Sudahkah Kita Memaksimalkan Waktu?

Sudahkah Kita Memaksimalkan Waktu?

Penaku. Merenungi apa saja yang sudah dilakukan di tahun ini menjelang pergantian tahun, tentu tak bisa terlepas dari waktu dan kesempatan.

Waktu dan kesempatan adalah sesuatu yang memiliki nilai sangat berharga dalam kehidupan seorang muslim. Tidak ada seorang pun yang sanggup membeli waktu dan kesempatan. Sungguh ia berlalu begitu cepatnya, dan tidak mungkin waktu mundur ke belakang walau sesaat. Maka demikianlah Islam memandang begitu berharganya waktu.

Waktu dan kesempatan merupakan modal utama seorang muslim dalam mengarungi kehidupan yang singkat ini. Kesempatan yang sudah berlalu tak akan kembali. Maka siapa saja yang menyia-nyiakan waktu dan umurnya, sungguh orang tersebut telah menyia-nyiakan kebaikan yang begitu besar.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam begitu perhatian dengan waktu sehingga beliau bersabda dalam hadits sahih:
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ؛ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

“Dua kenikmatan yang sering dilupakan oleh kebanyakan manusia, yaitu kesehatan dan waktu luang.”(HR. Al-Bukhari No. 5933)

Orang yang merugi adalah ia yang abai terhadap waktu. Orang tersebut ibarat penjual yang menjual barang dagangannya dengan harga yang lebih murah dari semestinya, atau ia membelinya dengan harga yang terlampau mahal dari yang seharusnya. Hendaklah setiap muslim menggunakan waktu dan kesempatan hidup dengan sebaik-baiknya.
Waktu seorang hamba itu ada empat, tidak ada yang kelima; pertama, waktu Ketika mendapat nikmat; kedua, waktu ketika sedang diuji; ketiga, waktu ketika sedang taat; keempat, waktu ketika sedang maksiat.

Pada tiap-tiap waktu tersebut ada hak Allah sebagai Sang Pencipta yang harus tetap dipenuhi oleh setiap hamba.

Jika seorang hamba sedang berada di waktu taat, maka ia harus menyadari betul bahwa segala apa yang ada pada dirinya saat itu adalah nikmat dari Allah. Allah lah yang telah membimbingnya untuk taat dan memberinya kekuatan untuk berada di jalan ketaatan.

Jika seorang hamba sedang berada di waktu ketika ia mendapat nikmat, maka ia harus terus bersyukur.

Jika seorang hamba berada di waktu maksiat, maka ia harus segera bangkit dari kemaksiatan itu untuk kemudian bertobat dan istighfar sesering mungkin.

Jika seorang hamba sedang berada di waktu ketika ia mendapat ujian dari Allah, maka jalan yang harus ia tempuh adalah jalan ridha dan sabar.

Sebagai penutup mari renungi sabda Nabiyyullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam:

لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ، وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ، وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ، وَفِيمَا أَنْفَقَهُ، وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلَاهُ

“Kedua telapak kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat sampai ditanyakan (4 perkara): 1) umurnya untuk apa dia habiskan,2) ilmunya untuk apa dia amalkan,3) hartanya dari mana dia peroleh dan untuk apa dia habiskan, 4) dan tubuhnya untuk apa dia gunakan.” (HR. At-Tirmidzi No. 2341)

Wallahu'alam (/oh)

Doa Meminta Perlindungan dari Musibah

Doa Meminta Perlindungan dari Musibah
Sahabat sekalian... 
Kembali hati ini berduka menyaksikan saudara-saudara seiman dan setanah air tertimpa bencana. Tidak bisa kaki ini ikut melangkah ke sana. Harta pun tidak seberapa. Hanya bisa diri ini menggoreskan sebaris kata, yang tak ubahnya sebatas asa yang melipur lara sesaat.

Bencana yang melanda di penghujung tahun ini datang bersahutan, mulai dari erupsi Gunung Semeru, banjir yang menerjang Lombok Barat, Manado, Makassar, dan gempa bumi yang mengguncang NTT.

Musibah adalah sunnatullah jangan sampai musibah yang menyapa melupakan kita dari melangitkan doa kepada Rabb pemilik musibah. Panjatkan doa, rayulah Dia, agar Allah mengakhiri musibah yang kita alami, mencatat kesabaran kita sebagai pemberat timbangan, dan mengganti apa yang hilang dari kita dengan yang lebih baik.

Doa Meminta Perlindungan dari Musibah
Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda,

تَعَوَّذُوا بِاللَّهِ مِنْ جَهْدِ الْبَلَاءِ وَدَرَكِ الشَّقَاءِ وَسُوءِ الْقَضَاءِ وَشَمَاتَةِ الْأَعْدَاءِ

“Pintalah perlindungan Allah dari musibah yang memayahkan, kesengsaraan yang menderitakan, takdir yang buruk, dan cacian musuh.” (HR. Al-Bukhari No. 6242)

Ibnu Baththal rahimahullah menjelaskan,
“Musibah yang memayahkan adalah apa yang menimpa seseorang berupa kesulitan yang amat, yang terlalu berat untuk ia pikul, dan ia tidak sanggup menolaknya.” (Fathu al-Bari Syarhu Shahih al-Bukhari, Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asqalani, 11/139)

Doa di atas sering sekali Nabi panjatkan dan sejatinya beliau mengajarkan doa tersebut kepada kita.

Sudah selayaknya kita mencontoh beliau dengan turut melantunkan doa,

A-ūżu billāhi min jahdil balā-i wa darakisy syaqā-i wa sū-il qaḍā-i wa syamātatil a‘dā-i

Itulah segores pena beberapa tuntunan Islami dalam menyikapi musibah yang datang sehingga sikap yang tepat ini dapat meneguhkan kita.

Semoga tulisan ringan ini melipurkan lara dan memberikan kekuatan kepada kita orang yang beriman kepada Allah ketika menghadapi musibah.

Terakhir, mari kita mendoakan saudara-saudara kita yang sedang mendapatkan musibah agar mendapatkan ketabahan. Aamiin. (/oh)

Syukur Hati

Syukur Cerminan Iman

Assalaamu’alaikum Wr Wb

الحمد لله الرحيم الرحمن , علم القرآن خلق الإنسان علمه البيان، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له أنزل الْقُرْآن هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ، وأشهد أن سيدنا ونبينا محمدًا عبده ورسوله صلى عليه الله وملائكته والمؤمنون وعلى آله وأزواجه وخلفائه وجميع أصحابه ومن تبعهم بإحسان . أَمَّا بَعْدُ فَياَعِبَادَ اللهِ أُصِيْكُمْ وَإَيّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ

Jama’ah Jum’at yang berbahagia…

Ucapan syukur sudah selayaknya menjadi kalimat pertama dalam membuka khutbah pada kesempatan siang kali ini. Kalimat syukur yang kita lantunkan adalah bukti bahwa kita masih  menyadari kedudukan kita sebagai hamba Allah SwT yang masih bisa merasakan berbagai nikmat hingga detik ini karena kasih sayang-Nya. Apapun bentuknya, berapapun jumlahnya, hingga bagaimanapun cara diberikannya kepada kita, yang jelas setiap nikmat dari Allah SwT harus disyukuri.

Selanjutnya, semoga shalawat teriring salam selalu tersanjungkan kepada Nabi terakhir, Nabi Muhammad saw. Beliaulah yang telah meninggalkan sunnah-sunnah sebagai suri tauladan bagi setiap manusia yang apabila diikuti maka setiap manusia tidak akan tersesat di dunia maupun di akhirat.

Tak lupa pula, melalui mimbar Jum’at ini, khatib mewasiatkan kepada diri pribadi dan kepada jama’ah sekalian untuk selalu berupaya meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SwT. Peningkatan ketaqwaan menjadi amat penting mengingat taqwa adalah sebaik-baiknya bekal yang akan dibawa pada fase kehidupan selanjutnya setelah di dunia.

Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah SwT…

Telah khatib singgung sebelumnya, betapa setiap dari kita harus menyadari bahwa diri kita adalah hamba Allah SWT yang pada setiap detik kehidupan selalu dilimpahi nikmat dari Allah SwT. Cara merespon nikmat tersebut adalah dengan bersyukur kepada Allah SwT, dan nampaknya tidak ada respon lain yang lebih pantas selain bersyukur. Bersyukur juga diperintahkan oleh Allah SWT kepada setiap hamba-Nya, sebagaimana firman Allah dalam QS Al-Baqarah ayat 152 yang berbunyi:

[البقرة: 152]  فَاذْكُرُوْنِيْٓ اَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْا لِيْ وَلَا تَكْفُرُوْنِ

Ingatlah Aku (Allah SwT) maka Aku akan mengingat kalian dan bersyukurlah padaKu dan janganlah kalian menjadi orang yang kufur (akan nikmatKu). (Q.S. Al-Baqarah:152)

Meskipun kita diperintahkan untuk bersyukur kepada Allah SWT, namun bukan berarti Allah SwT membutuhkan syukur kita. Sebaliknya, justru perintah syukur tersebut adalah cara bagi kita supaya nikmat yang telah diberikan kepada kita akan terus diberikan dan bahkan bisa bertambah. Sebaliknya, apabila kita kufur terhadap nikmat-nikmat tersebut maka azablah yang akan ditimpakan pada kita. Hal ini juga bersandar pada firman Allah SWT yang berbunyi:

 [إبراهيم: 7]  وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat. (Q.S. Ibrahim:7)

Jama’ah Jum’at yang sama-sama mengharap ridha Allah SwT…

Lantas bagaimanakah cara kita bersyukur terhadap nikmat-nikmat tersebut? Kesyukuran dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu bersyukur dengan hati, lisan, dan perbuatan. Ketiga bentuk kesyukuran ini haruslah dipandang sebagai sebuah kesatuan yang integral, dapat dibedakan namun tidak dapat dipisah, seluruhnya harus dilaksanakan. Apabila salah satu bentuk syukur ini ditinggalkan maka kesyukurannya seorang hamba itu belum sempurna.

Ketiganya tentu sangat penting, namun dalam kesempatan ini Khatib mencoba mengajak kita semua yang hadir dalam kesempatan Jum’at ini untuk merenungkan salah satu aspek saja dari wujud syukur itu. Aspek yang dimaksud adalah aspek bersyukur dengan hati. Hal ini amatlah penting untuk disadari karena sangat berkait erat dengan masalah keyakinan kita kepada Allah SwT. Aspek syukur dengan hati berpengaruh pada aqidah kita sebagai dasar atau pondasi kita dalam berIslam.

Bayangkan jika kita gagal mewujudkan syukur kita dengan hati, maka kita akan sulit meyakini bahwa nikmat tersebut berasal dari Allah SwT. Ketidakyakinan kita bahwa Allah SwT adalah satu-satunya pemberi nikmat adalah bentuk pengingkaran yang serius terhadap Allah SwT. Gagal bersyukur dengan hati artinya aqidah kita telah rusak, apabila qidah telah rusak maka akan amat mudah kita mengarah kepada kesyirikan.

Sebaliknya, jika kita mampu mewujudkan syukur dengan hati maka keimanan kita kepada Allah SwT akan semakin bertambah. Setiap saat nikmat yang kita dapatkan kita akan semakin meyakini betapa Allah SwT adalah amat pemurah kepada hambanya. Selalu bersyukur terhadap segala sesuatu yang baik yang diberikan oleh Allah SwT kepada kita adalah wujud keimanan seorang hamba. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah yang berbunyi:

عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya. (HR. Muslim)

Hadits di atas menunjukkan kepada kita bahwa sifat orang yang beriman adalah selalu bersyukur tatkala mendapat sesuatu yang menyenangkan dirinya. Dengan kata lain bahwa seorang dapat bersyukur atas kesenangan yang didapatkannya jika dirinya itu beriman. Abdullah bin Mas’ud sebagaimana dikutip oleh Ibnul Qayyim mengatakan bahwa,”Iman itu terbagi menjadi dua bagian; sebagiannya (adalah) sabar dan sebagian (lainnya adalah) syukur.” Ungkapan ini menandakan bahwa keimanan seseorang sangat berhubungan dengan kemampuannya untuk bersyukur. Sehingga sudah selayaknya kita sebagai seorang hamba yang mengaku beriman untuk selalu bersyukur kepada Allah SwT.

Jama’ah Sholat Jum’at yang sama-sama mengharap maghfirah Allah SwT…

Dengan pemahaman sebagaimana telah disampaikan sebelumnya, maka tidaklah berlebihan jika mulai saat ini kita menanamkan dalam diri dan kepada saudara-saudara kita bahwa Syukur itu adalah cerminan Iman kita. Kemampuan kita untuk bersyukur adalah cerminan kualitas keimanan kita, makin kita pandai bersyukur insyaa-Allah kualitas keimanan kita juga akan meningkat. Dan tentunya sebaliknya, kita harus mewaspadai ketika kita sudah tidak pandai bersyukur artinya keimanan kita juga sedang berada dalam kondisi yang rendah.

باَرَكَ اللهُ لِيْ وَ لَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ العَظِيْمِ  وَ نَفَعَنِيْ وَ إِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَ تَقَبَّلَ اللهُ مِنّيْ وَ مِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

KHUTBAH KEDUA

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِه وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ  أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ

Akhirnya, pada khutbah kedua ini, marilah kita berdoa seraya mengharapkan selalu dilimpahi kebaikan dunia dan akhirat.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Sambutan Penerimaan Mempelai Pria Oleh Keluarga Mempelai Wanita Pada Acara Resepsi Pernikahan

Sambutan Penerimaan Mempelai Pria Oleh Keluarga Mempelai Wanita Pada Acara Resepsi Pernikahan

Assalamualaikum wrwb.
Yang terhormat, 
Panitia, Para ‘Alim ulama, para ustadz, ustadzah, yang dimuliakan Allah dan yang kami selalu ta’dzimi.
Para sesepuh, pini sepuh, tokoh masyarakat, tokoh agama, yang kami hormati.

Wabil Khusus yang terhormat, Bapak Junaedi (alm) beserta Ibu Aam / Idah atau yang mewakili selaku kedua orang tua calon mempelai pria.
Dan tak lupa kepada hadirin tamu undangan sekalian yang kami muliakan.

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah swt. Bahwa pada kesempatan yang berbahagia ini, Ahad, tanggal 12 Desember 2021 / 8 Jumadil Ula 1443 H kita semua masih diberikan rahmat, hidayah, serta nikmat sehat, sehingga kita semua dapat bertemu dan berkumpul dalam rangka pernikahan ananda (Intan Nurhalisa) dengan (Ananda Amir Mahmud), yang insya Allah sebentar lagi akan dilaksanakan prosesi Akad Nikah / Janji Suci antara dua insan yang telah dipertemukan jodohnya oleh Allah swt.

Shalawat serta salam marilah kita haturkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad saw. , beserta keluarganya, dan para sahabat, dan kepada kita semua yang hingga saat ini masih istiqomah dalam mengamalkan risalahnya. Mudah-mudahan kita semua mendapatkan syafa’atnya di yaumil akhir kelak. Aaamiin…..

Kami, atas nama perwakilan dari Bapak Yaya Sunarya  Beserta Ibu Yayat Nurhayati selaku kedua orang tua calon mempelai wanita yang bernama : Intan Nurhalisa Putri Keempat dari Lima bersaudara. 

Izinkan kami berdiri dihadapan bapak/ibu dan hadirin, untuk menyampaikan beberapa hal terkait dengan penerimaan calon mempelai pria.

Pertama : 
"meser emping ka palembang - kacai ngumbah dulang
wilujeng sumping di babakan empang - purasari leuwiliang"
kami ucapkan selamat datang untuk keluarga besar bapak Junaidi (Alm) dan Ibu AAM / IDAH yang telah rela jauh-jauh dari Kp. Ciateul, hadir di kediaman kami dalam rangka menyaksikan prosesi akad nikah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas penghormatan terhadap keluarga kami.

Kedua : 
"Kesawah mencari ikan - Malah ikannya pada ketakutan
Tiada lagi yang neng intan lakukan - Selain menunggu kedatangan pangeran tampan"
Menindak lanjuti apa yang telah di utarakan oleh Bapak ........, bahwa pada hari ini beliau selaku orang tua dari ananda AMIR MAHMUD telah menyerahkan sepenuhnya kepada kami agar dapat dinikahkan dengan putri kami yang bernama INTAN NURHALISA.
Kami sebagai orang tua dari INTAN NURHALISA menerima dengan senang hati, dan penuh ikhlas. 

Perlu diketahui bahwa anak kami INTAN NURHALISA adalah anak yang belum memiliki pengalaman dalam berumah tangga, sehingga kami berharap nanti setelah menikah saudara AMIR MAHMUD dapat membimbing anak kami untuk dapat hidup berumah tangga sebagai mana mestinya yaitu Mengabdi Kepada Allah, berbakti kepada suami, bapak dan ibu mertua, dan dapat bermasyarakat sesuai dengan adat dan budaya yang berlaku.

Kami juga mohon kepada Keluarga Alm. Bapak JUNAEDI /IBU AAM /IDAH walaupun anak kami adalah anak mantu, tetapi telah menjadi keluarga besar dari bapak JUNAIDI(alm) Ibu AAM / IDAH agar dapat dianggap seperti anak kandung sendiri, terutama dalam bimbingan berkeluarga dan bermasyarakat.

Kami juga berharap kepada ananda AMIR MAHMUD dan INTAN NURHALISA agar dapat menjunjung tinggi nilai-nilai budaya, serta adat istiadat yang berlaku dimasyarakat, dengan Pedoman Agama.

Menjaga harkat dan martabat keluarga besar, serta mempererat silaturahmi antara keluarga besar Bapak JUNAEDI (alm)  - BU AAM / IDAH dan YAYA SUNARYA - YAYAT NURHAYATI dan terwujudnya keluarga yang sakinah, mawadah warohmah. Aamiin…

Terakhir : 
"Tiga dikurang dua sama dengan Satu -Satu ditambah dua sama dengan tiga
Sudah tidak asing lagi jejaka disana itu - Sebab sudah kami anggap sebagai keluarga"

Kami juga mohon ma’af apabila dalam penyambutan keluarga besar Bapak Bapak JUNAEDI (alm)  dan IBU AAM / IDAH beserta rombongan kurang berkenan, baik ucapan, tingkah laku, ataupun hal-hal lain. 

Dan tentunya tidak lupa kami mohon ma'af yang sebesar-besarnya kepada seluruh hadirin dan tamu undangan, serta warga kp. Babakan Empang ini.

Kami hanya dapat mengucapkan terimakasih atas kehadiran  Bapak JUNAEDI (alm)  dan IBU AAM / IDAH sekeluarga, beserta rombongan. Kami tidak dapat membalas apa-apa, kami hanya dapat berdoa dan memohon kepada Allah, semoga kebaikan Bapak JUNAEDI (alm)  dan IBU AAM / IDAH beserta keluarga mendapatkan balasan yang berlimpah dari Allah SWT. Aamiin….

Kami juga mendo’akan semoga perjalanan pulang Bapak JUNAEDI (alm)  dan IBU AAM / IDAH beserta rombongan tidak ada halangan suatu apapun sehingga selamat sampai rumah. Aamiin

"Main-main ke Bekasi - Malah nyasar ke Ciawi
Hari ini kami sudah siap menjadi saksi - Ijab Kabulnya gadis tersayang kami"

Itulah yang dapat kami sampaikan, kami akhiri, 
Nashrun Minallaah wa Fathun Qorib
Billahi taufik wal hidayah 
Wassalamu'alaikum Wr.Wb.

Keadilan dan Pemimpin Yang Adil

IKHTISAR JUMAT, Keadilan dan Pemimpin Yang Adil Bandung, 1 November 2014 "Satu waktu nanti akan tiba atas umatku penguasa s...