Pemuda dan Perjuangan Islam

Pemuda dan Perjuangan Islam

Menjelang keberangkatan Rasulullah dan para sahabatnya ke medan perang Badar, datanglah seorang remaja menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Usianya masih 13 tahun.

Ia datang dengan membawa sebilah pedang yang panjangnya melebihi panjang badannya. Setelah dekat kepada beliau dia berkata, “Saya bersedia mati untuk Anda, wahai Rasulullah! Izinkanlah saya pergi jihad bersama Anda, memerangi musuh-musuh Allah di bawah panji-panji Anda.”

Rasulullah gembira dengan dan takjub dengan remaja itu. Tetapi, beliau tidak mengizinkannya untuk berperang karena usianya yang masih sangat muda. Remaja itu pun kembali, dengan kesedihan yang mendalam, niatnya untuk memperjuangkan Islam belum bisa dilaksanakan.

Sementara itu, ibunya yang dari tadi melihat dari kejauhan, tidak kalah sedihnya. Sebab, putranya belum mendapat kesempatan membela Islam.

Tapi mereka tidak menyerah. Cita-cita remaja itu tidak melemah, bahkan semakin kuat. Demikian pula ibunya menginginkan. Karenanya, si ibu menghubungi kerabat-kerabatnya untuk menyampaikan tekad anaknya; berkontribusi untuk Islam dalam bidang lain yang lebih besar peluangnya untuk diterima. Mereka pun menghadap Rasulullah.

“Wahai Rasulullah! Ini anak kami. Dia hafal tujuh belas surat dari kitab Al-Qur’an. Bacaannya betul, sesuai dengan yang diturunkan Allah kepada Anda. Di samping itu dia pandai pula baca tulis Arab. Tulisannya indah dan bacaannya lancar. Dia ingin berbakti kepada Anda dengan keterampilan yang ada padanya, dan ingin pula mendampingi Anda selalu. Jika Anda menghendaki, silakan mendengarkan bacaannya.” Pinta salah seorang pamannya.

Selepas Rasulullah mendengar bacaannya, beliaupun menyuruh remaja itu untuk mempelajari bahasa Ibrani. Dalam waktu singkat ia berhasil, dan diangkat sebagai sekretaris Rasulullah ketika berinteraksi dengan orang-orang Yahudi. Remaja itulah yang membacakan surat Yahudi dan menuliskan surat Rasulullah untuk mereka.

Rasulullah kemudian menyuruhnya untuk belajar bahasa Suryani. Dalam waktu singkat ia berhasil, dan tugasnya bertambah. Ia pula yang menjadi sekretaris saat Rasulullah berinteraksi dengan orang-orang berbahasa Suryani.

Setelah Rasulullah benar-benar yakin dengan kompetensi dan syakhsiyah Islamiyah-nya, remaja itu pun diangkat menjadi sekretaris wahyu. Setiap kali ayat Al-Qur’an turun, ia segera dipanggil Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk menulisnya dan meletakkannya dengan urutan sebagaimana yang diperintahkan Rasulullah. Remaja itu bernama Zaid bin Tsabit.
...

Demikianlah profil pemuda yang diinginkan Islam. Ia tidak hanya menikmati keislamannya seorang diri tetapi juga memiliki komitmen untuk memperjuangkan Islam.

15 abad yang lalu, seluruh muslim yang ikut dalam kafilah Haji Wada bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada tahun ke-10 Hijrah, hanya berjumlah 100.000 sampai 125.000 jiwa. Jumlah itu setara 1 per 1000 dari total penduduk bumi ketika itu, yang berjumlah sekitar 100 juta jiwa.

Beberapa hari yang lalu, The Pew Forum on Religion and Public Life menyodorkan data bahwa jumlah umat Islam kini sebanyak 1,57 milyar orang. Jika perbandingan antara penduduk Muslim dengan penduduk bumi di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah 1 per 1000, maka perbandingannya hari ini adalah 1 per 5 sampai 1 per 4. Subhaanallah, Allaahu akbar! Jumlah yang sangat banyak dan perkembangan yang sangat pesat, yang patut untuk kita syukuri.

Secara kuantitas kaum muslimin memang luar biasa. Tetapi itu belum mampu untuk membuat umat Islam kembali memperoleh kemuliaannya. Izzul Islam wal Muslimin. Sementara tujuan perjuangan Islam itu adalah

حَتَّى لَا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ كُلُّهُ لِلَّهِ [الأنفال/39]

…supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah (QS. Al-Anfal : 39)

Lalu bagaimana realita hari ini? Islam justru dicurigai, dipenuhi dengan stigma negatif, bahkan dianggap terbelakang dan tidak mampu menjawab tantangan zaman. Umat Islam yang banyak itupun ternyata sebagian besarnya baru sebatas berislam dalam identitas, belum mengaplikasikan Islam dalam kehidupannya. Sedangkan Allah subhanahu wata’ala sendiri memerintahkan:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ [البقرة/208]

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara kaffah (keseluruhan), dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (QS. Al-Baqarah : 208)

Melihat ketimpangan antara realita dan cita-cita Islam ini, kita memerlukan para pemuda untuk mengubahnya.

Mengapa para pemuda? Sebab pemudalah yang memiliki empat karakter yang diperlukan untuk mewujudkan itu.

Empat karakter itu adalah iman, ikhlas, semangat, dan amal.

Hasan Al-Banna dalam Majmu’atur Rasail mengatakan:

إنما تنجح الفكرة إذا قوي الإيمان بها ، وتوفر الإخلاص في سبيلها ، وازدادت الحماسة لها ، ووجد الاستعداد الذي يحمل على التضحية والعمل لتحقيقها . وتكاد تكون هذه الأركان الأربعة : الإيمان، والإخلاص ، والحماسة ، والعمل من خصائص الشباب . لان أساس الإيمان القلب الذكي ، وأساس الإخلاص الفؤاد النقي ، وأساس الحماسة الشعور القوي ، وأساس العمل العزم الفتي ، وهذه كلها لا تكون إلا للشباب

Sesungguhnya, sebuah pemikiran itu akan berhasil diwujudkan manakala kuat rasa keyakinan kepadanya, ikhlas dalam berjuang di jalannya, semakin bersemangat dalam merealisasikannya, dan kesiapan untuk beramal dan berkorban dalam mewujudkannya. Sepertinya keempat rukun ini, yakni iman, ikhlas, semangat, dan amal merupakan karekter yang melekat pada diri pemuda, karena sesungguhnya dasar keimanan itu adalah nurani yang menyala, dasar keikhlasan adalah hati yang bertaqwa, dasar semangat adalah perasaan yang menggelora, dan dasar amal adalah kemauan yang kuat. Itu semua tidak terdapat kecuali pada diri para pemuda. (Risalah Ila Syabab)

Itulah mengapa Al-Qur’an mengisahkan para pemuda yang memperjuangkan agama-Nya; diantaranya ada Ibrahim, Musa, Ashabul Kahfi. Itulah mengapa sejarah Islam juga diwarnai oleh para pemuda. Sebagian dari assaabiquunal awwalun yang ditarbiyah Rasulullah di rumah Arqam bin Abi Arqam ternyata adalah pemuda.

Dai yang ditugaskan Rasulullah untuk berdakwah di Madinah dan mengislamkan setiap rumah adalah Mush’ab bin Umair, seorang pemuda. Komandan perang sekaligus khalifah yang mampu menaklukkan konstantinopel ternyata juga seorang pemuda; Muhammad Al-fatih namanya.

Maka, para pemuda Islam sekarang sudah saatnya untuk menjadi seperti Zaid bin Tsabit dalam kisah di awal khutbah ini. Miliki komitmen untuk memperjuangkan Islam, dan Anda akan memperoleh pahala besar di sisi Allah subhanahu wata’ala.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ [محمد/7]

Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (QS. Muhammad : 7)

Tidak mungkin Islam ini memperoleh kembali kejayaannya, jika umat Islam hanya diam dan pasrah dengan kondisi yang ada. Sementara para pemudanya hanya berfoya-foya dan terjatuh dalam budaya hedonisme yang telah dkembangkan Barat.

Umat Islam, khususnya para pemudanya haruslah menjadi seperti hawariyyin yang difirmankan Allah subhanahu wata’ala:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُونُوا أَنْصَارَ اللَّهِ كَمَا قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ لِلْحَوَارِيِّينَ مَنْ أَنْصَارِي إِلَى اللَّهِ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنْصَارُ اللَّهِ فَآَمَنَتْ طَائِفَةٌ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَكَفَرَتْ طَائِفَةٌ فَأَيَّدْنَا الَّذِينَ آَمَنُوا عَلَى عَدُوِّهِمْ فَأَصْبَحُوا ظَاهِرِينَ [الصف/14]

Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah sebagaimana Isa ibnu Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?” Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: “Kamilah penolong-penolong agama Allah”, lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan lain kafir; maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang.(QS. Ash-Shaf :

Memperjuangkan Islam pada saat ini harus disesuaikan dengan kompetensi dan bidang masing-masing.

Sebagaimana Zaid bin Tsabit yang berjuang dengan ilmunya, Khalid bin Walid dengan kemampuan strategi perangnya, Utsman bin Affan dengan hartanya, dan lain sebagainya.

Maka, bagi Anda yang memiliki harta, gunakanlah harta itu untuk memperjuangkan Islam. Bagi Anda yang memiliki kemampuan menulis gunakanlah ia untuk memperjuangkan Islam. Bagi Anda yang memiliki kompetensi di bidang teknik, kedokteran, ekonomi, dan lain-lain, gunakanlah itu semua sebagai sarana memperjuangkan Islam.

حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ (٩٩)لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ

Wallahu'alam (oh)

Do’a dan Dzikir Setelah Shalat Menurut Majelis Tarjih dan Tajdid

Do’a dan Dzikir Setelah Shalat Menurut Majelis Tarjih dan Tajdid

Diantara dzikir dan do'a yang dicontohkan Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam adalah dzikir yang dikerjakan setelah melaksanakan shalat fardhu atau shalat wajib lima waktu. Berikut ini dzikir dan do'a yang dapat kita amalkan seusai melaksanakan shalat fardhu.

1. Membaca Istighfar Tiga Kali

ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُ ﺍﻟﻠَّﻪَ ، ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُ ﺍﻟﻠَّﻪَ ، ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُ ﺍﻟﻠَّﻪَ

“Aku mohon ampunan kepada Allah, Aku mohon ampunan kepada Allah, Aku mohon ampunan kepada Allah”.

2. Mengucapkan "Allahumma Antas Salaam …"

ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺍﻟﺴَّﻼَﻡُ ﻭَﻣِﻨْﻚَ ﺍﻟﺴَّﻼَﻡُ ﺗَﺒَﺎﺭَﻛْﺖَ ﻳَﺎ ﺫَﺍ ﺍﻟْﺠَﻼَﻝِ ﻭَﺍﻟْﺈِﻛْﺮَﺍﻡِ

“Ya Allah, Engkau lah Yang Maha Damai, dan dari-Mu jua (datang) kedamaian; Maha Banyak berkah-Mu wahai Tuhan Pemilik keagungan dan kemuliaan”.

3. Membaca Bacaan "Laa Ilaaha Illallah …"

ﻻَ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻭَﺣْﺪَﻩُ ﻻَ ﺷَﺮِﻳﻚَ ﻟَﻪُ ﻟَﻪُ ﺍﻟْﻤُﻠْﻚُ ﻭَﻟَﻪُ ﺍﻟْﺤَﻤْﺪُ ﻭَﻫُﻮَ ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ ﻗَﺪِﻳﺮٌ ﻻَﺣَﻮْﻝَ ﻭَﻻَ ﻗُﻮَّﺓَ ﺇِﻻَّ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﻻَ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻭَﻟَﺎ ﻧَﻌْﺒُﺪُ ﺇِﻟَّﺎ ﺇِﻳَّﺎﻩُ ﻭَﻟَﻪُ ﺍﻟﻨِّﻌْﻤَﺔُ ﻭَﻟَﻪُ ﺍﻟْﻔَﻀْﻞُ ﻭَﻟَﻪُ ﺍﻟﺜَّﻨَﺎﺀُ ﺍﻟْﺤَﺴَﻦُ ﻟَﺎ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻣُﺨْﻠِﺼِﻴﻦَ ﻟَﻪُ ﺍﻟﺪِّﻳﻦَ ﻭَﻟَﻮْ ﻛَﺮِﻩَ ﺍﻟْﻜَﺎﻓِﺮُﻭﻥَ

“Tiada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Dialah yang memiliki segala kekuasaan, dan Dia pula yang memiliki segala pujian, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tiada daya dan tiada kekuatan melainkan hanya Allah. Dialah yang memiliki nikmat dan Dia pula yang memiliki segala keutamaan, dan Dia yang memiliki segala pujian yang indah. Tiada Tuhan selain Allah dengan mengikhlaskan agama kepada-Nya, walaupun orang-orang kafir membenci”.

4. Membaca "Laa Ilaaha Illallah …"

ﻻَ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻََّ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻭَﺣْﺪَﻩُ ﻻَ ﺷَﺮِﻳﻚَ ﻟَﻪُ ﻟَﻪُ ﺍﻟْﻤُﻠْﻚُ ﻭَﻟَﻪُ ﺍﻟْﺤَﻤْﺪُ ﻭَﻫُﻮَ ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ ﻗَﺪِﻳﺮٌ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻻَ ﻣَﺎﻧِﻊَ ﻟِﻤَﺎ ﺃَﻋْﻄَﻴْﺖَ ﻭَﻻَ ﻣُﻌْﻄِﻲَ ﻟِﻤَﺎ ﻣَﻨَﻌْﺖَ ﻭَﻻَ ﻳَﻨْﻔَﻊُ ﺫَﺍ ﺍﻟْﺠَﺪِّ ﻣِﻨْﻚَ ﺍﻟْﺠَﺪُّ

“Tiada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Dialah yang memiliki segala kekuasaan dan Dia pula yang memiliki segala pujian, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, tidak ada satupun yang menghalangi apa saja yang Engkau berikan, dan tidak ada satupun yang dapat memberi apa saja yang Engkau halangi. Dan kekayaan itu tidak berguna bagi pemiliknya (untuk menyelamatkan diri) dari (siksa)Mu”.

5. Membaca Tasbih, Tahmid dan Takbir

ﺳُﺒْﺤَﺎﻥَ ﺍﻟﻠﻪِ ‏( x33 ‏) ، ﺍَﻟَْﺤَﻤْﺪَُ ﺍﻟﻠَّﻪَ ‏( x33 ‏) ، ﺍﻟﻠﻪُ ﺃَﻛْﺒَﺮُ ‏( x33 ‏)

“ Maha suci Allah (33 kali), segala puji bagi Allah (33 kali), Allah Maha Besar (33 kali).

6. Membaca "Laa ilaaha illallah ..."

ﻻَ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻭَﺣْﺪَﻩُ ﻻَ ﺷَﺮِﻳﻚَ ﻟَﻪُ ﻟَﻪُ ﺍﻟْﻤُﻠْﻚُ ﻭَﻟَﻪُ ﺍﻟْﺤَﻤْﺪُ ﻭَﻫُﻮَ ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ ﻗَﺪِﻳﺮٌ

“Tiada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Dialah yang memiliki segala kekuasaan dan Dia pula yang memiliki segala pujian, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu”

7. Membaca Do’a "Allahumma innii a'uudzu bika minal bukhli …"

ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺇِﻧِّﻲ ﺃَﻋُﻮﺫُ ﺑِﻚَ ﻣِﻦَ ﺍْﻟﺒُﺨْﻞِ ﻭَﺍَﻋُﻮْﺫُﺑِﻚَ ﻣِﻦْ ﺍﻟْﺠُﺒْﻦِ ﻭَﺃَﻋُﻮﺫُ ﺑِﻚَ ﺃَﻥْ ﺃُﺭَﺩَّ ﺇِﻟَﻰ ﺃَﺭْﺫَﻝِ ﺍﻟْﻌُﻤُﺮِ ﻭَﺃَﻋُﻮﺫُ ﺑِﻚَ ﻣِﻦْ ﻓِﺘْﻨَﺔِ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻭَﺃَﻋُﻮﺫُ ﺑِﻚَ ﻣِﻦْ ﻋَﺬَﺍﺏِ ﺍﻟْﻘَﺒْﺮِ

“Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari sifat bakhil, aku berlindung kepada-Mudari sifat pengecut, aku berlindung kepada-Mu dari usia pikun, aku berlindung kepada-Mu dari fitnah dunia, dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur”.

8. Membaca Do’a "Allahumma A’innii 'alaa dzikrika …"

ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺃَﻋِﻨِّﻲ ﻋَﻠَﻰ ﺫِﻛْﺮِﻙَ ﻭَﺷُﻜْﺮِﻙَ ﻭَﺣُﺴْﻦِ ﻋِﺒَﺎﺩَﺗِﻚَ

“ Ya Allah tolonglah aku dalam mengingat kepada-Mu, dalam bersyukur kepada-Mu, dan melakukan ibadah yang baik kepada-Mu”.

9. Membaca "Rabbi Qinii 'adzaabaka … "

ﺭَﺏِّ ﻗِﻨِﻲ ﻋَﺬَﺍﺑَﻚَ ﻳَﻮْﻡَ ﺗَﺒْﻌَﺚُ ﺃَﻭْ ﺗَﺠْﻤَﻊُ ﻋِﺒَﺎﺩَﻙَ

“Tuhan kami lindungilah kami dari adzabmu, pada hari Engkau bangkitkan atau Engkau kumpulkan hamba-hambaMu”.

10. Membaca Ayat Kursi

اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ ۖ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ

“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi[161] Allah meliputi langit dan bumi. dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar” . [1]

11. Membaca Al Mu’awwidzaat (Al Ikhlas, Al Falaq dan An Naas)

- QS. Al-Ikhlas: 1-4

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللَّهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ ﴿٤﴾

“Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.”

- QS. Al-Falaq: 1-5

بِسْمِ اللَّـهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ ﴿١﴾ مِن شَرِّ مَا خَلَقَ ﴿٢﴾ وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ ﴿٣﴾ وَمِن شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ ﴿٤﴾ وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ ﴿﴾٥

Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh, Dari kejahatan makhluk-Nya, Dan dari kejahatan malam apabila Telah gelap gulita,Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul. Dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki.”

- QS. An-Nas: 1-6

بِسْمِ اللَّـهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ (1) مَلِكِ النَّاسِ (2) إِلَهِ النَّاسِ (3) مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ (4) الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ (5) مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ٥

“Katakanlah: “Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia.Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi,Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia. Dari (golongan) jin dan manusia.”

--------------------
Alasan Dalil :

1. Membaca Istighfar Tiga Kali

ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُ ﺍﻟﻠَّﻪَ ، ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُ ﺍﻟﻠَّﻪَ ، ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُ ﺍﻟﻠَّﻪَ

2. Mengucapkan Allahumma Antas Salaam…

ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺍﻟﺴَّﻼَﻡُ ﻭَﻣِﻨْﻚَ ﺍﻟﺴَّﻼَﻡُ ﺗَﺒَﺎﺭَﻛْﺖَ ﻳَﺎ ﺫَﺍ ﺍﻟْﺠَﻼَﻝِ ﻭَﺍﻟْﺈِﻛْﺮَﺍﻡِ

Berdasarkan hadits dari Tsauban:

ﻋَﻦْ ﺛَﻮْﺑَﺎﻥَ ﻗَﺎﻝَ ﻛَﺎﻥَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺇِﺫَﺍ ﺍﻧْﺼَﺮَﻑَ ﻣِﻦْ ﺻَﻠَﺎﺗِﻪِ ﺍﺳْﺘَﻐْﻔَﺮَ ﺛَﻠَﺎﺛًﺎ ﻭَﻗَﺎﻝَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺍﻟﺴَّﻠَﺎﻡُ ﻭَﻣِﻨْﻚَ ﺍﻟﺴَّﻠَﺎﻡُ ﺗَﺒَﺎﺭَﻛْﺖَ ﺫَﺍ ﺍﻟْﺠَﻠَﺎﻝِ ﻭَﺍﻟْﺈِﻛْﺮَﺍﻡِ ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟْﻮَﻟِﻴﺪُ ﻓَﻘُﻠْﺖُ ﻟِﻠْﺄَﻭْﺯَﺍﻋِﻲِّ ﻛَﻴْﻒَ ﺍﻟْﺎﺳْﺘِﻐْﻔَﺎﺭُ ﻗَﺎﻝَ ﺗَﻘُﻮﻝُ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُ ﺍﻟﻠَّﻪَ

“Diriwayatkan dari Tsauban ia berkata: “Adalah Rasulullah saw apabila selesai melaksanakan shalatnya beliau mengucapkan Astaghfirullah tiga kali, kemudian mengucapkan: Allahumma antas salaam, wa minkas-salaam tabaarakta Dzal-jalaali wal-ikraam” . [2]

ﻋَﻦْ ﺛَﻮْﺑَﺎﻥَ ﻣَﻮْﻟَﻰ ﺭَﺳُﻮﻝِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻗَﺎﻝَ ﻛَﺎﻥَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺇِﺫَﺍ ﺃَﺭَﺍﺩَ ﺃَﻥْ ﻳَﻨْﺼَﺮِﻑَ ﻣِﻦْ ﺻَﻠَﺎﺗِﻪِ ﺍﺳْﺘَﻐْﻔَﺮَ ﺛَﻠَﺎﺙَ ﻣَﺮَّﺍﺕٍ ﺛُﻢَّ ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺍﻟﺴَّﻠَﺎﻡُ ﻭَﻣِﻨْﻚَ ﺍﻟﺴَّﻠَﺎﻡُ ﺗَﺒَﺎﺭَﻛْﺖَ ﻳَﺎ ﺫَﺍ ﺍﻟْﺠَﻠَﺎﻝِ ﻭَﺍﻟْﺈِﻛْﺮَﺍﻡِ

“Diriwayatkan dari Tsauban ia berkata: “Adalah Rasulullah saw apabila selesai melaksanakan shalatnya beliau mengucapkan Astaghfirullah tiga kali, kemudian mengucapkan: Allahumma antas salaam, wa minkas-salaam tabaarakta Dzal-jalaali wal-ikraam ”.

Dalam riwayat ibnu Numair,( ﻳَﺎ ﺫَﺍ ﺍﻟْﺠَﻠَﺎﻝِ ﻭَﺍﻟْﺈِﻛْﺮَﺍﻡِ ) Yaa dzal jalaali wal ikraam , juga dari abdul Harits bin ‘Abdis Shamad dari jalur ‘Aisyah menggunakan lafadz, Ya dzal jalaali wal ikraam ”. [3]

3. Membaca Bacaan Laa Ilaaha Illallah…

ﻻَ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻭَﺣْﺪَﻩُ ﻻَ ﺷَﺮِﻳﻚَ ﻟَﻪُ ﻟَﻪُ ﺍﻟْﻤُﻠْﻚُ ﻭَﻟَﻪُ ﺍﻟْﺤَﻤْﺪُ ﻭَﻫُﻮَ ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ ﻗَﺪِﻳﺮٌ ﻻَﺣَﻮْﻝَ ﻭَﻻَ ﻗُﻮَّﺓَ ﺇِﻻَّ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﻻَ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻭَﻟَﺎ ﻧَﻌْﺒُﺪُ ﺇِﻟَّﺎ ﺇِﻳَّﺎﻩُ ﻭَﻟَﻪُ ﺍﻟﻨِّﻌْﻤَﺔُ ﻭَﻟَﻪُ ﺍﻟْﻔَﻀْﻞُ ﻭَﻟَﻪُ ﺍﻟﺜَّﻨَﺎﺀُ ﺍﻟْﺤَﺴَﻦُ ﻟَﺎ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻣُﺨْﻠِﺼِﻴﻦَ ﻟَﻪُ ﺍﻟﺪِّﻳﻦَ ﻭَﻟَﻮْ ﻛَﺮِﻩَ ﺍﻟْﻜَﺎﻓِﺮُﻭﻥَ

Berdasarkan hadits dari Abu Zubair :

ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲ ﺍﻟﺰُّﺑَﻴْﺮِ ﻗَﺎﻝَ ﻛَﺎﻥَ ﺍﺑْﻦُ ﺍﻟﺰُّﺑَﻴْﺮِ ﻳَﻘُﻮﻝُ ﻓِﻲ ﺩُﺑُﺮِ ﻛُﻞِّ ﺻَﻠَﺎﺓٍ ﺣِﻴﻦَ ﻳُﺴَﻠِّﻢُ ﻟَﺎ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻭَﺣْﺪَﻩُ ﻟَﺎ ﺷَﺮِﻳﻚَ ﻟَﻪُ ﻟَﻪُ ﺍﻟْﻤُﻠْﻚُ ﻭَﻟَﻪُ ﺍﻟْﺤَﻤْﺪُ ﻭَﻫُﻮَ ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ ﻗَﺪِﻳﺮٌ ﻟَﺎ ﺣَﻮْﻝَ ﻭَﻟَﺎ ﻗُﻮَّﺓَ ﺇِﻟَّﺎ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﻟَﺎ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻭَﻟَﺎ ﻧَﻌْﺒُﺪُ ﺇِﻟَّﺎ ﺇِﻳَّﺎﻩُ ﻟَﻪُ ﺍﻟﻨِّﻌْﻤَﺔُ ﻭَﻟَﻪُ ﺍﻟْﻔَﻀْﻞُ ﻭَﻟَﻪُ ﺍﻟﺜَّﻨَﺎﺀُ ﺍﻟْﺤَﺴَﻦُ ﻟَﺎ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻣُﺨْﻠِﺼِﻴﻦَ ﻟَﻪُ ﺍﻟﺪِّﻳﻦَ ﻭَﻟَﻮْ ﻛَﺮِﻩَ ﺍﻟْﻜَﺎﻓِﺮُﻭﻥَ ﻭَﻗَﺎﻝَ ﻛَﺎﻥَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻳُﻬَﻠِّﻞُ ﺑِﻬِﻦَّ ﺩُﺑُﺮَ ﻛُﻞِّ ﺻَﻠَﺎﺓٍ

“Diriwayatkan dari Abu Zubair ia berkata: “Adalah Ibnu Zubair setiap selesai shalat sesudah mengucapkan salamselalu membaca Laa ilaaha illallah wahdahu laa syariikalah, lahul-mulku wa lahul-hamdu, wa huwa ‘laa kulli syai-inqadiir, laa haula wa laa quwwata illaa billaah, laa ilaaha illallah, wa laa na’budu illaa iyyaah, lahun-ni’matu wa lahul-fadllu, wa lahuts-tsanaa’ulhasan, laa ilaaha illallaahu mukhlishiina lahud-diina walau karihal-kaafiruun . Dan Ibnu Zubair mengatakan:”Adalah Rasulullah saw selalu mengucapkan laa ilaaha illaaha illallah disertai dengan lainnya setiap selesai melaksanakan shalat”. [4]

4. Membaca Laa Ilaaha Illallah…

ﻻَ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻََّ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻭَﺣْﺪَﻩُ ﻻَ ﺷَﺮِﻳﻚَ ﻟَﻪُ ﻟَﻪُ ﺍﻟْﻤُﻠْﻚُ ﻭَﻟَﻪُ ﺍﻟْﺤَﻤْﺪُ ﻭَﻫُﻮَ ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ ﻗَﺪِﻳﺮٌ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻻَ ﻣَﺎﻧِﻊَ ﻟِﻤَﺎ ﺃَﻋْﻄَﻴْﺖَ ﻭَﻻَ ﻣُﻌْﻄِﻲَ ﻟِﻤَﺎ ﻣَﻨَﻌْﺖَ ﻭَﻻَ ﻳَﻨْﻔَﻊُ ﺫَﺍ ﺍﻟْﺠَﺪِّ ﻣِﻨْﻚَ ﺍﻟْﺠَﺪُّ

Berdasarkan hadits dari Mughirah bin Syu’bah:

ﻋﻦ ﻣﻐﻴﺮﺓ ﺑﻦ ﺷﻌﺒﺔ ﺃَﻥَّ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻛَﺎﻥَ ﻳَﻘُﻮﻝُ ﻓِﻲ ﺩُﺑُﺮِ ﻛُﻞِّ ﺻَﻠَﺎﺓٍ ﺇِﺫَﺍ ﺳَﻠَّﻢَ ﻟَﺎ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻭَﺣْﺪَﻩُ ﻟَﺎ ﺷَﺮِﻳﻚَ ﻟَﻪُ ﻟَﻪُ ﺍﻟْﻤُﻠْﻚُ ﻭَﻟَﻪُ ﺍﻟْﺤَﻤْﺪُ ﻭَﻫُﻮَ ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ ﻗَﺪِﻳﺮٌ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻻَ ﻣَﺎﻧِﻊَ ﻟِﻤَﺎ ﺃَﻋْﻄَﻴْﺖَ ﻭَﻻَ ﻣُﻌْﻄِﻲَ ﻟِﻤَﺎ ﻣَﻨَﻌْﺖَ ﻭَﻻَ ﻳَﻨْﻔَﻊُ ﺫَﺍ ﺍﻟْﺠَﺪِّ ﻣِﻨْﻚَ ﺍﻟْﺠَﺪُّ

“Dari Mughirah bin Syu ﻁbah, bahwasanya Rasulullah saw, setiap selesai shalat membaca:” Laa ilaaha illallah wahdahuu laa syariika lah, lahul mulku walahul hamdu wa huwa ‘alaa kulli syai-inqadiir, Allahumma laa maani’a limaa a’thaita , walaa mu’thiya limaa mana’ta, walaa yanfa’u dzal jaddi minkal jadd” . [5]

5. Membaca Tasbih, Tahmid dan Takbir

ﺳُﺒْﺤَﺎﻥَ ﺍﻟﻠﻪِ ‏( x33 ‏) ، ﺍَﻟَْﺤَﻤْﺪَُ ﺍﻟﻠَّﻪَ ‏( x33 ‏) ، ﺍﻟﻠﻪُ ﺃَﻛْﺒَﺮُ ‏( x33 ‏)

6. Membaca laa ilaaha illallah

ﻻَ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻭَﺣْﺪَﻩُ ﻻَ ﺷَﺮِﻳﻚَ ﻟَﻪُ ﻟَﻪُ ﺍﻟْﻤُﻠْﻚُ ﻭَﻟَﻪُ ﺍﻟْﺤَﻤْﺪُ ﻭَﻫُﻮَ ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ ﻗَﺪِﻳﺮ ٌ

Berdasarkan hadits dari Abu Hurairah:

ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ ﻋَﻦْ ﺭَﺳُﻮﻝِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻣَﻦْ ﺳَﺒَّﺢَ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻓِﻲ ﺩُﺑُﺮِ ﻛُﻞِّ ﺻَﻠَﺎﺓٍ ﺛَﻠَﺎﺛًﺎ ﻭَﺛَﻠَﺎﺛِﻴﻦَ ﻭَﺣَﻤِﺪَ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺛَﻠَﺎﺛًﺎ ﻭَﺛَﻠَﺎﺛِﻴﻦَ ﻭَﻛَﺒَّﺮَ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺛَﻠَﺎﺛًﺎ ﻭَﺛَﻠَﺎﺛِﻴﻦَ ﻓَﺘْﻠِﻚَ ﺗِﺴْﻌَﺔٌ ﻭَﺗِﺴْﻌُﻮﻥَ ﻭَﻗَﺎﻝَ ﺗَﻤَﺎﻡَ ﺍﻟْﻤِﺎﺋَﺔِ ﻟَﺎ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻭَﺣْﺪَﻩُ ﻟَﺎ ﺷَﺮِﻳﻚَ ﻟَﻪُ ﻟَﻪُ ﺍﻟْﻤُﻠْﻚُ ﻭَﻟَﻪُ ﺍﻟْﺤَﻤْﺪُ ﻭَﻫُﻮَ ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ ﻗَﺪِﻳﺮٌ ﻏُﻔِﺮَﺕْ ﺧَﻄَﺎﻳَﺎﻩُ ﻭَﺇِﻥْ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﻣِﺜْﻞَ ﺯَﺑَﺪِ ﺍﻟْﺒَﺤْﺮِ

“Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah saw., (Beliau bersabda):” subhaanallah tiga puluh tiga kali, al hamdulullah tiga puluh tiga kali, dan Allahu Akbar tiga puluh tiga kali, setiap selesai shalat, dan untuk mencukupkan seratus ia membaca laa ilaaha illallah wahdahuu laa syariika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘alaa kulli syai-inqadiir , niscaya diampuni dosa-dosanya meskipun sebanyak buih di laut”.
[6]

7. Membaca Do’a

ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺇِﻧِّﻲ ﺃَﻋُﻮﺫُ ﺑِﻚَ ﻣِﻦَ ﺍْﻟﺒُﺨْﻞِ ﻭَﺍَﻋُﻮْﺫُﺑِﻚَ ﻣِﻦْ ﺍﻟْﺠُﺒْﻦِ ﻭَﺃَﻋُﻮﺫُ ﺑِﻚَ ﺃَﻥْ ﺃُﺭَﺩَّ ﺇِﻟَﻰ ﺃَﺭْﺫَﻝِ ﺍﻟْﻌُﻤُﺮِ ﻭَﺃَﻋُﻮﺫُ ﺑِﻚَ ﻣِﻦْ ﻓِﺘْﻨَﺔِ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻭَﺃَﻋُﻮﺫُ ﺑِﻚَ ﻣِﻦْ ﻋَﺬَﺍﺏِ ﺍﻟْﻘَﺒْﺮِ

Berdasarkan hadits dari Sa’ad bin Abi Waqash:

ﻋﻦ ﺳَﻌْﺪِ ﻳُﻌَﻠِّﻢُ ﺑَﻨِﻴﻪِ ﻫَﺆُﻟَﺎﺀِ ﺍﻟْﻜَﻠِﻤَﺎﺕِ ﻛَﻤَﺎ ﻳُﻌَﻠِّﻢُ ﺍﻟْﻤُﻌَﻠِّﻢُ ﺍﻟْﻐِﻠْﻤَﺎﻥَ ﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺑَﺔَ ﻭَﻳَﻘُﻮﻝُ ﺇِﻥَّ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻛَﺎﻥَ ﻳَﺘَﻌَﻮَّﺫُ ﻣِﻨْﻬُﻦَّ ﺩُﺑُﺮَ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓِ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺇِﻧِّﻲ ﺃَﻋُﻮﺫُ ﺑِﻚَ ﻣِﻦْ ﺍﻟْﺠُﺒْﻦِ ﻭَﺃَﻋُﻮﺫُ ﺑِﻚَ ﺃَﻥْ ﺃُﺭَﺩَّ ﺇِﻟَﻰ ﺃَﺭْﺫَﻝِ ﺍﻟْﻌُﻤُﺮِ ﻭَﺃَﻋُﻮﺫُ ﺑِﻚَ ﻣِﻦْ ﻓِﺘْﻨَﺔِ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻭَﺃَﻋُﻮﺫُ ﺑِﻚَ ﻣِﻦْ ﻋَﺬَﺍﺏِ ﺍﻟْﻘَﺒْﺮِ

“Dari Sa’ad bin Abi Waqqas r.a ia mengajarkan pada anaknya beberapa kalima, lalu ia berkata sesungguhnyaRasulullah SAW, ia memohon perlindungan dari beberapa hal setelah selesai shalat (dengan mewmbaca):” Allahumma inii a’u-dzubika minal jubni wa a’u-dzubika an uradda ila- adzalil ‘umuri wa a’u-dzubika min fitnatid dunya- wa a’u-dzubika min ‘udza-bil qabri ”[7]

Dalam satu riwayat yang juga bersumber dari Sa’ad bin Abi Waqash Imam Bukhari dan beberapa perawi hadits lainnya meriwayatkan dengan tanpa kalimat ﺩُﺑُﺮَ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓِ :

ﻋَﻦْ ﺳَﻌْﺪِ ﺑْﻦِ ﺃَﺑِﻲ ﻭَﻗَّﺎﺹٍ ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻨْﻪُ ﻛَﺎﻥَ ﻳَﺄْﻣُﺮُ ﺑِﻬَﺆُﻟَﺎﺀِ ﺍﻟْﺨَﻤْﺲِ ﻭَﻳُﺤَﺪِّﺛُﻬُﻦَّ ﻋَﻦْ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺇِﻧِّﻲ ﺃَﻋُﻮﺫُ ﺑِﻚَ ﻣِﻦْ ﺍﻟْﺒُﺨْﻞِ ﻭَﺃَﻋُﻮﺫُ ﺑِﻚَ ﻣِﻦْ ﺍﻟْﺠُﺒْﻦِ ﻭَﺃَﻋُﻮﺫُ ﺑِﻚَ ﺃَﻥْ ﺃُﺭَﺩَّ ﺇِﻟَﻰ ﺃَﺭْﺫَﻝِ ﺍﻟْﻌُﻤُﺮِ ﻭَﺃَﻋُﻮﺫُ ﺑِﻚَ ﻣِﻦْ ﻓِﺘْﻨَﺔِ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻭَﺃَﻋُﻮﺫُ ﺑِﻚَ ﻣِﻦْ ﻋَﺬَﺍﺏِ ﺍﻟْﻘَﺒْﺮِ

“Dari Sa’ad bin Abi Waqqas r.a ia menyuruh memohon perlindungan dari lima perkara, dan ia menyampaikan hadits tentang lima perkara itu dari nabi saw; Allahumma inii a’u-dzubika minal bukhli wa a’u-dzubika munal jubni wa a’u-dzubika an uradda ila- adzalil ‘umuri wa a’u-dzubika min fitnatid dunya- wa a’u-dzubika min ‘udza-bil qabri“.

8. Membaca Do’a Allahumma A’innii…

ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺃَﻋِﻨِّﻲ ﻋَﻠَﻰ ﺫِﻛْﺮِﻙَ ﻭَﺷُﻜْﺮِﻙَ ﻭَﺣُﺴْﻦِ ﻋِﺒَﺎﺩَﺗِﻚَ

Berdasarkan hadits dari Mu’adz bin Jabbal:

ﻋَﻦْ ﻣُﻌَﺎﺫِ ﺑْﻦِ ﺟَﺒَﻞٍ ﺃَﻥَّ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺃَﺧَﺬَ ﺑِﻴَﺪِﻩِ ﻭَﻗَﺎﻝَ ﻳَﺎ ﻣُﻌَﺎﺫُ ﻭَﺍﻟﻠَّﻪِ ﺇِﻧِّﻲ ﻟَﺄُﺣِﺒُّﻚَ ﻭَﺍﻟﻠَّﻪِ ﺇِﻧِّﻲ ﻟَﺄُﺣِﺒُّﻚَ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺃُﻭﺻِﻴﻚَ ﻳَﺎ ﻣُﻌَﺎﺫُ ﻟَﺎ ﺗَﺪَﻋَﻦَّ ﻓِﻲ ﺩُﺑُﺮِ ﻛُﻞِّ ﺻَﻠَﺎﺓٍ ﺗَﻘُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺃَﻋِﻨِّﻲ ﻋَﻠَﻰ ﺫِﻛْﺮِﻙَ ﻭَﺷُﻜْﺮِﻙَ ﻭَﺣُﺴْﻦِ ﻋِﺒَﺎﺩَﺗِﻚَ ﻭَﺃَﻭْﺻَﻰ ﺑِﺬَﻟِﻚَ ﻣُﻌَﺎﺫٌ ﺍﻟﺼُّﻨَﺎﺑِﺤِﻲَّ ﻭَﺃَﻭْﺻَﻰ ﺑِﻪِ ﺍﻟﺼُّﻨَﺎﺑِﺤِﻲُّ ﺃَﺑَﺎ ﻋَﺒْﺪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ

“Dari Muadz bin Jabbal bahwasanya Rasulullah saw memegang tangannya, lalu ia berkata;” Mu’adz, demi Allah aku sungguh menyukaimu wahai Mu’adz. Kemudian ia berkata lagi:”Aku akan memberi pesan kepadamu, wahai mu’adz, setiap selesai shalat janganlah kamu tinggalkan mengucapkan Allahumma a’innii ‘alaa dzikrika wahusni ‘ibaadatik .[8]

9. Membaca Rabbi Qinii….

ﺭَﺏِّ ﻗِﻨِﻲ ﻋَﺬَﺍﺑَﻚَ ﻳَﻮْﻡَ ﺗَﺒْﻌَﺚُ ﺃَﻭْ ﺗَﺠْﻤَﻊُ ﻋِﺒَﺎﺩَﻙَ

"Tuhan kami lindungilah kami dari adzabmu, pada hari Engkau bangkitkan atau Engkau kumpulkan hamba-hambaMu”.

Berdasarkan hadits dari Bara’:
ﻋَﻦْ ﺍﻟْﺒَﺮَﺍﺀِ ﻗَﺎﻝَ ﻛُﻨَّﺎ ﺇِﺫَﺍ ﺻَﻠَّﻴْﻨَﺎ ﺧَﻠْﻒَ ﺭَﺳُﻮﻝِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺃَﺣْﺒَﺒْﻨَﺎ ﺃَﻥْ ﻧَﻜُﻮﻥَ ﻋَﻦْ ﻳَﻤِﻴﻨِﻪِ ﻳُﻘْﺒِﻞُ ﻋَﻠَﻴْﻨَﺎ ﺑِﻮَﺟْﻬِﻪِ ﻗَﺎﻝَ ﻓَﺴَﻤِﻌْﺘُﻪُ ﻳَﻘُﻮﻝُ ﺭَﺏِّ ﻗِﻨِﻲ ﻋَﺬَﺍﺑَﻚَ ﻳَﻮْﻡَ ﺗَﺒْﻌَﺚُ ﺃَﻭْ ﺗَﺠْﻤَﻊُ ﻋِﺒَﺎﺩَﻙَ

Dari Bara ia berkata adalah kami apabila shalat dibelakang rasulullah SAW, kami menyukai berada di (samping) kanan beliau, karena beliau akan menghadapkan wajahnya ke arah kami. Ia berkata, lalu aku mendengar beliau mengucapkan “Rabbi qinii ‘adzaabaka yauma tab’atsu au tajma’u ‘ibaadak”. [9]

10. Membaca Ayat Kursi

Berdasarkan hadits dari Abu Umamah:

ﻋﻦ ﺃﺑﻰ ﺃُﻣَﺎﻣَﺔَ، ﻳَﻘُﻮﻝُ : ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢْ ”: ﻣَﻦْ ﻗَﺮَﺃَ ﺁﻳَﺔَ ﺍﻟْﻜُﺮْﺳِﻲِّ ﺩُﺑُﺮَ ﻛُﻞِّ ﺻَﻼﺓٍ ﻣَﻜْﺘُﻮﺑَﺔٍ ﻟَﻢْ ﻳَﻤْﻨَﻌْﻪُ ﻣِﻦْ ﺩُﺧُﻮﻝِ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ، ﺇِﻻ ﺍﻟْﻤَﻮْﺕُ ” ،

"Abu Umamah berkata: Rasulullah bersabda:”Barangsiapa yang membaca ayat kursi diakhir shalat wajib, tidak ada yang bisa menghalanginya untuk masuk surga sampai mati”.[10]

11. Membaca Al Mu’awwidzaat (Al Ikhlas, Al Falaq dan An Naas)

Berdasarkan hadits dari ‘Uqbah bin ‘Amir:

ﻋَﻦْ ﻋُﻘْﺒَﺔَ ﺑْﻦِ ﻋَﺎﻣِﺮٍ ﻗَﺎﻝَ ﺃَﻣَﺮَﻧِﻲ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺃَﻥْ ﺃَﻗْﺮَﺃَ ﺍﻟْﻤُﻌَﻮِّﺫَﺍﺕِ ﺩُﺑُﺮَ ﻛُﻞِّ ﺻَﻠَﺎﺓٍ

“Diriwayatkan dari ‘Uqbah ibn ‘Amir ia berkata: “Rasulullah saw menyuruhku untuk membaca surat Mu’awwidzaat (al Ikhlas, al Falak, dan an Naas) pada setiap selesai shalat”. [11]

-------------------------------------



Foot note:

[1] QS. Al Baqarah: 255

[2] HR. Muslim (al Masajid Wa Mawadli’us Shalat: 931), Tirmidzi (As Shalat : 276), Abu Daud (As Shalat: 1292), Ibnu Majjah (iqaamatus Shalat wa Sunnati fiha: 918), Ahmad (Musnad Ahmad: 21374), Ad Darimi (As Shalat: 1314)

[3] HR. Muslim, Ahmad dan Ad Darimi

[4] HR. Muslim (al Masaajid wa Mawadli’us Shalat: 935), Abu Dawud (As Shalat: 1288), An Nasa’I (As Sahwu : 122 & 123), dan Ahmad (Musnad: 15523 & 15538).

[5] HR. Bukhari (al Adzan : 799, Ad da’awat : 5855, al I’tisham bil kitab wa Sunnah : 6748), Muslim (al Masaajid wa Mawadli’us Shalat: 933 & 934), juga diriwayatkan oleh An Nasa’I, Abu Dawud, Ahmad, dan Ad Darimi

[6] HR. Muslim (al Masaajid wa Mawadli’us Shalat: 939), Abu Dawud (As Shalat: 1286), Ahmad (Musnad: 8478 & 9878), Muwatha imam Malik (al Nidaa lis Shalat: 439).

[7] Hadits tersebut diriwayatkan oleh Bukhari (al Jihaad was sair : 2610), Tirmidzi (ad Da’awaat : 3490), An Nasa’i (al Isti’adzat : 5352 & 5384)

[8] HR. Abu Dawud (As Shalat: 1301) dan Ahmad (Musnad: 21103). Dalam beberapa riwayat yang juga bersumber dari Mu’adz bin Jabbal tanpa kalimat ﺩُﺑُﺮِ ﻛُﻞِّ ﺻَﻠَﺎﺓٍ , akan tetapi ﻓِﻲ ﻛُﻞِّ ﺻَﻠَﺎﺓٍ , lalu Ibnul Qayyim berpendapat bahwa do’a tersebut bisa dibaca dalam shalat dan setelah shalat (Zaadul Ma’ad)

[9] HR. Muslim (Shalat al Musaafir wa Qashrihaa: 1159), dan Ahmad (Musnad: 17819 & 17962)

[10] HR. Nasa’I dan Thabrani, jilid 7 hal. 122. Hadits tersebut juga diriwayatkan oleh Ibnu Sunni dengan sanad Hasan. (lihat kitab Zaadul Ma’aad, karya Ibnul Qayyim Al Jauziyyah hal. 293)

[11] HR. Tirmidzi (Fadlaailul Qur’an an Rasulullah :2828), An Nasa’i (al Sahwu :1319), dan Abu Dawud (al Shalah: 1302)

Mustarih vs Mustaroh

Mustarih vs Mustaroh

وَحَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيْدٍ عَنْ مَالِكِ بْنِ أَنَسٍ فِيْمَا قُرِئَ عَلَيْهِ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ حَلْحَلَةَ عَنْ مَعْبَدِ بْنِ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ أَبِي قَتَادَةَ بْنِ رِبْعِيٍّ أَنَّهُ كَانَ يُحَدِّثُ:

أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُرَّ عَلَيْهِ بِجَنَازَةٍ فَقَالَ مُسْتَرِيْحٌ وَمُسْتَرَاحٌ مِنْهُ قَالُوْا يَا رَسُوْلَ اللهِ مَا الْمُسْتَرِيْحُ وَالْمُسْتَرَاحُ مِنْهُ فَقَالَ اَلْعَبْدُ الْمُؤْمِنُ يَسْتَرِيْحُ مِنْ نَصَبِ الدُّنْيَا وَالْعَبْدُ الْفَاجِرُ يَسْتَرِيْحُ مِنْهُ الْعِبَادُ وَالْبِلاَدُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ

61 – (950)

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’id dari Malik bin Anas -terkait dengan hadits yang telah dibacakan kepadanya- dari Muhammad bin Amru bin Halhalah dari Ma’bad bin Ka’ab bin Malik dari Abu Qatadah bin Rabi’i bahwa ia menceritakan bahwasanya:

Suatu ketika iringan jenazah lewat di hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka beliau bersabda: MUSTARIIHUN dan MUSTAROOHUN. Para sahabat bertanya, Wahai Rasulullah, apakah itu MUSTARIIH dan MUSTARAAH? beliau menjawab, Seorang hamba yang mukmin YASTARIIHU (akan beristirahat) dari kesulitan dunia, sementara seorang hamba yang fajir, seluruh hamba, negeri, pepohonan dan binatang melata akan YASTARIIHU (beristirahat) dari (kezhalimannya)

(Shahih Muslim : 950 – 61 )

وَحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيْدٍ ح وَ حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ جَمِيْعًا عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ سَعِيْدِ بْنِ أَبِي هِنْدٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو عَنِ ابْنٍ لِكَعْبِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ أَبِي قَتَادَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَفِي حَدِيْثِ يَحْيَى بْنِ سَعِيْدٍ يَسْتَرِيْحُ مِنْ أَذَى الدُّنْيَا وَنَصَبِهَا إِلَى رَحْمَةِ اللهِ

(950)

Dan Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa’id -dalam jalur lain- Dan telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim telah mengabarkan kepada kami Abdurrazaq semuanya dari Abdullah bin Sa’id bin Abu Hind dari Muhammad bin Amru dari Ibnu Ka’ab bin Malik dari Abu Qatadah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan di dalam hadits Yahya bin Sa’id: (Seorang hamba mukmin) akan beristirahat dari kesulitan dan kepenatan dunia menuju rahmat Allah.

(Shahih Muslim : 950)

Wallahu'alam (oh)

Gerakan-gerakan Dalam Sholat Yang Sangat Berpengaruh Terhadap Otak

Gerakan-gerakan Dalam Sholat Yang Sangat Berpengaruh Terhadap Otak

Assalamualaikum wr.wb

Sholat yang merupakan ibadah wajib yang harus dilakukan disetiap hari, ternyata banyak sekali pengaruhnya terhadap kesehatan dan perkembangan kebaikan otak manusia. Sholat adalah salah satu diantara aktivitas yang berpengaruh terhadap kebaikan otak (jasmani) sekaligus ruhani.

Gerakan-gerakan yang sangat berpengaruh terhadap Otak, diantaranya :

1. Rukuk
Rutinitas ruku sebanyak 17 kali dalam lima waktu sholat sehari semalam bermanfaat meningkatkan refleks, selalu siap sedia dalam berbagai keadaan. Dengan demikian, mekanisme pengaturan tekanan darah dan irama jantung akan terjaga.

Suplai darah ke otak yang meningkat saat melakukan gerakan ini juga mengoptimalkan oksigenasi sel-sel saraf ke otak sehingga fungsi sel-sel di otak (sebagai gudang memori dan pengendali kerja seluruh sitem dan organ tubuh) menjadi optimal.

Inilah esensi dari sabda Rosululloh SAW yang diriwayatkan oleh Hasan Al-Bashri bahwa Alloh SWT tidak melihat seseorang hamba yang tidak menegakkan punggungnya antara ruku’ dan sujud,  akibat oksigenasi sel-sel saraf otak proses berpikir manusia dalam menentukan keputusan lebih jernih, mampu menimbang mana yang baik dan mana yang benar.

sehingga sholat juga menjadi sarana untuk menjaga agar tetap berada di jalan kebenaran sesuai firman-Nya:
Dirikanlah sholat! Sesungguhnya sholat itu menghalangi perbuatan keji dan mungkar.” (Al-Ankabut : 45)

2. I’tidal
I’tidal atau gerakan setelah ruku adalah gerakan kembali ke posisi tegak. Posisi ini membantu metabolisme otak dan jantung agar bekerja optimal. Oleh karena itu, dalam i’tidal aliran darah yang tadinya terfokus di kepala setelah ruku’ akan turun ke badan sesuai gravitasi.

Gerakaan takbir bersamaan dengan menegakkan badan saat i’tidal menyebabkan stimulus pada cabang besar saraf di bahu-ketiak yang merupakan cabang saraf yang melayani organ jantung, paru-paru dan sebagian organ pencernaan, ketika mengangkat kedua lengan, paru-paru akan mengembang sehingga dapat meningkatkan masuknya oksigen.

Saat kedua lengan bergerak turun untuk kemudian berada di samping kanan dan kiri badan, sisa pembakaran atau metabolisme yang bermuatan negatif dikeluarkan bersamaan dengan hembusan nafas.
  
3. Sujud
Gerakan sujud akan membuat otot dada dan otot sela iga menjadi kuat sehingga rongga dada bertambah besar dan paru-paru berkembang dengan baik sehingga dapat menghisap udara. Lutut yang membentuk sudut yang tepat memungkinkan otot-otot perut berkembang dan mencegah kegombyongandi bagian tengah.

Gerakan sujud ini juga menambah aliran darah ke bagian atas tubuh terutama kepala (mata, telinga, hidung) serta paru-paru dan memungkinkan dibersihkannya toksin-toksin oleh darah.

Bagi wanita hamil gerakan sujud ini juga bermanfaat mempertahankan posisi janin yang sudah benar, mengurangi tekan darah tinggi, menambah elastisitas tulang, menghilangkan egoisme dan kesombongan.

Meningkatkan kesabaran dan kepercayaan kepada Alloh SWT. sehingga akan menghasilkan energi bathin yang tinggi di seluruh tubuh. Posisi ini menunjukkan ketundukkan dan kerendahan hati tertinggi (menyerahkan diri). Maka itu tak heran jika mulanya seorang sholat dalam keadaan lelah, mengantuk dan lemas akan kembali segar setelah sujud.
   
4. Duduk Di Antara Dua Sujud
Duduk tachiyat pertama disebut duduk iftiros atau duduk di antara dua sujud. Pada posisi ini otot-otot pangkal paha yang di dalamnya ada salah satu saraf pangkal paha yang besar yaitu di atas rumit kaki berfungsi sebagai penyangga.

Gerakan ini menyebabkan otot-otot di bagian ini terpijit (refleksi). Pijatan ini bermanfaat melindungi diri dari penyakit syaraf pangkal paha (neuralgi) yang terasa sakit dan nyeri sehingga kaki tidak dapat digerakkan, juga membantu meregangkan cabang saraf tulang belakang, segmen dada dan punggung bagian bawah serta pinggul. Tulang ekor sebagai tempat keluar cabang saraf juga akan meregang.

Pada posisi ini serabut saraf pinggang ke-2 dan 3 (daerah paha isi dalam), daerah tulang kering dan segmen ekor ke-1 (punggung kaki) akan terstimulasi (refleksi).

Segmen saraf ini melayani organ liver, ginjal, usus, saluran pembuangan (dubur), kelenjar prostat (laki-laki), rahim (perempuan), penis dan vagina sehingga gerakan ini kemungkinan besar dapat mengoptimalkan kinerja organ-organ tersebut.

Organ-organ genetalia dan enzim pencernaan juga akan bekerja secara optimal sehingga dapat mencerna dan mengolah material makanan untuk kemudian menyerapnya sesuai kebutuhan tubuh. Dengan demikian sisa-sisa pencernaan yang tidak diperlukan akan dikeluarkan pada saat buang air besar.

5. Tahiyatul Akhir
Dari sisi kesehatan nyata, gerakan salam juga merangsang refleksi di kanan kiri leher sehingga bisa mengendalikan tekanan darah dan irama jantung. Inilah bagian dari relaksasi penutup exercise lahir bathin yang dilakukan dalam sholat.

Demikianlah diantara uraian tentang otak, potensi dan kelebihannya serta perhatian Alloh terhadap nikmat otak tersebut. Semoga dengan mengetahui ini akan bisa membuat kita lebih “SYUKUR” terhadap nikmat Alloh yang bernama otak tersebut, selanjutnya akan mendapat tambahan “nikmat” dari-Nya melalui penggunaan otak secara maksimal.

Wallahu'alam

Wassalamualaikum wr.wb

Kiat Mencari Ketenangan Jiwa

Kiat Mencari Ketenangan Jiwa

Begitu penting nya ketenangan dalam kehidupan kita, karena kesuksesan juga sangat bergantung kepadanya, maka bagaimanakah cara untuk meraih ketenangan itu?

Sebagian orang mencari ketenangan dengan perbuatan sia-sia, sebagian mereka bahkan mencari ketenangan di tempat-tempat hiburan bahkan ada kalanya yang mencari ketenangan di tempat tempat kemaksiatan.

Semua itu keliru dan fatal akibatnya. Alih-alih ketenangan, semua itu justru akan semakin membuat hati diliputi kesedihan. Jika pun ketenangan didapatkannya, namun ia adalah ketenangan yang palsu dan sesaat.

Syaikh Dr. Sa’ad bin Nashir al Syatsry –semoga Allah menjaganya- dalam kitabnya “Hayâtu al Qulûb” menyebutkan arahan-arahan yang terdapat dalam al Qur`an dan sunnah untuk meraih ketenangan tersebut:

1. Berkumpul dalam rangka mencari ilmu.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabada:

« مَا اجتمعَ قَوم في بيت من بُيُوتِ الله تباركَ وتعالى يَتْلُونَ كتابَ الله عزَّ وجلَّ ، ويَتَدَارَسُونَهُ بينهم ، إِلا نزلت عليهم السكينةُ ، وَغَشِيَتْهم الرحمةُ ، وحَفَّتْهم الملائكة ، وذكرهم الله فيمن عنده »

“Tidaklah suatu kaum berkumpul sebuah rumah Allah tabaraka wa ta’ala, mereka membaca Kitabullah azza wa jalla, mempelajarinya sesama mereka, melainkan akan turun kepada mereka sakinah, rahmat akan meliputi mereka, para malaikan akan mengelilingi mereka dan Allah senantiasa menyebut-nyebut mereka dihadapan malaikan yang berada di sisi-Nya.” (HR Muslim no. 2699)

2. Berdoa.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya pernah mengulang-ulang kalimat doa berikut dalam perang ahzab:

فَأَنْزِلَنَّ سَكِيْنَةً عَلَيْنَا   وَثَبِّتِ الأَقْدَامِ إِنْ لَاقِينَا

“Maka turunkanlah ketenangan kepada kami

            Serta teguhkan lah kaki-kaki kami saat kami bertemu (musuh)”

Maka Allah memberikan mereka kemenangan dan meneguhkan mereka.

3. Membaca al Qur`an.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

« تِلْكَ السَّكِينَةُ تَنَزَّلَتْ بِالْقُرْآنِ »

“Ia adalah ketenangan yang turun karena al Qur`an.” (HR Bukhari: 4839, Muslim: 795)

4. Memperbanyak dzikrullah.
Allah berfirman:

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Al Ra’du [13]: 28)

5. Bersikap wara’ (hati-hati) dari perkara syubhat.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الْبِرُّ مَا سَكَنَتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ وَاطْمَأَنَّ إِلَيْهِ الْقَلْبُ وَالإِثْمُ مَا لَمْ تَسْكُنْ إِلَيْهِ النَّفْسُ وَلَمْ يَطْمَئِنَّ إِلَيْهِ الْقَلْبُ وَإِنْ أَفْتَاكَ الْمُفْتُونَ

“Kebaikan itu adalah yang jiwa merasa tenang dan hati merasa tentram kepadanya. Sementara dosa adalah yang jiwa meresa tidak tenang dan hati merasa tidak tentram kepadanya, walaupun orang-orang mememberimu fatwa (mejadikan untukmu keringanan).” (HR Ahmad no. 17894, dishahihkan al Albani dalam Shahîh al Jâmi no: 2881)

6. Jujur dalam berkata dan berbuat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ

“Sesungguhnya jujur itu ketenangan dan dusta itu keragu-raguan.” (HR Tirmidzi no: 2518)

Begitu pun semua ketaatan kepada Allah dan sikap senantiasa bersegera kepada amal shaleh adalah diantara faktor yang akan mendatangkan ketenangan kepada hati seorang mukmin. Jika kita selalu mendengar dan berusaha untuk mentaati Allah dan rasul-Nya, maka hati kita akan kian tenang dan teguh. Allah berfirman:

“…Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka), dan kalau demikian, pasti Kami berikan kepada mereka pahala yang besar dari sisi Kami, dan pasti Kami tunjuki mereka kepada jalan yang lurus.” (QS. An Nisâ [4]: 68)

Saudaraku, jika kita dapat mempertahankan ketenangan hati sehingga senantiasa teguh berada dalam jalan Allah, apa pun yang terjadi kepada kita, maka bergembiralah, karena kelak saat kita meninggalkan dunia yang fana ini, akan ada yang berseru kepada kita dengan seruan ini:

“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku.”
(QS. Al Fajr [89]: 27-30)
(Lihat Hayâtu al Qulûb: 90-91)

Wallâhu ‘alam, wa shallallâhu ‘alâ nabiyyinâ Muhammad.

Maraji' :
[Meteri ilmiah dalam tulisan ini banyak diispirasi oleh Kitab Madâruju al Sâlikîn karya Imam Ibnul Qayyim rahimahullâh, cet. Dâr al Thîbah dan Kitab Hayâtu al Qulûb cet. Dâr Kunûz Isybîliyâ karya Syaikhunâ Dr. Sa’ad bin Nâshir al Syatsry hafidzahullâh]

Keadilan dan Pemimpin Yang Adil

IKHTISAR JUMAT, Keadilan dan Pemimpin Yang Adil Bandung, 1 November 2014 "Satu waktu nanti akan tiba atas umatku penguasa s...