahih dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّ اللهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا، وَإِنَّ اللهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ،

“Wahai manusia, Sesungguhnya Allah Ta’ala itu baik, tidak menerima kecuali yang baik, dan bahwa Allah memerintahkan kepada orang-orang mukmin dengan apa yang diperintahkannya kepada para rasul.”

فَقَالَ: يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا، إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ [المؤمنون: 51]

“Allah berfirman: ‘Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal shaleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.’” (QS. Al-Mu’minun: 51).

وَقَالَ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ [البقرة: 172]

“Dan Ia berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu.” (QS. Al-Baqarah: 172)

ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ، يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ، يَا رَبِّ، يَا رَبِّ، وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ، وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ، وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ، وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ، فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ؟

“Kemudian beliau menyebutkan seorang laki-laki yang kusut warnanya seperti debu mengulurkan kedua tangannya ke langit sambil berdoa: ‘Ya Rabb, Ya Rabb,’ sedang makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, ia kenyang dengan makanan yang haram, maka bagaimana mungkin orang tersebut dikabulkan permohonannya?” (HR. Muslim)

Hadits di atas menjelaskan bahwasanya amal shalih dan ibadah seseorang itu diterima atau tidaknya oleh Allah subhanahu wata’ala sangat dipengaruhi oleh makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh mereka, berasal dari yang halal atau yang haram.

Inilah yang menjadikan kita sebagai seorang muslim itu begitu serius menyikapi masalah halal dan haram.

Bahkan Imam Ibnu Rajab Al-Hambali mengatakan,

“Amal tidak akan diterima melainkan dengan makanan yang halal, sedangkan makanan haram bisa merusak amal perbuatan dan menjadikannya tidak diterima.” (Jami’ul Ulum wal Hikam, 1/260)

Sahabat nabi yang satu ini adalah orang yang paling mengerti masalah halal dan haram dan tentunya dia adalah orang yang paling hati-hati dalam persoalan tersebut.

Ini adalah sebuah prestasi amal yang luar biasa, di mana sangat sulit bagi kita untuk mencapai hal tersebut.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan pujian kepada beliau dengan sabdanya:

مُعَاذُ بنُ جَبَلٍ أَعْلَمُ النَّاسِ بِحَرَامِ اللهِ وَحَلَالِهِ

“Muadz bin Jabal adalah manusia yang paling tahu apa yang di haramkan dan yang di halalkan Allah.” (Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim di dalam Al-Hilyah, dengan sanad lemah)

Dalam sabdanya yang lain:

أَرْحَمُ أُمَّتِي بِأُمَّتِي: أَبُو بَكْرٍ، وَأَشَدُّهَا فِي دِيْنِ اللهِ: عُمَرُ، وَأَصْدَقُهَا حَيَاءً: عُثْمَانُ، وَأَعْلَمُهُم بِالحَلَالِ وَالحَرَامِ: مُعَاذٌ، وَأَفْرَضُهُم: زَيْدٌ، وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَمِيْنٌ، وَأَمِيْنُ هَذِهِ الأُمَّةِ: أَبُو عُبَيْدَةَ

“Umatku yang paling lembut terhadap manusia adalah Abu Bakar, yang paling tegas dalam urusan agama adalah Umar, yang paling pemalu adalah Utsman, yang paling tahu halal dan haram adalah Muadz bin Jabal, yang paling tahu faraidh adalah Zaid, dan setiap umat ada orang kepercayaan, sedangkan kepercayaan umat ini adalah Abu Ubaidah.” (Hadits marfu’ diriwayatkan oleh Ahmad, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Bersambung..
wallahu'alam. (/oh)

Tidak ada komentar:

Keadilan dan Pemimpin Yang Adil

IKHTISAR JUMAT, Keadilan dan Pemimpin Yang Adil Bandung, 1 November 2014 "Satu waktu nanti akan tiba atas umatku penguasa s...