MIMPI DALAM PANDANGAN ISLAM

gb. ilustrasi / google

MIMPI DALAM PANDANGAN ISLAM
by: Oleh Holidin

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ. الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ لَهُمُ الْبُشْرَىٰ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ

Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan} di akhirat.” [Quran Yunus: 62-64].

Sejumlah sahabat dan tabi’in menafsirkan ayat ini, firman Allah “kabar gembira” maksudnya adalah mimpi yang baik. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَمْ يَبْقَ مِنَ النُّبُوَّةِ إِلَّا الْمُبَشِّرَاتُ قَالُوا وَمَا الْمُبَشِّرَاتُ قَالَ الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ

Tidak tersisa dari kenabian kecuali al-mubasysyirat (perkara-perkara yang memberikan berita gembira). Para sahabat bertanya: “Apakah al-mubasysyirat itu?”, beliau menjawab: “Mimpi yang baik.” [HR. Bukhari].


Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Apabila usai mengerjakan shalat subuh, beliau menghadap jamaah, terkadang bertanya,

هل رأى أحد منكم البارحة رؤيا

“Apakah ada di antara kalian yang mimpi semalam?” (HR. Muslim).

Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, beliau bersabda,

وَالرُّؤْيَا ثَلَاثَةٌ: فَرُؤْيَا الصَّالِحَةِ بُشْرَى مِنَ اللَّهِ، وَرُؤْيَا تَحْزِينٌ مِنَ الشَّيْطَانِ، وَرُؤْيَا مِمَّا يُحَدِّثُ الْمَرْءُ نَفْسَهُ، فَإِنْ رَأَى أَحَدُكُمْ مَا يَكْرَهُ، فَلْيَقُمْ فَلْيُصَلِّ، وَلَا يُحَدِّثْ بِهَا النَّاسَ

Mimpi itu ada tiga macam : (1) mimpi yang baik sebagai kabar gembira dari Allah; (2) mimpi yang menakutkan atau menyedihkan, datangnya dari setan; dan (3) mimpi yang timbul karena bisikan jiwa seseorang. Maka seandainya engkau bermimpi sesuatu yang tidak disenangi, bangunlah, kemudian shalatlah, dan jangan menceritakannya kepada orang lain.”

Sabda beliau yang lain:

الرُّؤْيَا مِنَ اللهِ، وَالْحُلْمُ مِنَ الشَّيْطَانِ

“Ar-Ru’ya itu dari Allah dan al-Hulmu itu dari setan.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam hadits Abu Qatadah radhiyallahu ‘anhu yang dikeluarkan al-Imam Muslim rahimahullahu disebutkan bahwa Abu Qatadah berkata:

كُنْتُ أَرَى الرُّؤْيَا فَتُمْرِضُنِي حَتَّى سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ مِنَ اللهِ، فَإِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ مَا يُحِبُّ فَلاَ يُحَدِّثْ بِهَا إِلاَّ مَنْ يُحِبُّ. وَإِنْ رَأَى مَا يَكْرَهُ فَلْيَتْفُلْ عَنْ يَسَارِهِ ثَلاَثًا، وَلْيَتَعَوَّذْ بِاللهِ مِنْ شَرِّ الشَّيْطَانِ وَشَرِّهَا وَلاَ يُحَدِّثْ بِهَا أَحَدًا فَإِنَّهَا لَنْ تَضُرَّهُ…

Aku pernah bermimpi buruk hingga mimpi itu membuatku sakit. Sampai akhirnya aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda bahwa mimpi yang baik itu dari Allah. Apabila salah seorang dari kalian bermimpi melihat sesuatu yang disukainya jangan ia ceritakan mimpi tersebut kecuali kepada orang yang dicintainya. Bila yang diimpikan itu perkara yang tidak disukai (mimpi buruk), hendaklah ia meludah sedikit ke kiri tiga kali, berlindung kepada Allah dari kejelekan setan dan dari kejelekan mimpi tersebut, dan jangan ia ceritakan mimpi itu kepada seorang pun. Bila demikian yang dilakukannya niscaya mimpi itu tidak akan memudaratkannya.”

Beliau bersabda,

رُؤْيَا الْمُؤْمِنِ جُزْءٌ مِنْ أَرْبَعِينَ جُزْءًا مِنَ النُّبُوَّةِ وَهِيَ عَلَى رِجْلِ طَائِرٍ مَا لَمْ يَتَحَدَّثْ بِهَا فَإِذَا تَحَدَّثَ بِهَا سَقَطَتْ ” . قَالَ وَأَحْسَبُهُ قَالَ ” وَلاَ يُحَدِّثُ بِهَا إِلاَّ لَبِيبًا أَوْ حَبِيبًا ”

“Mimpi orang yang beriman adalah satu bagian dari empat puluh bagian kenabian. Dia berada di kaki burung selama tidak diceritakan. Saat diceritakan, maka jatuhlah ia.” Aku menduga beliau bersabda, “Jangan engkau ceritakan mimpi kecuali kepada orang yang berilmu atau yang engkau cintai.” (HR. at-Turmudzi).

Jabir radhiallahu ‘anhu berkata, “Datang seorang Arab dusun menemui Nabi. Ia berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku melihat dalam mimpiku seakan kepalaku dipukul. Kemudian terluka. Aku pun merasakan sakitnya’. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

لا تحدث الناس بتلاعب الشيطان بك في منامك

“Jangan kau ceritakan kepada siapapun permainan setan terhadap dirimu dalam mimpimu.” (HR. Muslim).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

من تحلَّم بحلم لم يره كلِّف أن يعقد بين شعيرتين ولن يفعل

“Siapa yang mengaku bermimpi sesuatu, padahal dia tidak mengalami mimpi itu maka dia akan dibebani untuk mengikat dua biji gandum, dan dia tidak akan mampu melakukannya.” (HR. Bukhari).

Di antara kabar gembira adalah seseorang yang bermimpi bertemu dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam mimpinya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ رَآنِي فِى الْمَنَامِ فَقَدْ رَآنِي، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لاَ يَتَمَثَّلُ بِي. رواه البخاري (ومسلم)

Siapa yang (bermimpi) melihatku dalam tidur, berarti ia sungguh-sungguh telah melihatku. Sesungguhnya setan tidak akan bisa menjelma menyerupai diriku.” (HR. Bukhari).

Ketahuilah hukum-hukum syariat tidak diambil lewat mimpi. Mimpi bukanlah rujukan dalam menentukan syariat. Dan agama ini telah sempurna setelah wafatnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Wallahu'alam. (oh)

Tidak ada komentar:

Keadilan dan Pemimpin Yang Adil

IKHTISAR JUMAT, Keadilan dan Pemimpin Yang Adil Bandung, 1 November 2014 "Satu waktu nanti akan tiba atas umatku penguasa s...