Khairu Ummah & Ummatan Wasatha

Khairu Ummah & Ummatan Wasatha
(ikhtiar menjaga kualitas sebagai umat namun tetap bergerak).

Sebagai Ummat Kita tidak berada di posisi gerakan yang ekstrim, radikal, liberal, fundamentalis, apalagi sekuler.

Kita berada di posisi tengahan atau dikenal dengan sebutan washatiyah/moderat, hal ini menjadi karakter  sebagai umat Islam. 

Sebuah ummat Islam kita tidak bergerak yang bersifat tunggal namun banyak memiliki pertautan, yaitu dalam hal akhlak, ibadah, dan akhlak yang memiliki watak khasnya yang bersifat berdimensi purifikasi, sedangkankan muamalah-duniawiyah bersifat dinamis.

Dalam pembentukan umat, pandangan wasithiyah merujuk antara lain pada konsep dasar “Ummatan Wasatha” sekaligus “Syuhada ‘ala al-Nas” seperti terkandung dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah 143.

وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا ۗ وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِي كُنْتَ عَلَيْهَا إِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يَتَّبِعُ الرَّسُولَ مِمَّنْ يَنْقَلِبُ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ ۚ وَإِنْ كَانَتْ لَكَبِيرَةً إِلَّا عَلَى الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ ۗ وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ

Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) \"umat pertengahan\" agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya, melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia.

Selain itu yang melekat kuat dengan karakter kita pun adalah menjadi ciri dari “Khaira Ummah” (Qs Ali Imran: 110) 

3.Āli 'Imrān : 110

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ ۗ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ ۚ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ

Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.

Ciri wasathiyah itu bukan sekadar beragama dengan sikap tegahan seperti damai, toleran, ukhuwah, dan membangun ihsan dalam hubungan sosial sebagai wujud rahmatan lil-‘alamin.

Demikian sebagai pedoman dalam bergerak sehingga kita tetap menjaga kualitas sebagai umat namun tetap berpijak dimanapun.

Belajar dari Ibrahim AS

gb. ilustrasi/ google

Belajar dari Ibrahim AS
(Sebuah Catatan)

Lahir di zaman Namrud
Sang penyembah berhala
dan juga mengajak rakyatnya
Ayahnya penyembah berhala
Pemahat berhala Azar Namanya

Dia lah Ibrahim
Cerdas orangnya
Luas pengetahuannya
Banyak belajar 
Mengamati kehidupan

Saat malam dia merenung
Pandangi bulan dan bintang
Dalam benaknya Inilah Tuhan?
Bulan pun hilang
Dugaan benaknya pun Pudar!

Saat siang dia merenung
Pandangi Sang Sinar Terang
Dalam benaknya Inilah Tuhan?
Matahari pun terbenam
Dugaan benaknya pun hilang!

Allah beri petunjuk
dia temukan tuhan
yang Ahad yang Khalik
Maha Esa Maha Pencipta

Dia lah Ibrahim
Cerdas orangnya
Luas pengetahuannya
Banyak belajar 
Diapun menemukan Tuhannya

---
Oktober, 13, 2020
oholidin

Faktor faktor yang harus diperhatikan dalam menerapkan konsep didaktik.

Faktor faktor yang harus diperhatikan dalam menerapkan konsep didaktik.

Bagian 1 

a. Pengajar(Pendidik)
Dalam pengertian yang sederhana, Pendidik adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik, sedangkan dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal (Sekolah atau institusi pendidikan dengan kurikulum yang jelas dan terakreditasi), tetapi bisa juga di lembaga pendidikan non formal (Lembaga Pendidikan Ketrampilan, Kursus, di masjid, di surau/musala, di gereja, di rumah, dan sebagainya).

Undang-undang No. 20 Tahun 2003, Pasal 39 (2) menjelaskan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan. Sementara itu sebutan pendidik dengan kualifikasi dosen merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Tenaga pendidik meliputi :  *guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. (UU No. 20 tahun 2003 pasal 1).*

Pengajar hendaknya memiliki kepribadian yang luhur dan mulia seperti beberapa kepribadian berikut ini:

- Memiliki rasa kasih
- Keikhlasan/tulus
- Tenang(calm)
- Rasa hormat(respect)
- Bijaksana/keadilan
- Bersahaja/rendah diri
- Berwibawa
- Toladan
- Terpercaya
- Kesabaran
- Cerdas
- Trampil
- Beretika/santun
- Estetis
- Berpenampilan baik
- Religius
- Tanggung jawab (responsibility)
- Disiplin
- Humoris
- Bersahabatan (friendship)
- Menyenangkan(favorable)

Selain itu sebagai pengajar juga harus menguasai kompetensi guru seperti : 
(1) Guru harus memiliki pengetahuan yang luas tentang materi yang diajarkan

 (2) Memiliki wawasan pengetahuan    tentang materi berkaitan dengan disiplin ilmu lainnya. 

(3) Menguasai ilmu didaktik dan metodik. 

(4)  Mampu menysusn program pembelajaran yang baik. 

(5) Mampu melaksanakan program sesuai rencana secara tepat.

(6) Mampu mengenal karakteristik perbedaan siswa.

(7) Mampu memanfaatkan sumber belajar yang tersedia. 

(8) Mampu menciptakan    media  atau     alat-alat bantu pembelajaran. 

(9)  Kreatif dan inovatif dalam mengkreasi lingkungan belajar, iklim belajar, membangkitkan motivasi. (creator dan innovator). 

(10)  Mampu mengoperasikan media modern.

(11) Mampu   memfasilitasi   setiap   kesulitan siswa. (fasilitator). 

(12) Mampu   membimbing   siswa   yang    memiliki kekurangan. 

(13) Ketepatan dalam menggunakan alat bantu secara efektif. 

(14) Mampu   menampilkan   contoh-contoh gerak. (demonstrator). 

(15) Mampu   melakukan       analisis gerak,  mengoreksi, evaluasi, dan solusi yang tepat. (analisator/evaluator). 

(16)   Memberikan tugas-tugas gerak, dan cue/isyarat yang benar.

 (17) Mampu menjadi motivator.

demikian materi bagian 1 selamat belajar.

tks.

Cara Pandang Seorang Muslim


Memandang Masalah 

Masalah (bahasa Inggris: problem) didefinisikan sebagai suatu pernyataan tentang keadaan yang belum sesuai dengan yang diharapkan. (wikipedia)

Pemecahan Masalah kita kenal dengan istilah Problem Solving. Memandang Masalah yang didefinisikan dengan baik memiliki tujuan akhir yang spesifik dan solusi yang diharapkan dengan jelas, Masalah yang didefinisikan dengan baik memungkinkan perencanaan yang lebih awal daripada masalah yang tidak jelas. 

Kemampuan untuk memahami apa tujuan akhir dari masalah tersebut, dan aturan apa yang dapat diterapkan merupakan kunci untuk menyelesaikan masalah. Terkadang masalah membutuhkan pemikiran abstrak atau solusi kreatif.

Bagaiman pendekatan Al-Qur'an dalam Hal ini?

1. Masalah merupakan bentuk kasih sayang Allah swt yang berupa ujian dan peringatan. Al-Quran menegaskan hal ini dalam surat al-Anbiya ayat 35:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

Tiap-tiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.

2. Masalah merupakan bentuk kasih sayang Allah swt untuk meningkatkan derajat dan status kita sebagai hamba. Al-Quran surat al-Insyiqaq ayat 6 menegaskan:

يَا أَيُّهَا الْإِنْسَانُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَى رَبِّكَ كَدْحًا فَمُلَاقِيه

Hai manusia, sesungguhnya kamu sudah bekerja untuk Tuhanmu dengan sungguh-sungguh, maka kamu (kelak) akan menemuinya.

3. Allah swt memberikan masalah sesuai dengan kadar kemampuan kita. Allah swt Maha Adi yang tidak akan membebani hambanya di luar batasnya. Cara pandang seperti ini akan membuat kita selalu optimis dalam menjalani hidup dan menghadapi masalah. Ketika kita telah yakin, maka kita tinggal mencari jalan keluarnya. Al-Quran mengingatkan dalam surat al-Baqarah ayat 45:

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ

Dan mohonlah pertolongan Allah dengan sabar dan salat, dan sesungguhnya hal tiu sangat berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.

4. Dimana ada kesulitan di situ pasti ada kemudahan, sebagaimana firman Allah swt dalam Q.S al-Insyirah: 6,

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا () إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.

Setiap masalah senantiasa ada solusinya. Apapun masalah kita. Pemecahan masalah tentu harus melibatkan Allah di dalamnya, karena Allah Maha Pemberi Solusi. 

Semoga kita terhidar dari sikap putus asa. Adanya kesulitan sepatutnya semakin memacu kita untuk menemukan kemudahan yang ada bersamanya untuk kita syukuri. 

Jika kita fokus pada kemudahan-kemudahan yang ada, maka hal ini bisa memacu kita untuk semakin kuat dalam menghadapi masalah. 

Wallahu A’lam. (/oh)

Keadilan dan Pemimpin Yang Adil

IKHTISAR JUMAT, Keadilan dan Pemimpin Yang Adil Bandung, 1 November 2014 "Satu waktu nanti akan tiba atas umatku penguasa s...