Bahagia Bersama Keluarga



Bahagia Bersama Keluarga

Keluarga merupakan tatanan terkecil dalam struktur organisasi. Terdiri dari seorang Ayah, Ibu dan anggota keluarga.

Keluarga dipimpin oleh seorang kepala keluarga yang bertindak sebagai manajer tertinggi untuk membina dan mengarahkan keluarga atau nakhoda dalam ibarat sebuah pelayaran.

Keluarga terbentuk oleh ikatan pernikahan, secara umum terbentuk pula oleh ikatan nasab/ keturunan.

Pembentukan keluarga baru secara budaya akan terjadi akulturasi, dimana anggota keluarga masing masing akan membawa budaya masing masing keluarga.

Dalam keluarga baru alangkah baiknya jika akulturasi tidak seratus persen, namun hanya setengahnya, setengahnya lagi adalah kebudayaan baru yang dibentuk oleh keluarga tersebut.

Teknis pembentukan budaya tersebut dapat disimulasikan seperti berikut. Seorang ayah dan ibu baru dalam sebuah keluarga coba bawalah budaya masing masing di keluarga asal sebanyak 25% sehingga menjadi 50%, untuk 50% nya dibangun oleh mereka berdua. 

Kebahagiaan sebuah keluarga tentu relatif, tidak ada patokan yang pasti, keberadaan harta mungkin, tapi tidak selalu harta menjadi ukuran. 

Dalam Islam dibsebutkan ciri ciri keluarga bahagia itu sbb.:

Pertama adalah istri yang shalehah.
 
Dalam memilih calon istri, jangan hanya dilihat dari kecantikannya semata. Karena kecantikan tidak dapat menjamin kebahagiaan rumah tangga. ”Tetapi pilihlah wanita yang taat beragama. Insyaallah, kebahagiaan akan kita dapatkan.

Yang kedua adalah pasangan yang memiliki anak shaleh. 

Dalam membentuk anak shaleh, saat ini bukan perkara mudah. Membutuhkan energi, pikiran, usaha, dan biaya maupun doa yang cukup dari orang tua. Karena saat ini, lingkungan sekitar anak telah dicemari oleh polusi teknologi dan arus globalisasi yang menggerus nilai-nilai agama, moral dan kearifan sosial.

Ketiga diperlukan teman dan lingkungan yang alim. 

Pengaruh lingkungan, sangat besar dan dominan dalam menciptakan kebahagiaan rumah tangga. ”Bila kita tidak jeli memilih lingkungan atau teman, maka kita akan mudah terpengaruh dengan gaya hidup yang materialistis dan hedonisme,”.

Seringkali kita salah menilai orang, karena hanya dinilai dari harta dan jabatannya yang tinggi. Sementara mereka yang alim, tetapi tidak memiliki kelebihan harta cenderung diabaikan. ”Sesungguhnya Allah swt melihat hati dan amal kita,”.

Terakhir, adalah memiliki pekerjaan yang baik.

Seorang suami, harus memiliki pekerjaan (penghasilan) yang baik. ”Tapi payakan untuk bekerja tidak jauh dari tempat tinggal.

Semoga keluarga kita menjadi keluarga yang bahagia di dunia dan di akhirat.

Wallahu 'alam. (oh)







Tidak ada komentar:

Keadilan dan Pemimpin Yang Adil

IKHTISAR JUMAT, Keadilan dan Pemimpin Yang Adil Bandung, 1 November 2014 "Satu waktu nanti akan tiba atas umatku penguasa s...