Materi 1 PAI KELAS XI Sem 1, KD : QS. Al-Ma'idah ayat 48

Assalamu'alaikum wrwb. 
MATA PELAJARAN : PAI
SMA MUHAMMADIYAH PURASEDA
SEMESTER GANJIL 2020/2021

2. MATERI KD 
KD : QS. Al-Ma'idah ayat 48
IPK : 
- Memaham tentang isi dan kandungan ayat tersebut. 
- Menganalisa sikap dan perilaku yang mencerminkan ayat tersebut. 

Materi : QS. Al-Mai'dah ayat 48 

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ ۖ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ ۚ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا ۚ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَٰكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ ۖ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ۚ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ
(QS.Al-Mai'dah/5: 48)

Terjemahan:
"Dan Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan." (QS. Al-Mai'dah/5: 48)

Nah, setelah kita tadabburi bacaan di atas, kita akan masuk kedalam pembahasan utama yaitu tentang isi dan kandungan QS. Al-Mai'dah ayat 48 serta sikap dan perilaku yang mencerminkan ayat tersebut.

Isi dan Kandungan Ayat
  • Penegasan bahwa Al-Qur'an adalah kitab samawi terakhir yang membawa kebenaran, mencakup isi, dan membenarkan kitab suci sebelumnya, seperti Taurat dan Injil.
  • Al-Qur'an menjadi satu-satunya kitab suci yang terpelihara dengan baik, sehingga ia tidak akan mengalami perubahan dan pemalsuan. Hal ini berbeda dengan kitab suci sebelumnya.
  • Perintah kepada setiap muslim agar memutuskan perkara dengan hukum yang ditetapkan Allah swt. yang terdapat dalam Al-Qur'an.
  • Setiap umat diberi syariat yang berbeda dan diperintahkan untuk menaati dan mengamalkan isinya.
  • Perintah menggunakan akal dan segala potensi yang telah diberikan oleh Allah swt. agar menjadi umat pilihan, unggul, maju, dan berkembang menjadi lebih baik dan semakin lebih baik lagi.
  • Allah swt. memberikan syariat tersendiri kepada setiap umat untuk menguji sejauh mana mereka dapat mengimplementasikan syariat-Nya yang tertuang dalam kitab samawi masing-masing.
  • Perintah untuk berkompetensi dan menjadi yang terbaik sesuai dengan petunjuk yang termuat dalam kitab suci mereka.
  • Peringatan bahwa pada akhirnya manusia akan kembali kepada Allah swt. dan kelak di akhirat akan mempertanggungjawabkan semua amalnya semasa di dunia.
Sikap dan Perilaku yang Mencerminkan Ayat
  • Mengimani kebenaran Al-Qur'an dan menjadikannya sebagai barometer terhadap kitab-kitab samawi lain yang datang sebelumnya, seperti Taurat, Injil, dan Zabur.
  • Mengimani bahwa Al-Qur'an adalah kitab yang terpelihara dengan baik sehingga ia tidak akan mengalami perubahan dan pemalsuan.
  • Berusaha memutuskan perkara dengan hukum yang diturunkan Allah swt. yang telah digariskan ke dalam Al-Qur'an.
  • Senantiasa melakukan tadabur Al-Qur'an untuk mencapai kemajuan dan perkembangan.
  • Senantiasa sadar bahwa tuntutan penerapan syariat Allah swt. adalah ujian untuk mencapai kebaikan dan kemuliaan di sisi-Nya.
  • Senantiasa bersemangat dalam berkompetensi untuk menjadi yang terbaik.
  • Senantiasa menyadari bahwa pada akhirnya manusia akan kembali kepada Allah swt. di alam baka untuk mempertanggungjawabkan semua amalnya saat di dunia.
Alhamdulillah, 
Materi kali ini telah selesai, tolong di cermati lagi bacaanya.

Wallahu'alam.

Tangis dan Tawa(ada tangis dan tawa saat corona)

Tangis dan Tawa
(ada tangis dan tawa saat corona)
-----
biasa saja ...
semua diaturNYA
harusnya tambah syukurnya saat tawa
harusnya tambah sabarnya saat tangis

hadapi saja ...
semua ketentuanNYA
bagusnya jadi ibadah tawanya
bagusnya tangis jadi tambah sabarnya

kemana saja ...?
saat tawa datang
indahnya tawa jadi kebaikan
bagaimana agar tawa jadi ibadah

kemana saja ...
saat tangis tiba
miris jika hanya bermuram durja
miris jika hanya undang pesimis

tangis ...
DIA lah yang menjadikannya
tawa  ...
DIA lah yang membuatnya

---
Purasari, 21 Juli 2020
oholidin - tadabur Q.S. An-Najm ayat 43

Khutbah Jumat : Enam keutamaan mencintai anak yatim

Khutbah Jumat 
Enam keutamaan mencintai anak yatim

الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَنَا أَيُّــــنَا أَحْسَنُ عَمَلًا. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، ذُو الْعِزَّةِ وَالْقُوَى، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلـُهُ لاَ نَبِـيَّ بَعْدَهُ الْمُصْطَفَى. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِـيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَي آلِهِ وَصَحْبِهِ وَكُلِّ مَنِ اتَبَعَ لـِلَّهِ الهُدَى. أَمَّا بَعْـدُ فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْ بِنَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ حَقَّ تُقَاتِهِ، لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.

Jamaah sidang Jum’at yang dimulyakan Allah,

Puji syukur marilah kita panjatkan pada Allah SwT atas segala nikmat-Nya yang telah dikaruniakan pada manusia, sehingga tanpa disadari telah banyak nikmat-nikmat yang telah diberikan-Nya sampai sampai manusia lupa dalam menghitung nikmat tersebut.

Shalawat serta salam senantiasa kita haturkan pada junjungan Nabi besar Muhammad SAW  beserta keluarganya, sahabatnya, dan juga umat Islam yang berpegang teguh pada sunnah-sunnahnya

Khatib berwasiat khususnya kepada diri khotib dan umumnya jamaah sekalain Marilah kita tingkatkan kualitas ketaqwaan kita kepada Allah semoga kita termasuk menjadi orang orang yang mulia dihadapan Allah swt. Aamiin.

Jamaah sidang Jum’at yang dimulyakan Allah,

Anak yatim menjadi salah satu perhatian kita. Ada banyak manfaat dan keutamaan menyayangi anak yatim yang mendatangkan banyak sekali manfaat untuk kehidupan kita.

Kata yatim disebutkan sebanyak 23 kali dalam Al-Qur'an yaitu 8 dalam bentuk tunggal, 14 dalam bentuk jamak dan 1 dalam bentuk dua (mutsanna).

Anak yatim adalah anak yang ditinggal meninggal ayahnya ketika belum dewasa. Sedangkan jika yang meninggal ibunya, anak tersebut disebut piatu.

Al-Qur'an secara tegas mengatakan anak yatim adalah sosok yang harus dikasihi, dipelihara dan diperhatikan. Allah berfirman dalam hadist keutamaan menyayangi anak yatim:

فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ۗ وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْيَتَامَىٰ ۖ قُلْ إِصْلَاحٌ لَهُمْ خَيْرٌ ۖ وَإِنْ تُخَالِطُوهُمْ فَإِخْوَانُكُمْ ۚ وَاللَّهُ يَعْلَمُ الْمُفْسِدَ مِنَ الْمُصْلِحِ ۚ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَأَعْنَتَكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

" tentang dunia dan akhirat. Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang anak-anak yatim. Katakanlah, "Memperbaiki keadaan mereka adalah baik!" Dan jika kamu mempergauli mereka, maka mereka adalah saudara-saudaramu. Allah mengetahui orang yang berbuat kerusakan dan yang berbuat kebaikan. Dan jika Allah menghendaki, niscaya Dia datangkan kesulitan kepadamu. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana. (QS. Al-Baqarah [2]: 220).

Disebut yatim jika anak tersebut belum baligh. Rasulullah SAW bersabda:
لا يُتْمَ بَعْدَ احْتِلامٍ، وَلا يُتْمَ عَلَى جَارِيَةٍ إِذَا هِيَ حَاضَتْ

"Tidak lagi disebut yatim anak yang sudah bermimpi (baligh)." (HR. Abu Daud dari Ali bin Abi Thalib). (Sunan Abi Daud, Kitab Al-Washaya No. 2489).

Jamaah sidang Jum’at yang dimulyakan Allah, 

untuk menyegarkan ingatan kita dan semangat kita memelihara anak yatim, mari simak beberapa keutamaan mencintai anak yatim:

1. Meraih Peluang Menjadi Teman Rasulullah SAW di Surga. Orang yang memelihara anak yatim akan masuk surga, berdekatan dengan Rasulullah SAW seperti dekatnya jari telunjuk dengan jari tengah.

« أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِى الْجَنَّةِ هكَذَا »  وأشار بالسبابة والوسطى وفرج بينهما شيئاً

“Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini”, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta agak merenggangkan keduanya ( HR Bukhari 4998)

2. Pengasuh Anak Yatim Dijamin Masuk Surga. Kalau pemelihara anak yatim tidak dapat menjadi teman Rasulullah di surga karena mungkin tidak memenuhi persyaratan ideal, ia akan tetap dijamin masuk surga.
Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ ضَمَّ يَتِيْمًا بَيْنَ أَبَوَيْنِ مُسْلِمَيْنِ فِيْ طَعَامِهِ وَ شَرَابِهِ حَتَّى يَسْتَغْنِيَ عَنْهُ وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ

Diriwayatkan oleh Abu Ya’la dan Thobrani, Shahih At Targhib Al Albani bahwa: “Barang siapa yang mengikutsertakan seorang anak yatim di antara dua orang tua Muslim, dalam makan dan minumnya, sehingga mencukupinya maka ia pasti masuk surga.”

3. Mendapat Predikat Abror (Saleh atau Taat Kepada Allah). Keutamaan menyantuni anak yatim dan memberi makan anak yatim dan orang miskin merupakan tanda orang-orang yang abror. ->> Q.S. Al-Insān : 5 -8:

إِنَّ الْأَبْرَارَ يَشْرَبُونَ مِنْ كَأْسٍ كَانَ مِزَاجُهَا كَافُورًا

Sungguh, orang-orang yang berbuat kebajikan akan minum dari gelas (berisi minuman) yang campurannya adalah air kafur,
عَيْنًا يَشْرَبُ بِهَا عِبَادُ اللَّهِ يُفَجِّرُونَهَا تَفْجِيرًا

(yaitu) mata air (dalam surga) yang diminum oleh hamba-hamba Allah dan mereka dapat memancarkannya dengan sebaik-baiknya.

يُوفُونَ بِالنَّذْرِ وَيَخَافُونَ يَوْمًا كَانَ شَرُّهُ مُسْتَطِيرًا

Mereka memenuhi nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana.

وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا

Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan orang yang ditawan.

Jamaah sidang Jum’at yang dimulyakan Allah,

4. Memperoleh Pertolongan dari Allah SWT. Menolong anak-anak yatim dalam berbagai bentuk kepedulian nyata merupakan ibadah yang akan mendatangkan pertolongan Allah. Rasulullah saw bersabda : 

الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يُسْلِمُهُ وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِي حَاجَتِهِ وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرُبَاتِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

"Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, dia tidak menzhaliminya dan tidak membiarkannya untuk disakiti. Siapa yang membantu kebutuhan saudaranya maka Allah akan membantu kebutuhannya. Siapa yang menghilangkan satu kesusahan seorang muslim, maka Allah menghilangkan satu kesusahan baginya dari kesusahan-kesusahan hari qiyamat. Dan siapa yang menutupi (aib) seorang muslim maka Allah akan menutup aibnya pada hari qiyamat". HR Bukhari 2262

5 Investasi Amal untuk Akhirat. Manfaat menyayangi anak yatim salah satunya adalah investasi amal di akhirat. Rasulullah SAW bersabda:

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

"Jika manusia mati maka terputus lah amalnya, kecuali tiga perkara: sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak saleh yang selalu mendoakannya." (HR. Muslim dari Abu Hurairah).

6. Menggapai Keberuntungan dan Menjadi yang Terbaik
Keutamaan menyantuni anak yatim merupakan salah satu bentuk ibadah sosial dalam rangka amar makruf (mengajak kebaikan) dan nahi mungkar (melarang berbuat maksiat). Perhatikan sabda Rasulullah SAW berikut ini:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه

“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (HR. Muslim no. 1893).

Jamaah sidang Jum’at yang dimulyakan Allah,

Dengan memuliakan anak yatim setidaknya kita akan mendapat enam keutamaan besar, antara lain dekat dengan Rasulullah di surga, melunakkan hati yang keras, terpenuhinya kebutuhan hidup, dan memperoleh perlindungan di hari kiamat. Semoga kita termasuk orang yang memelihara dan menyantuni anak yatim..  Amiien.

Baarakallahu li wa lakum.. 

lanjut dengan 
Khutbah Kedua

Khutbah Jumat : Sikap Optimis Menjalani Adaptasi Kebiasaan Baru / New Normal

Khutbah 1

  اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَمَرَناَ أَنْ نُصْلِحَ مَعِيْشَتَنَا لِنَيْلِ الرِّضَا وَالسَّعَادَةِ، وَنَقُوْمَ بِالْوَاجِبَاتِ فِيْ عِبَادَتِهِ وَتَقْوَاهْ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ مَنْ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُ مَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَمّا بَعْدُ  فَيَا عِبَادَ الله، اُوْصِيْنِي نَفْسِي بِتَقْوَى الله، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْم، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. يَا أَيُّهَا الّذين آمنوا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ 

Hadirin jamaah Jumat

Kami berwasiat kepada pribadi kami sendiri, juga kepada para hadirin sekalian, marilah kita tingkatkan takwa kita kepada Allah subhânahu wa ta’âlâ dengan selalu menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya.

Hadirin jamaah Jumat
Di tengah krisis covid19 yang menimpa bangsa kita ini, timbul krisis yang lain mulai dari krisis moral, krisis ideologi, krisis ekonomi, dan lain sebagainya, marilah renungkan firman Allah berikut ini: 

  وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ، الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ، أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ   

Artinya: 
“Dan sungguh kami uji kalian dengan sedikit rasa ketakutan, lapar, kekurangan harta benda, jiwa, buah buahan. Dan berilah kabar gembira orang orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang ditimpa musibah, mereka mengatakan ‘Sesungguhnya kami milik Allah, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada-Nya. Mereka itulah orang yang akan mendapatkan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang mendapatkan hidayah.” (QS Al-Baqarah:155-157)    

Hadirin jamaah Jumat
Dari ayat tadi bisa kita telaah bahwa kehidupan manusia itu selalu berubah-ubah. Roda kehidupan selalu berputar, terkadang kita jumpai kemudahan dalam segala bidang, dan pada lain waktu, kita temukan kesulitan hidup. Di satu saat kita bisa bersedih, di saat lain kita bisa tiba-tiba menjadi gembira. 

Semua dinamika ini dinamakan sebagai ujian dari Allah subhânahu wa ta’âlâ agar iman kita bisa menjadi tebal, kedekatan kita kepada Allah akan selalu bertambah.

Begitu pula sebaliknya. Pada waktu kita dikasih cobaan oleh Allah, tugas kita adalah bersabar. Kita harus selalu ber-husnudhan kepada Allah. Kita perlu yakin, Allah akan memberikan kemudahan kepada kita, mungkin saja nanti atau di kemudian hari.    

Allah berfirman:    

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا ، إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

Artinya: Sesungguhny bersama kesulitan, ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan, ada kemudahan.” (QS As-Syarh: 5-6)   

Di ayat ini, Allah mengulang
tentang kebersamaan antara kesulitan pasti akan ada kemudahan, itu pasti. Bahkan Allah mengulangi sampai dua kali. Kita tidak boleh meragukan firman Allah ini.

Dalam sebuah hadits qudsi, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas radliyallâhu anh, Allah berfirman: 

  خَلَقْتُ عُسْرًا وَاحِدًا وَخَلَقْتُ سَيْرَيْنِ 

Artinya: “Allah bersabda, Aku ciptakan kesulitan satu, tetapi di situ pula aku ciptakan dua kemudahan.”    

Hadirin jamaah Jumat
Sekarang ini, di antara kita mungkin sedang bertani, namun gagal panen. Atau panen sukses tapi harganya tidak sesuai harapan. Yang menjadi pelajar, nilai yang diperoleh kurang sesuai harapan. Yang kerja kantor, ada masalah di kantornya. Yang berdagang ditipu orang. Hal tersebut bisa saja menimpa kita. 

Di saat-saat demikian, kita tetap harus menata hati untuk memosisikan Allah pada dugaan yang selalu baik.    Kata Allah dalam hadits qudsi menyebutkan:  

 أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِيْ بِيْ

Artinya: “Aku itu berada pada posisi dugaan hamba-Ku kepada-KU.”    

Maksudnya, jika kita meyakini Allah tidak akan bisa menyelesaikan masalah kita, masalah kita pun tidak akan kelar. 

Apabila kita yakin bahwa Allah bisa menyelesaikan urusan kita yang menurut ukuran kita itu sangat rumit, Allah pun akan menyelesaikan problem tersebut dengan skenarionya yang indah.   

Maka yang patut kita panjatkan kepada Allah bukan kalimat “Ya Allah, masalahku sungguh besar.” Bukan....Namun, dengan kalimat “Masalah! Allah-ku maha paling besar.” Seberapa besar masalah kita, Allah lebih agung daripada masalah kita.    

Hadirin jamaah Jumat,   
Perihal kesulitan, dari Ibnu Mas’ud menyebutkan: 

  وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَوْ كَانَ الْعُسْرُ فِيْ حُجْرٍ لَطَلَبَهُ الْيُسْرُ حَتَى يَدْخُلَ عَلَيْهِ وَلَنْ يَغْلِبَ عُسْرٌ يُسْرًا   

Artinya: “Demi Allah, seandainya kesulitan, keterpurukan, kegagalan itu berada dalam suatu lubang, pasti kemudahan akan mencarinya hingga bisa merangsek masuk. Dan kesulitan tidak akan bisa mengalahkan kemudahan. Dalam arti, kemudahan pasti akan menang.”   

Hadirin jamaah Jumat
Solusi terbaik menghadapi hidup adalah optimisme. 

   اَلْيَقِيْنُ اَلْعِلْمُ كُلُّهْ   

Artinya: “Optimisme merupakan sumber keilmuan, apa saja.”   

Mari kita bangun optimisme, sembari sambil membenahi kekurangan-kekurangan yang ada pada diri kita, kita evaluasi sikap kita, kinerja kita, dengan tetap mengutamakan doa, munajat kepada Allah subhânahu wa ta’âlâ yang rajin, shalat malam, supaya masalah kita diselesaikan oleh Allah dengan cara-Nya yang indah, insyaallah kita akan diberikan jalan keluar dari aneka krisis tersebut.    

Rasulullah shallalâhu alaihi wa sallam bersabda : 

  أَفْضَلُ الْعِبَادَةِ إِنْتِظَارُ الْفَرَجِ

Artinya: “Sebaik-baik ibadah adalah menanti kegembiraan.”   Yang dimaksud Rasulullah shallalâhu alaihi wa sallam kira-kira adalah optimisme menyambut datangnya kebahagiaan itu merupakan ibadah yang agung. Bagaimana kalau tidak agung apabila semua umat muslim di muka bumi ini berputus asa, tidak ada yang mau berusaha. 

Padahal putus asa merupakan suatu hal yang harus kita hindari. Lawan kata putus asa adalah optimisme, keyakinan yang tangguh.   

Pesan Nabi Ya’qub kepada anak-anaknya yang disebutkan dalam al-Quran:  

  وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ  

Artinya: “Janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang kafir.” (QS Yusuf: 87)   

Dengan demikian, ada beberapa pelajaran yang perlu kita petik dari khutbah kali ini: 

Pertama, semua orang akan dipenuhi rasa jika tidak sedang bahagia, maka dia sedang berduka. Jika bahagia, sikapnya harus bersyukur, jika berduka harus bersabar.    

Kedua, berdoa  atau memohon kepada Allah dengan penuh optimisme itu sangat penting.   

 وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ 

Artinya: Jika hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku sangat dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran. (QS Al-Baqarah: 186)    

Dalam cerita Nabi Yunus saat dia ditelan oleh ikan, berkat doa yang ia panjatkan, Allah kemudian mengabulkan. Dzin Nun atau yang terkenal dengan nama Nabi Yunus pun akhirnya bisa keluar dari perut ikan. Sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Said bin Abi Waqash adalah:   

  دَعْوَةُ ذِي النُّوْنِ إِذَا دَعَا رَبَّهُ وَهُوَ فِيْ بَطْنِ الْحُوْتِ: لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَك َإِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ.  لَمْ يَدْعُ بِهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ فِيْ شَىْءٍ قَطُّ إِلاَّ اسْتُجِيْبَ لَهُ  

Artinya: “Doa Nabi Yunus ketika berada di perut ikan yang besar adalah ‘Lâ ilâha illâ anta, subhânaka innî kuntu minadh dhâlimîn.’
 
Tidak ada seorang muslim satu pun yang berdoa memakai kalimat itu kecuali dikabulkan doanya.”   

Ketiga, pentingnya berhusnudhan kepada Allah ta’âlâ. Berprasangka baik merupakan kunci kebahagiaan    

Keempat, bagi orang yang sedang dirundung duka, penuh cobaan hidup, hendaknya memperbanyak doa:  

  لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَك َإِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ   لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ العَظِيْمُ الحَلِيْمُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ رَبُّ العَرْشِ العَظِيْمُ  لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ رَبُّ السَّمَوَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ رَبُّ العَرْشِ العَظِيْمُ   Atau   يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ   Atau   الله الله رَبِّي لَا أُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا   

Semoga kita tergolong orang-orang yang diberikan anugerah bisa mensyukuri aneka macam nikmat Allah. Andai saja kita diberi cobaan, semoga kita dianugerahi sabar dan optimisme serta pribadi yang selalu dekat kepada Allah baik dalam keadaan suka maupun duka.

Baarokallahu lii wa lakum ....

Kurban Sapi Betina

Khotbah Pertama


اْلحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيْدًا أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلهَ إِلاَّاللَّهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللَّهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا اتَّقُوْا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Khatib Jumat berwasiat kepada diri sendiri dan jamaah. Wahai orang yang beriman, bertakwalah. Ikuti segala perintah dan jauhi semua larangan Allah dengan sebenar-benarnya.

Siapa orang yang bertakwa itu? Mereka adalah orang yang beriman kepada yang gaib, melaksanakan salat dan berinfak. Membelanjakan sebagian harta untuk jihad, pembangunan, pendidikan, rumah sakit, penelitian ilmiah dan sebagainya. Mereka jua beriman pada kitab Alquran, Injil, Taurat, Zabur dan suhuf atau lembaran. Mereka pun yakin akan adanya akhirat.

Mereka yang bertakwa pasti mendapat petunjuk dari Tuhan. Mereka itulah orang yang beruntung. Lihatlah ayat 1-5 surat Al-Baqarah.

Pertanyaan berikutnya, mengapa dinamakan Al-Baqarah? Berdasarkan kamus ilmu Alquran, karena di ayat 64-67 ada kisah penyembelihan sapi betina.

Menurut Ibnu Katsir, ada seorang Bani Israil kaya raya. Ia sudah tua dan memiliki banyak keponakan. Mereka berharap kematiannya, agar bisa mewarisi kekayaannya. Salah seorang membunuhnya dan dibuang di persimpangan jalan.

Paginya mereka bertikai. Keponakan lainnya datang dan berteriak. “Kenapa kalian tidak mengadukan kepada Nabi Musa?”

Musa bersumpah menanyai mereka. Tak ada yang mengetahuinya. Malahan mereka menyuruh Musa bertanya pada Tuhannya. Alhasil, Allah meminta Musa supaya menyuruh mereka menyembelih seekor sapi betina.

Mereka berseloroh, “Apakah kau mau mengejekku. Lha, kami mau tahu perihal korban pembunuhan, kok justru disuruh menyembelih sapi betina. Apa karena patung anak sapi yang pernah kami sembah?”

Musa menjawab, “Aku berlindung kepada Allah untuk mengatakan selain yang diwahyukan padaku. Semoga aku tidak termasuk orang yang bodoh. Itulah jawaban Tuhan atas pertanyaan kalian.”

Namun mereka tidak langsung menyembelihnya. Tetapi masih menyuruh Musa bertanya pada Tuhan guna menjelaskan tentang usia sapi itu.

Musa lantas menjelaskannya, “Sapi itu tidak tua dan tidak muda, tapi pertengahan. Kerjakan saja!”

Mereka tanya lagi, “Apa warnanya?”

Jawab Musa, “Warnanya kuning tua kemerahan, yang menyenangkan jika dipandang.”

Mereka belum mengerti juga, karena jarang ada dan terus berucap, “Jelaskan lagi tentang ciri-ciri sapi itu. Insyaallah, niscaya kami mendapat petunjuk.”

Musa membalasnya, “Sapi itu belum pernah dipakai membajak sawah, sehat dan tanpa belang.”

Mereka bilang, “Sekarang barulah kau menerangkan hal yang sebenarnya.”

Mereka lalu mencarinya. Mereka hanya menemukan sapi dimaksud adalah milik seseorang yang berbakti pada orang tua. Mereka berusaha memintanya, tapi tak diizinkan. Ditukar dengan emas seberat sapi, juga tak diberikan. Sesudah dilipat gandakan harganya sepuluh kali, baru diserahkan.

Nabi Musa kemudian memerintahkan mereka menyembelih sapi itu. Lagi-lagi mereka meragukan cara itu bisa menemukan si pembunuh.

“Kalau begitu, suruh mereka pukulkan daging sapi ini ke korban.” Perintah Allah kepada Musa.

Atas kuasa-Nya, si mayit hidup. Ia berdiri dengan urat leher mengucurkan darah. Lantas ngomong bahwa ia dibunuh keponakannya. Ia kemudian mati lagi.

Demikianlah Allah menghidupkan orang mati dan memperlihatkan kekuasaan-Nya agar dimengerti. Supaya jangan mempersulit diri. Sehinga hati tidak menjadi keras. Sekeras batu, bahkan lebih keras.

وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Khotbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَاْلعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ، وَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَريْـكَ لَهُ، الْمَلِك ُالْحَقُّ الْمُبِيْنُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، الْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. وَصَلَوَاتُ اللهِ وَسَلاَمُهُ عَلَى نَبِيِّـنَا مُحَمَّدٍ، وَعَليَ آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجمعِيْنَ. أَمَّا بَعْـدُ فَيَاأَيُّهَا الْإِخْوَانُ فِـى الدِّيْنِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ حَقَّ تَقْوَاهُ، لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ.

Jamaah Jumat yang berbahagia.

Selanjutnya bolehkah kurban sapi betina saat idul adha dan hari tasyrik? Majelis Tarjih telah menyatakan beberapa jenis hewan kurban. Yakni onta, sapi, kerbau, kambing dan domba. Baik berkelamin jantan maupun betina. Sebaliknya ayam, itik, bebek, burung dan ikan tidak diperbolehkan.

Akhirnya mari kita tutup khotbah dengan doa.

ان الله وملايكته يصلون على النبي ياايهاالذين امنواصلوا عليه وسلموا تسليما
رَبِّ ٱجۡعَلۡنِی مُقِیمَ ٱلصَّلَوٰةِ وَمِن ذُرِّیَّتِیۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلۡ دُعَاۤء
رَبَّنَا ٱغۡفِرۡ لِی وَلِوَ ٰ⁠لِدَیَّ وَلِلۡمُؤۡمِنِینَ یَوۡمَ یَقُومُ ٱلۡحِسَاب
َ رَبَّنَا هَبۡ لَنَا مِنۡ أَزۡو ٰ⁠جِنَا وَذُرِّیَّـٰتِنَا قُرَّةَ أَعۡیُنࣲ وَٱجۡعَلۡنَا لِلۡمُتَّقِینَ إِمَامًا
رَبَّنَا ٱغۡفِرۡ لَنَا وَلِإِخۡوَ ٰ⁠نِنَا ٱلَّذِینَ سَبَقُونَا بِٱلۡإِیمَـٰنِ وَلَا تَجۡعَلۡ فِی قُلُوبِنَا غِلࣰّا لِّلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ رَبَّنَاۤ إِنَّكَ رَءُوفࣱ رَّحِیمٌ
الللهم اني اعوذبك من البرص والجنون والجذام ومن سيء الاسقام
ُ رَبَّنَاۤ ءَاتِنَا فِی ٱلدُّنۡیَا حَسَنَةࣰ وَفِی ٱلۡـَٔاخِرَةِ حَسَنَةࣰ وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّار
سبحان ربك رب العزة عما يصفون وسلام على المرسلين والحمدلله رب العلمينِ



Tiga Nikmat Allah yang Sering Diabaikan

Nikmat

foto : google

Tiga Nikmat Allah 
yang Sering Diabaikan

إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أشْهَدُ أنْ لاَ إِلٰه إلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
وَقَالَ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ. أَمَّا بَعْدُ:

Segala puji bagi Allah subhanahu wata’ala, Dzat pemilik keutamaan dan kebaikan, yang telah memberi nikmat kepada semesta alam, dan yang menyeru manusia menuju Surga darussalam, kampung keselamatan.

Shalawat dan Salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, kepada keluarganya, sahabatnya, dan siapa saja yang mengikuti jalan beliau yang lurus dan yang mengajak kepada shirathal mustaqim hingga hari kiamat.

Saudara-saudaraku yang berbahagia, bertakwalah kepada Allah subhanahu wata’ala semaksimal kemampuan kalian, berpegang teguhlah kalian kepada sunnah Nabi kalian, perbaikilah hubungan di antara kalian dan jagalah persatuan di antara kalian, sebagaimana firman-Nya,

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ

“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang berakal.” (QS. Al-Baqarah: 197)

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Sesungguhnya nikmat Allah subhanahu wata’ala itu tak terbilang dan tak terhingga, baik itu nikmat lahiriah maupun nikmat batiniah.
Nikmat lahiriyah adalah nikmat Allah yang bisa dilihat oleh panca indera manusia seperti makanan, minuman, kendaraan, perhiasan, keturunan, pangkat.

Nikmat bathiniyah adalah nikmat yang hanya dirasa oleh hati seperti senang, sabar, tawakkal, qanaah.
Allah subhanahu wata’ala berfirman:

أَلَمْ تَرَوْا أَنَّ اللَّهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَأَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً

“Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)-mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin.” (QS. Luqman: 20)

Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

اَلْحَمْدُ للهِ كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ، ‌غَيْرَ ‌مَكْفِيٍّ ‌وَلَا ‌مُوَدَّعٍ وَلَا مُسْتَغْنًى عَنْهُ، رَبَّنَا

“Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, yang baik dan mengandung keberkahan di dalamnya, bukan pujian yang tidak dianggap dan tidak dibutuhkan oleh Rabb kami.” (HR. Al-Bukhari no. 5037)
Seorang Alim generasi tabi’in, Thalq bin Habib, mengomentari hadits di atas,

إِنَّ حَقَّ الله أَثْقَلُ مِنْ أَنْ يَقُوْمَ بِهِ الْعِبَادُ، وَإِنَّ نِعَمَ اللهِ أَكْثَرُ مِنْ أَنْ يُحْصِيْهَا الْعِبَادُ، وَلَكِنْ أَصْبِحُوا تَائِبِيْنَ، وَأَمْسُوْا تَائِبِيْنَ

“Sesungguhnya hak Allah lebih berat dibandingkan apa yang dikerjakan oleh para hamba, dan sesungguhnya nikmat-nikmat Allah terlalu banyak untuk dihitung oleh para hamba, tetapi hendaklah kalian menjadi orang-orang yang bertaubat pada pagi dan sore hari.”

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Ada tiga jenis nikmat Allah subhanahu wata’ala yang mana ketika seorang hamba belum mendapatkannya, maka belumlah dia dikatakan sebagai orang yang mendapatkan kedamaian dan ketenangan hidup. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits dengan sanad hasan, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ ‌آمِنًا ‌فِي ‌سِرْبِهِ مُعَافًى فِي جَسَدِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا

“Barang siapa di antara kalian di pagi hari merasakan aman di tengah-tengah keluarganya, sehat jasmaninya, memiliki kebutuhan pokok untuk sehari-harinya, maka seakan-akan kenikmatan dunia ada di tangannya.” (HR. Tirmizi no. 2268)

Hadits di atas merupakan pengingat akan nikmat-nikmat Allah yang sudah terbiasa didapatkan manusia akan tetapi kebanyakan tidak merasakan akan kemuliaannya dan bahkan mengabaikannya.

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Nikmat Pertama: Nikmat Rasa Aman
Nikmat Allah yang sering diabaikan yang pertama adalah nikmat rasa aman.
Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ‌ ‌آمِنًا ‌فِي ‌سِرْبِهِ , artinya merasakan aman di tengah-tengah keluarganya.

Rasa aman adalah salah satu nikmat Allah subhanahu wata’ala yang paling besar yang dikaruniakan kepada hamba-Nya setelah nikmat Iman dan Islam. Dan tidak akan merasakan kenikmatan hidup, orang yang kehilangan nikmat aman ini. Seperti orang-orang yang hidup di suatu Negara yang kehilangan rasa aman di dalamnya.

Atau seperti orang-orang yang yang hidup di tengah-tengah peperangan yang menghancurkan harta benda dan menghilangkan nyawa. Ia tidur di bawah gemuruh suara pesawat perang dan dentuman meriam. Bahkan salah seorang di antara mereka menangkupkan tangannya di atas jantungnya, menunggu kematian yang bisa saja mendatangi mereka setiap saat.

Allah subhanahu wata’ala berfirman,
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kelaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-An’am: 82)

Allah subhanahu wata’ala menjanjikan keamanan bagi orang-orang yang beriman, apabila mereka merealisasikan tauhid, memurnikan keimanan, dan melakukan amal saleh.

Allah subhanahu wata’ala berfirman,

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُم فِي الأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nur: 55)

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Nikmat Allah yang sering diabaikan yang kedua adalah nikmat sehat.
Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam مُعَافًى فِي جَسَدِهِ (sehat jasmaninya).

Maksudnya adalah selamat dari sakit dan penyakit baik secara lahir maupun batin.

Imam Ahmad Ra meriwayatkan di dalam Musnad-nya dari hadits Anas radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah membaca doa:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ البَرَصِ، وَالْجُنُونِ، وَالْجُذَامِ، وَمِنْ سَيِّئِ الْأَسْقَامِ

“Ya Allah sesunguhnya aku berlindung kepada-Mu dari penyakit belang, gila dan penyakit kusta serta dari sejelek-jeleknya penyakit.”

Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa memohon kepada Allah subhanahu wata’ala keselamatan dalam agama, dunia, jiwa, keluarga, dan harta beliau setiap pagi dan sore.

Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan para sahabatnya untuk membacanya juga. Imam Abu Dawud Ra meriwayatkan dari hadits ‘Abdullah bin’Umar radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata:

لَمْ يَكُنْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَعُ هَؤُلَاءِ ‌الدَّعَوَاتِ، ‌حِينَ ‌يُمْسِي، ‌وَحِينَ يُصْبِحُ

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tak pernah meninggalkan doa-doa ini ketika pagi dan sore:

اَللَّهُمَّ إِنَي أَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ فِي الدِّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِيْنِي وَدُنْيَايَ وَأَهْلِي وَمَالِي، اَللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِي وَآمِنْ رَوْعَاتِي، اَللَّهُمَّ احْفَظْنِي مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ وَمِنْ خَلْفِي، وَعَنْ يَمِيْنِي وَعَنْ شِمَالِي، وَمِنْ فَوْقِي، وَأَعُوْذُ بِعِظَمَتِكَ مِنْ أَنْ أَغْتَالَ مِنْ تَحْتِي

Ya Allah, sesungguhnya Saya memohon kepada-Mu keselamatan di dunia dan di akhirat. Ya Allah, sesungguhnya saya memohon kepadamu ampunan dan keselamatan dalam agama dan dunia saya, keluarga, dan harta saya.Ya Allah, tutupilah kejelekan saya dan tentramkanlah hati saya. Ya Allah, lindungilah dari depan dan dari belakang saya, sebelah kanan dan kiri saya dari atas kepala saya, serta dengan keagungan-Mu aku berlindung dari upaya makar atas saya dari bawah saya. (HR. Abu Dawud no. 4412)

Imam at-Tirmidzi di dalam Sunan-nya meriwayatkan sebuah hadits dari Mu’adz bin Rifa’ah dari bapaknya berkata:
“Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu naik ke atas mimbar, kemudian beliau menangis lalu berkata: ‘Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri di atas mimbar pada tahun pertama lalu menangis, lalu beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

اسْأَلُوا ‌اللَّهَ ‌العَفْوَ ‌وَالعَافِيَةَ، فَإِنَّ أَحَدًا لَمْ يُعْطَ بَعْدَ اليَقِينِ خَيْرًا مِنَ العَافِيَةِ

“Mintalah kepada Allah subhanahu wata’ala ampunan dan keselamatan, karena sesungguhnya tidaklah seseorang dikaruniai sesuatu yang lebih baik setelah dikaruniai keyakinan (iman) dibandingkan dengan keselamatan.” (HR. At-Tirmizi No. 3481)

Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan bahwa kebanyakan manusia melalaikan dan terpedaya dengan nikmat ini.
Imam al-Bukhari ra meriwayatkan dalam Shahih-nya dari hadits ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

نِعْمَتَانِ ‌مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالفَرَاغُ

“Dua kenikmatan yang kebanyakan manusia terpedaya dengan keduanya; nikmat sehat dan waktu luang.” (HR. Al-Bukhari no. 5933)

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberikan bimbingan kepada umatnya untuk memanfaatkan kesehatannya sebelum datangnya sakit.
Imam al-Hakim ra meriwayatkan dalam Al-Mustadrak dari hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

اغْتَنِمْ ‌خَمْسًا ‌قَبْلَ ‌خَمْسٍ.. وَذَكَرَ مِنْهَا، صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ

“Manfaatkan lima perkara sebelum datang lima perkara, beliau menyebutkan di antaranya: Sehatmu sebelum datang sakitmu…” (HR. Hakim No. 7846)

Dan Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari berkata,

إِذَا أَمْسَيْتَ فَلَا تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ، وَإِذَا ‌أَصْبَحْتَ ‌فَلَا ‌تَنْتَظِرِ ‌المَسَاءَ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ، وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ

“Jika kamu berada di sore hari jangan tunggu pagi hari, dan jika kamu berada di pagi hari jangan tunggu sore hari, gunakanlah kesehatanmu untuk (persiapan saat) sakitmu dan kehidupanmu untuk kematianmu.” (HR. Al-Bukhari No. 5937)

Dan orang-orang yang mengunjungi Rumah Sakit kaum muslimin, lalu melihat ujian yang menimpa saudara-saudaranya sesama muslim berupa penyakit kronis yang para dokter tidak sanggup mengobati sebagian penyakit-penyakit tersebut, niscaya dia akan memuji Allah ‘Azza wa Jalla setiap pagi dan sore atas nikmat sehat ini.

Maka sungguh Maha benar Allah swt yang berfirman:

وَآَتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ

“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya".

Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (QS. Ibrahim: 34)

Nikmat Allah yang sering diabaikan yang ketiga adalah nikmat kecukupan rezeki.

Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ , maknanya memiliki kebutuhan pokok untuk sehari-harinya.
Maksudnya adalah dia memiliki makanan yang cukup untuk dikonsumsi dan bisa menghidupinya dari makanan yang halal. Makanan adalah salah satu nikmat Allah subhanahu wata’ala yang sangat besar. 

Allah subhanahu wata’ala berfirman,

فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَذَا الْبَيْتِ * الَّذِي أَطْعَمَهُم مِّن جُوعٍ وَآمَنَهُم مِّنْ خَوْفٍ
“Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka’bah). Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.” (QS. Quraisy: 3-4)

Dan Nabi saw senantiasa berlindung kepada Allah subhanahu wata’ala dari kelaparan. Imam Muslim ra meriwayatkan di dalam kitab Shahih-nya dari hadits Abu Hurairah ra bahwa Nabi saw berdoa,

اللهم ‌اجْعَلْ ‌رِزْقَ آلِ مُحَمَّدٍ قُوتًا

“Ya Allah, jadikanlah kecukupan rezeki pada keluarga Muhammad.” (HR. Muslim no. 5273)

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Dari penjelasan di atas jelaslah bahwa siapa saja yang terkumpul di dalam dirinya ketiga hal ini, maka pada hari itu seolah-olah dia memiliki dunia seluruhnya.

Dan sebenarnya pada kebanyakan manusia telah terkumpul ketiga hal ini dan bahkan mereka memiliki lebih banyak lagi dibandingkan dengan yang disebutkan dalam hadits ini, namun demikian mereka mengingkarinya dan meremehkan apa yang mereka rasakan dan apa yang mereka dapatkan. Maka mereka sebagaimana yang Allah subhanahu wata’ala firmankan,

يَعْرِفُونَ نِعْمَةَ اللَّهِ ثُمَّ يُنْكِرُونَهَا وَأَكْثَرُهُمُ الْكَافِرُونَ

“Mereka mengetahui ni’mat Allah, kemudian mereka mengingkarinya dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir.” (QS. An-Nahl: 83)

Allah subhanahu wata’ala juga mengingatkan,

أَفَبِنِعْمَةِ اللَّهِ يَجْحَدُونَ

“Maka mengapa mereka mengingkari nikmat Allah?” (QS. An-Nahl: 71)

Dan obat dari penyakit ini adalah dengan melihat kepada orang-orang yang tidak mendapatkan kenikmatan ini, atau yang tidak mendapatkan sebagian dari nikmat ini, sebagaimana yang diwasiatkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim rahimahumallah dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ، وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ، ‌فَهُوَ ‌أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللهِ

“Lihatlah orang yang lebih rendah (kenikmatannya) darimu dan janganlah melihat kepada yang lebih banyak (kenikmatannya) darimu agar kamu tidak mencela nikmat yang Allah anugerahkan kepadamu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Demikianlah 3 nikmat Allah yang sering diabaikan oleh kebanyakan saudara-saudara kita, atau bahkan termasuk diri kita.

Semoga penjelasan pada khutbah Jumat siang hari ini menjadi sebuah nasihat antar sesama kita. Saling mengingatkan, saling menasihati dalam iman dan takwa. Hingga kita benar-benar yakin dapat istiqamah di atas jalan-Nya, dan benar-benar sadar ketika berada di jalan selain-Nya untuk kemudian kembali ke jalan yang lurus hingga ajal menjemput.

Wallahu'alam (oh)











Ikhtiar adalah sarana


Ikhtiar adalah sarana 
untuk mengumpulkan poin (pahala).

Karena rezeki tak ditentukan oleh berhasil atau tidaknya upaya kita. Rezeki kita sepenuhnya berada dalam genggaman takdir Allah SWT.

Allah SWT akan menilai, menimbang dan menentukan, apakah ikhtiar kita termasuk amal saleh atau tidak, apakah ikhtiar itu menjadi bagian dari ibadah kepadaNya atau tak bermakna apa-apa? Kita membutuhkan penilaian itu sebagai pemberat timbangan amal untuk bekal di akhirat kelak. Adapun hasil akhir ikhtiar kita, Allah SWT yang menentukan.

وَإِنَّ رَبَّكَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَشْكُرُونَ

"Dan sungguh, Tuhanmu benar-benar memiliki karunia (yang diberikan-Nya) kepada manusia, tetapi kebanyakan mereka tidak mensyukuri(nya)."
[An-Naml (27) : 73]

Hal terpenting adalah bukan berapa banyak nya yang kita dapatkan, tapi seberapa syukurnya kita atas karuniaNYA.

Semoga kita senantiasa bersyukur atas karunia Allah swt tanpa mengesampingkan ikhtiar dan keyakinan bahwa semua sudah diaturNYA

Wallahu'alam. (oh)





Keadilan dan Pemimpin Yang Adil

IKHTISAR JUMAT, Keadilan dan Pemimpin Yang Adil Bandung, 1 November 2014 "Satu waktu nanti akan tiba atas umatku penguasa s...